Momen Rasya

112 3 0
                                    

(Momen khusus Rasya tanpa pemeran utama lain)

Happy reading 😗

🌺🌺

Rasya membuka matanya yang terasa berat, ia ingin bangun, namun tubuhnya sangat berat dan terasa kaku. Rasya hanya bisa melirik kesana-kemari untuk bisa memastikan tempatnya berada saat ini, ia menatap langit-langit ruangan yang ditempatinya. 'Ruangan putih dan bau obat-obatan ... rumah sakit, ya? Tapi, siapa yang bawa gue kesini?'

Suara pintu yang terbuka membuat Rasya melirik ke arah sana, ia seketika membelalakkan matanya saat melihat seseorang masuk.

"Ah, Rasya! Kau sudah bangun, sayang??" Wanita paruh baya cantik berjalan tergesa-gesa ke arah Rasya, ia memastikan keadaan gadis itu sambil menutup mulutnya dan menahan tangis. "Syukurlah, benar-benar syukur, Mommy bener-bener bersyukur kamu baik-baik aja," ucapnya terisak.

"... Mo- mommy ...?" lirih Rasya tak percaya.

"Kenapa, sayang? Rindu Mommy, ya?" tanya Liliana sedikit bercanda.

"A-aku ..." Rasya menundukkan pandangannya, ia sekuat tenaga menahan air matanya. "Be-berapa lama aku nggak sadar?"

"... Tiga bulan." Liliana tersenyum sendu. "Dokter bilang, kalau kamu nggak sadar dalam seminggu. Kamu, kamu akan dinyatakan meninggal. Syukurlah ..." Ia kembali menangis. "Mommy, mommy benar-benar nggak sanggup kehilangan kamu."

"Mmmh, Rasya juga ga mau kehilangan Mommy," ujar Rasya pelan, ia memejamkan matanya, membuat air matanya yang terus ditahan mengalir ke telinganya. 'Apa artinya ini? Apa aku kembali bermimpi? Halusinasi? Atau aku benar-benar kembali, ke rumahku. Tapi, kenapa ... kenapa bisa Mommy masih hidup? Jelas-jelas, dulu cuma aku dan Carlos.'

Rasya membuka matanya, ia menatap Liliana yang mengusap air matanya dengan saputangan. "Mommy, Kak Carlos dimana?"

Liliana mematung seketika, gerakannya menjadi tak natural. "A-itu, apa kamu lapar? Mommy bisa belikan yang kamu mau." Ia tersenyum manis secara paksa.

"Mommy, jangan alihin pembicara, Kak Carlos dimana??"

Liliana menatap Rasya dengan enggan, ia memalingkan wajahnya. "Maaf, Rasya. Tapi Carlos belum ketemu, dia hilang 1 bulan setelah kau koma."

'Hilang. Artinya dia belum kembali. Jadi, apa Neo juga nggak ikut balik? Cuma gue sendiri ...' Dengan ragu-ragu, Rasya membuka mulutnya. "A- kalau Neo ...?"

"Hm? Apa maksudmu? Neo belum kembali dari luar negeri, kan?"

"Eh? Apa maksud Mommy?? Neo pulang pas aku umur 16 tahun, kan??"

"Hum? Apa maksudmu? Neo belum pernah balik, bukannya dia pernah memberitahumu akan pulang bulan mei nanti."

"... A-apa-apaan, ini ...??"

"Ada apa, sayang? Apa kau kebingungan karena baru saja sadar? Apa Mommy perlu panggilkan Dokter?"

Rasya mengangguk, linglung. Ia menatap Liliana yang bergegas pergi dengan sedikit terburu-buru, tersirat kekhawatiran yang jelas di wajah sang Ibu sebelum menghilang dibalik pintu.

Rasya bangun, tubuhnya terasa sangat sakit seolah seluruh tulangnya patah. Ia meraba wajahnya dengan tak percaya. 'Gue, bener-bener kembali ...?? Ini bukan mimpi lagi, kan?' Rasya mencubit pipinya. 'Sakit.' Ia mengusap pipinya yang memerah.

Dengan tak percaya, Rasya mencabut infus di tangannya, ia turun dengan kaki yang masih lemah dan dengan susah payah berjalan ke arah pintu. Begitu membuka pintu ruangannya, Rasya tertegun seketika.

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang