67. Alstair

83 3 0
                                    

"Ya, aku sangat membencimu hingga ingin membunuhmu lagi."

Alstair hanya diam dengan eskpresi datarnya, ia melirik ke belakang Cecilia. "Kamu bisa berbicara demikian meski melindungi penggantiku."

'Pengganti?'

"Jangan salah paham, kau dan dia jelas berbeda." Cecilia tersenyum dengan sinis. "Mana miliknya sangat manis." Ia menjilat bibirnya dengan sugestif.

Tanpa terganggu sama sekali, Alstair memejamkan matanya dengan senyuman kecil. "Berusahalah lebih keras jika ingin membuatku cemburu." Ia membuka matanya dengan eskpresi yang kembali datar. "Kamu tidak akan pernah—"

"Jangan bodoh. Saat ini aku penuh dengan kekuatan sihir, bahkan untuk menghabisimu ... aku bisa melakukannya dengan mudah."

"... Apa itu sebabnya mana-mu bocor?"

"Benar, tapi itu tidak masalah." Cecilia menunjuk Neo dengan jari jempolnya. "Aku memiliki pemasok mana di dekatku."

"Hei, kau—"

"Aku ingin kamu mendengar penjelasanku terlebih dahulu."

"Apa maksudmu?" Cecilia menatap tidak suka. "Bukankah lebih baik kau melindungi ‘kesayanganmu’ itu? Berjaga-jaga lah, karena dia akan kemari."

"... Hanya sekali saja, tolong dengarkan aku."

Cecilia tersenyum sarkas. "Bukankah kau mengatakan kalimat yang sama setiap kali aku memergoki-mu bersama dengan Alyssa??" tanyanya sinis. "Bukan hanya sekali dua kali, tapi selalu!"

"Aku melakukan itu semua demi kamu, tolong dengarkan penjelasanku terakhir kalinya, aku mohon!"

"... Baik, akan kudengarkan selama kau mau mengabulkan satu permintaanku."

"Apapun, aku akan mengabulkan apapun permintaanmu!" balas Alstair tanpa pikir panjang.

Cecilia tersenyum sinis, ia berbalik ke arah Neo dan menghalangi pandangan pria itu dengan tangannya. Cecilia melirik Alstair yang berekspresi aneh, senyum di wajahnya semakin lebar. Ia berjinjit dan mencium Neo.

Sementara itu, Alstair yang menyaksikan semuanya tidak bisa menahan emosi. Ia melangkah maju dengan tangan terkepal dan menarik Cecilia ke belakang. "Apa maksudnya semua ini?!"

"Kenapa? Kau marah hanya karena hal seperti ini?" Cecilia menatap Alstair sinis, ia mengangkat tangannya dan mengusap bibir pria itu dengan lembut. "Aku bahkan tidak menggunakan lidah, seperti yang kau lakukan dengan Alyssa."

Alstair menatap Cecilia tajam, ia menghela napas dan melepaskan tangannya dari pakaian gadis itu. Alstair dengan lembut menggenggam tangan Cecilia. "Hentikan semua ini, aku mohon," ujarnya lemah.

Akan tetapi, permohonan dari Alstair semakin menyulut emosi di hati Cecilia. Ia menarik tangannya dari genggaman Alstair dan menatap pria itu marah. "Selalu! Kau selalu saja memohon tanpa tau kesalahanmu! Setiap kali kau ketahuan, kau hanya memohon dan memohon untuk mendengar penjelasanmu tapi tidak pernah ada permintaan maaf! Aku benar-benar sudah muak padamu!!"

Cecilia menarik Neo dan pergi dari ruangan, di depan pintu kamar, ia melihat Bastian dan Lois yang berlari ke arah mereka. Dan ada Alyssa juga. "Lois ..."

"Cecil, apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi di sini??" Lois menghampiri Cecilia dengan kesusahan.

"Aku baik-baik saja." Tidak seperti biasanya, Cecilia justru menanggapi Lois dengan acuh. "Alan memulai pemberontakan, kita harus segera menghubungi Rion dan Sean."

"Tidak perlu merepotkan mereka, aku sendiri bisa menghadapi Alan, yang penting kau jaga diri—"

"Ada Alstair juga," sela Cecilia sambil melirik ke arah lain.

Tidak ada seorangpun yang berani bersuara begitu Cecilia menyebut nama Alstair, bahkan Alyssa yang berdiri di samping Bastian pun tampak terkejut.

"Aku bisa memulihkan penghalang yang rusak." Cecilia menjeda ucapannya, ia memejamkan matanya dengan tangan yang menggenggam erat tangan Neo. "Tapi aku butuh kekuatan mata iblis."

"Maaf, Cecil, tapi aku tidak memiliki mata iblis lagi," kata Lois dengan penuh penyesalan.

Cecilia menunduk dan menatap telapak tangannya. 'Seandainya aku bisa memiliki banyak kekuatan ...'

"Aku akan membantumu."

Cecilia menoleh ke arah Neo, pria itu terlihat sangat yakin dengan kata-katanya. "Apa kau yakin ingin membantu?" tanya Cecilia dengan kening yang sedikit berkerut. 'Jelas-jelas dia tidak tau caranya, tapi masih ingin membantu ...'

"Aku tidak akan membiarkanmu mengambil resiko sendirian, lagipula mata iblis ada padaku dan aku yakin bisa membantu meski tidak banyak."

Cecilia tersenyum hampa. "Kau bahkan tidak tau caranya—"

"Aku memang tidak tau, tapi aku tidak akan membiarkanmu sendirian."

Cecilia mengusap rambutnya dengan tampang frustasi, ia berbalik ke arah Neo dan berbisik. "Kau yakin? Kau perlu mentransfer mana padaku terus-menerus, jika berhenti sebentar saja maka kau bisa mati, loh~ tapi jika terus memberikan mana. Maka kau kemungkinan juga akan mati karena penipisan mana."

"... Tidak—"

"Sepertinya hanya aku yang bisa membantumu."

Cecilia menatap ke arah kamar dengan tidak suka. "Jangan biasakan dirimu untuk menyela orang lain!"

"Apa kamu masih perlu sesombong ini? Kita hanya punya waktu beberapa menit lagi sebelum monster yang dibawa Alan menguasai Kastil, dan hanya aku satu-satunya orang yang memiliki banyak mana dan bisa membantumu."

Cecilia mengepalkan tangannya. 'Berengsek! Jika penampungan manaku tidak rusak, aku tidak perlu bantuan siapapun!'

"Waktu terus berjalan, Cecil."

Cecilia menggertakkan giginya, ia menatap Alstair. "Hanya kali ini!"

Mendengar jawaban Cecilia membuat senyuman di wajah Alstair muncul, ia berjalan mendekat dan ingin menggenggam tangan gadis itu. Namun langsung dihentikan oleh Neo.

"Apa?" tanya Alstair dengan eskpresi yang kembali datar.

Neo mengacuhkan Alstair, ia menatap Cecilia dengan serius. "Aku yang akan melakukannya!"

"Neo, ini bukan tentang kau dan aku, tapi ini tentang kerajaan dan bangsa Iblis kami. Kau hanya seorang manusia biasa, jangan libatkan dirimu dengan urusan kami," jelas Cecilia, ia menatap Alyssa. Tanpa sengaja, Cecilia melihat bayangan terpantul dari mata Alyssa. 'Aku akan dapatkan jiwa itu bagaimanapun caranya ...!'

Sementara Alyssa yang ditatap hanya tersenyum dengan masam. 'Dunia memang tidak pernah adil, Cecilia.'

Cecilia mengalihkan pandangannya ke arah Neo. 'Bahkan dengan mata iblis pun, mustahil manusia biasa bisa menahan kekuatan dari penghalang.' Ia memejamkan matanya. 'Maaf, Neo. Tapi aku tidak mau mengorbankan mu demi kerajaan.' Cecilia membuka matanya dan menarik Alstair menjauh. "Hanya kali ini, jangan biarkan aku melihat wajahmu lagi setelah masalah ini berakhir!"

"Apa kamu masih tidak mau mendengar penjelasanku?"

"Jangan lupa." Cecilia melirik Alstair dengan sinis. "Alan bisa membawa masuk pasukan monsternya karena ulahmu."

"Aku tidak perduli dengan kerajaan atau bangsa Iblis, aku hanya perduli padamu seorang, jadi bahkan jika perlu mengorbankan seluruh dunia untukmu ... maka akan kulakukan."

"... Bukankah kau lebih cocok dipanggil Raja klan Rubah dibanding Raja klan siluman??" Cecilia masuk ke sebuah ruangan putih luas yang dikelilingi kaca transparan, ia melambatkan langkahnya ke arah sebuah pedang yang tertancap di tengah-tengah lingkaran batu. 'Penghalangnya ...'

"Sepertinya belum terlambat untuk memperbaikinya." Alstair menatap teliti pedang dengan gagang putih yang terlihat retak, ia menatap Cecilia. "Selama kita punya waktu– ada apa?" tanyanya begitu melihat ekspresi aneh di wajah Cecilia, ia beralih menatap tangan gadis itu berada di atas pedang. "... Ceci-lia??"

🌺🌺🌺

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang