"Hm, sepertinya sudah waktunya." Alyssa tersenyum manis, dia menatap ke arah pintu yang terbuka lebar. "Benar kan, Adikku … Camilla d'Lloyd."
"Hah, kukira kamu tidak akan berani menunjukkan wajah burukmu lagi."
"Astaga." Alyssa menutup mulutnya dengan eskpresi pura-pura terkejut. "Apa begini sikapmu saat menyapa keluarga yang sudah lama tidak bertemu?"
"Keluarga?? Aku tidak sudi punya keluarga sepertimu!"
Alyssa menurunkan tangannya, dia tersenyum misterius. "Selamat datang kembali, Camilla … dé Floyd."
Gadis bermata ungu itu menatap geram, dia mengepalkan tangannya menahan emosi yang bergejolak. "Lepaskan Bastian!"
"Wah, wah. Jadi kamu berani datang kemari hanya karena dia? Sungguh cinta yang sangat tulus." Alyssa merentangkan kedua tangannya. "Kakak sangat terharu, Adikku~"
"Jangan memanggilku adik, j*lang murahan!!" Camilla menatap dengan wajah memerah. "Kamu seharusnya tidak pantas disebut penyihir! Orang yang bahkan dibunuh oleh keluarganya sendiri tidak pantas memiliki marga Dé Floyd!"
"Kenapa kamu berpikir aku tidak pantas? Bukankah, seharusnya kamu yang … hanya seorang anak haram, tidak punya hak untuk menentukan hakku. Seorang Putri kerajaan." Alyssa menatap dengan remeh, dia kembali duduk dengan ekspresi angkuh. "Camilla, aku tidak akan membuang-buang waktu lagi. Antara Bastian atau … ibumu." Alyssa tersenyum remeh. "Siapa yang akan kamu selamatkan?"
"A-apa …"
Seorang wanita berjalan keluar dari kegelapan, dia mengenakan seragam pelayan zaman kuno dengan kornea mata berwarna ungu gelap. Kedua tangan dan kaki, dan lehernya diborgol.
"Sekarang, pilihlah. Antara ibu yang sudah melahirkanmu, atau tunangan yang kamu cintai. Siapa yang akan kamu selamatkan, adikku~"
"Ka-kamu!" Camilla mengepalkan tangannya.
"Tuan Putri terlihat sangat manis, benar bukan … Camilla?"
"Camilla! Kamu itu hanyalah pengganti sang Putri! Jangan pernah berpikir kamu bisa menjadi Putri sejati!"
"Maafkan ibu, Camilla. Tapi kamu adalah orang yang paling cocok, berbahagialah … karena hidupmu akan berguna untuk Tuan Putri."
"Aku, aku memilih Bastian!"
🌺🌺
"Hey, lihat anak itu. Apa dia anak aneh itu?"
"Benar, lebih baik jangan dekat-dekat dengannya."
"Iya, ayo pergi."
Aku sudah terbiasa, tatapan seolah-olah aku bukan manusia. Nada suara yang seolah merendahkanku, bahkan orang-orang yang membenciku. Aku benar-benar sudah terbiasa dengan hal itu, tapi aku tetap saja … merasa kesepian.
Kenapa aku harus berbeda dari yang lain? Kenapa aku tidak bisa merasakan perasaan bahagia seperti anak-anak lainnya? Kenapa aku tidak bisa bermain bersama mereka?
Ah, sejujurnya aku tahu. Aku mengetahui semuanya, aku hanya … bersikap seolah tak mengetahuinya.
Aku adalah seorang anak yang terlahir dengan sepasang mata berwarna merah samar, orang-orang selalu memanggilku iblis dan tidak ada yang mau berteman denganku. Kecantikan yang kumiliki bahkan di usia muda, membuat orang-orang menganggapku sebagai rubah penggoda.
Aku juga tidak mau, aku tidak mau memiliki wajah yang cantik. Aku tidak mau punya mata merah, aku hanya ingin bermain … bermain dan bersenang-senang bersama, tapi kenapa aku tidak bisa?
Aku … hanya menginginkan seorang teman.
Ibuku memberiku nama Rasya Olivia Abraham saat aku lahir, dia ingin aku memiliki banyak teman dan bisa merasakan kebahagiaan.
Namun, ayahku justru menentang keras. Dia ingin menamaiku Cecilia, karena mata merah dan wajahku yang cantik.
Saat kecil, aku berpikir memiliki wajah yang cantik sangatlah menyenangkan. Aku dikelilingi banyak teman, disukai banyak orang. Namun, kebahagiaan yang kurasakan hanyalah ilusi.
Aku hampir dijual beberapa kali, bahkan hampir dilecehkan.
Sejak saat itu, aku berpikir. Dunia, tidaklah seindah yang kubayangkan. Saat aku hampir dijual, aku hanya berharap ada seorang pangeran yang akan datang dan menyelamatkanku seperti dalam buku dongeng.
Namun, harapan tetap harapan. Tidak ada seorangpun yang datang menyelamatkanku.
Aku sedih, kesepian, putus asa, kedinginan. Hingga aku tidak berpikir jernih karena amarah dan kebencian di hatiku.
Para penculik yang tidak pernah waspada padaku mengurungku dalam ruangan gelap yang penuh barang.
Aku, dengan kedua tangan mungil dan tubuhku yang pendek … tanpa sadar. Membunuh seseorang menggunakan botol kaca yang bertebaran di sana.
Saat itu aku mengerti, kebaikan dan keramahan seperti yang dikatakan ibuku hanyalah sebuah kebohongan belaka. Yang sebenarnya, tidak ada manusia yang benar-benar baik padaku. Tidak ada yang benar-benar bersedia menolongku dengan ikhlas.
Mereka, hanya ingin sesuatu dariku. Seperti yang ayahku katakan.
"Manusia … harus dihilangkan!"
"Apa kamu baik-baik saja?"
Setengah tahun sejak penculikan itu, aku mulai kembali ke kehidupan normalku meski dengan hati yang menaruh dendam. Dengan bantuan Ayahku, aku mempelajari banyak hal tentang tubuh manusia.
Hingga, saat aku bertemu dengannya … Neo Devandra Argantara.
Dialah orang yang mengubah hidupku yang suram menjadi berwarna, dia selalu ada di sampingku dan tidak pernah perduli dengan perkataan orang lain.
Karena keberadaannya, kesepian dan kesendirian yang kualami tidak pernah kurasakan lagi. Tapi aku tahu, itu tidak akan bertahan lama. Aku tahu, suatu hari nanti. Dia akan pergi dan meninggalkanku.
🌺🌺
"Sungguh, aku benar-benar tidak menyangka ini!" Alyssa menatap dengan senyum sumringah. "Ternyata adikku yang manis lebih memilih tunangan daripada ibunya, hebat!" Dia bertepuk tangan dengan eskpresi gembira. "Sekarang, bagaimana ya … perasaan Ibumu," katanya sambil mendongak ke atas.
Camilla dengan perasaan yang tidak enak ikut mendongak ke atas, namun … sebelum sempat melihat langit-langit ruangan. Beberapa tetes darah jatuh dan mengenai pipinya.
Camilla terdiam mematung saat melihat seorang wanita dengan pakaian pelayan terikat di lampu dengan darah yang terus mengalir keluar dari sela-sela sulur yang menjeratnya.
"Benar, benar! Eskpresi itulah! Lagi, tunjukkan lagi eskpresimu yang menyedihkan!!"
"Alyssa …" Bastian menatap tak percaya pada mantan tunangannya, gadis yang dulunya dia kenal benar-benar berbeda dengan yang saat ini.
"Apa sakit? Apa menyesakkan? Rasa sakit yang seolah menusuk hingga ke tulang! Kamu merasakannya, kan … Camilla?" Eskpresi wajah Alyssa berubah datar, dia mengangkat sebelah tangannya dan memunculkan sebuah bola-bola cahaya yang bermain-main di atas tangannya. "Apa kamu masih mengingatnya, Illyas?"
Ekspresi wajah Camilla yang semula sedih tiba-tiba berubah terkejut, dia menatap Alyssa dengan eskpresi tak terbaca.
"Benar, Illyas … adikku. Kamu membunuhnya dengan cara yang sama kan?" Alyssa mengepalkan tangannya dan membuat bola-bola kecil yang menari-nari di atas telapak tangannya pecah, dia menatap Camilla dengan eskpresi datar sesaat sebelum kembali tersenyum. "Ah, maaf. Kamu bahkan melakukan hal yang lebih kejam ya? Aku lupa kamu bahkan mengirimkan kuku-kukunya sebagai hadiah untukku, ah! Benar. Kamu juga sampai repot-repot membawakan kepalanya saat hari penobatanku jadi Putri mahkota, benar kan? Camilla … d'Lloyd!"
"Bagaimana … bagaimana bisa kau mengetahuinya??"
🌺🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
NalendLyora [Transmigrasi]
Teen FictionRasya Olivia Abraham, gadis yang terpaksa meregang nyawa karena terpeleset. Di kehidupan pertama, Rasya harus jauh-jauh dari rumah agar tidak bertemu kakak yang menyayanginya dalam arti kata lain. Di dunia kedua, bukannya menjalani kehidupan yang te...