TIBA-TIBA TERLUKA

12.9K 669 73
                                    

“Carilah laki-laki yang kelak saat menjadi suamimu ia bersikap sangat sabar. Tidak berani meninggikan suara saat marah, tidak mengangkat tangan untuk memukul dan menyakitimu saat perasaannya tidak baik. Laki-laki yang benar-benar mencintaimu itu tidak akan pernah berlaku kasar, sebaliknya ia akan terus memperlakukanmu dengan baik, memujamu dengan begitu tulus dan sangat sabar menghadapimu,”

Aila tanpa sadar terisak lirih mendengar suara sang penceramah yang ia tonton dalam sebuah tayangan di youtube yang mengingatkannya kepada sang suami yang sudah dua minggu ini, seolah hilang di telan bumi, pria yang bergelar sebagai suaminya itu tidak pernah pulang dan bahkan sampai hari ini nomor ponselnya masih saja tidak dapat di hubungi.

Tok ... Tok ....

Aila tersentak saat pintu ruangannya di ketuk oleh Mira, seorang suster mengetuk pintu ruangannya yang memang terbuka lebar. “Dok permisi. Apa dokter sedang tidak sibuk?”

Aila menghentikan tayangan video yang di tontonnya. “Ada apa suster?”

“Ada pasien luka tusuk di UGD Dok. Karena jam istirahat para dokter sedang tidak bertugas. Hanya ada dokter magang saja, apa Dokter bisa ke sana?”

Tanpa berpikir panjang Aila bangkit dari duduknya seraya memasukkan ponsel miliknya ke saku jas putih yang di kenakannya. “Ayo sus!”

Aila dan suster Mira berjalan dengan cepat menuju ruang UGD, sampai di sana kedua matanya tidak menyangka menangkap sosok pria yang selama dua minggu ini hilang tanpa kabar. 'Tapi, kenapa Mas Rama bisa berada di rumah sakit?' Batinnya bertanya.

Kedua matanya melebar, apa jangan-jangan pasiem yang di maksud suster Mira adalah suaminya? Pasien dengam luka tusuk itu adalah suaminya?

"Gas! Saya sudah bilang, tidak perlu membawa saya ke rumah sakit!"

Aila bahkan dapat mendengar jelas suara itu, benar itu adalah suaminya.

"Rama istigfar! Luka sampeyan ini parah Ram!"

Aila mengerutkan kening, kenapa dua pria itu saling beradu mulut?

"Alexa juga bisa melakukannya. Tidak perlu ke rumah sakit!" Rama tetap bersikukuh, ia bahkan memaksakan dirinya untuk turun dari brankar, dan Bagas dengan sigap menahannya. Ia tidak mengerti mengapa Rama bisa tiba-tiba tantrum seperti ini.

"Rama! Cukup! Sampeyan ini kenapa sih?"

“Ram!” Bagas menahan tubuh Rama yang hendak turun dari ranjang pasien.

“Minggir Gas! Saya ndak perlu di bawa ke rumah sakit!” Rama tetap kekeh ingin pergi.

Melihat situasi yang tidak kondusif Aila langsung menghampiri Rama yang bersikeras untuk pergi. “Permisi,”

Bagas, dan Rama menoleh ke arah suara dan menatap Aila yang berdiri dekat dengan keduanya. Rahang Rama seketika mengetat, ini alasan ia tidak ingin di rawat di rumah sakit ini, karena Aila bekerja disini. “Menurut suster di samping saya ini, anda pasien yang terkena luka tusuk di perut, permisi bisa saya—“

“Tidak perlu. Saya akan pulang saja, Dokter tidak perlu repot-repot,” jawab Rama.

Aila berkacak pinggang, beralih menatap pria yang di yakini adalah teman dari suaminya. "Maaf, bisa tolong tinggalkan kami berdua?"

Rama mendengkus. "Kamu tetap di sini saja Gas. Bantu saya pergi dari sini seka--"

"Mas Rama!!" Aila meninggikan suara, bersyukur hari ini UGD tifak terlalu banyak pasien, karena sebagian sudah di pindah ke kamar rawat inap.

“Heum!” Bagas berdeham, sadar akan situasi yang menegangkan. Ia juga tahu siapa sosok dokter yang baru saja membentak Rama, ia adalah Ning Myiesha Aila Rizqiyana istri dari Ramadhan Althaf Bayu.

Bagas memilih meninggalkan pasutri yang saling bersitegang itu, ia juga menarik seorang suster yang bersama Aila untuk keluar. Kebetulan keadaan di UGD cukup sepi. Aila menarik gorden pembatas ranjang Rama dengan ranjang pasien lainnya.

“Duduk!” desis Aila.

Rama menatap Aila datar, tatapan yang tampak asing bagi Aila, karena ia terbiasa melihat Rama yang menatapnya dengan hangat. "Saya ndak perlu di periksa. Saya baik-baik saja kok."

Aila mendengkus pelan. Baik-baik saja katanya? Tidakkah suaminya itu sadar, jika luka tusukannya masih terus mengeluarkan darah segar?

"Berbaring Mas! Mas pasien saya sekarang." titahnya.

Rama membaringkan tubuhnya, menuruti perintah Aila. "Kamu ndak perlu repot-repot."

Aila memejamkan mata, mengucap istigfar di dalam hati. Ia baru tahu, jika Rama ini begitu sangat keras kepala. Apa pria itu tidak bisa membantah apa pun yang akan di lakukannya?

Aila memilih tidak menjawab perkataan suaminya yang sangat keras kepala itu. Aila menyibak bagian bawah kemeja Rama, ia terkejut melihat luka itu yang masih mengeluarkan darah segar. Bagaimana bisa suaminya itu bersikap seolah tidak merasakan apa pun?

"Mas? Ini kenapa Mas? Kenapa Mas bisa kena luka tusuk?" tanyanya, dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Saya bisa mengobatinya sendiri. Sebentar lagi teman saya datang membawa peralatan medis, ibu dokter pergi saja dari sini."

"Mas!" Aila sungguh tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Rama bersikap seperti ini kepadanya? Tatapan, dan nada bicara begitu sangat dingin.

"Kamu pergi selama dua minggu, tidak bisa di hubungi sama sekali.  Lalu kamu tiba-tiba pulang dengan keadaan terluka begini, kamu pikir saya tidak khawatir?"

Rama tersenyum kecut. Khawatir? Haruskah Rama mempercayai ucapan yang baru saja keluar dari mulut istrinya?

Rama mengulas senyum tipis, ia mengangkat wajah menatap Aila dengan tatapan setajam elang miliknya, yang membuat Aila sedikit takut berhadapan dengan Rama yang seperti ini.

"Kamu ndak usah repot-repot Ning. Apa kamu ndak malu jika sampai ada yang tahu kalau sampeyan sudah menikah?"

Jleb!

Aila merasa hatinya seperti tertusuk anak panah, ucapan Rama entah mengapa berhasil menusuk hati dan meninggalkan luka yang menganga. "Mas, tolong jangan bahas itu. Izinkan saya mengobati luka kamu."

Rama menggeleng, menepis tangan Aila yang masih memegangi kemejanya yang basah oleh darah. "Saya tidak ingin kamu merasa malu menikah dengan saya yang miskin seperti ini. Jadi, tolong tinggalkan saya sendiri!"

Tes ....

Butiran bening itu meluncur bebas tanpa bisa Aila cegah. Ia kembali bertanya-tanya kenapa Rama tiba-tiba menjadi seperti ini?

Apa yang terjadi selama dua minggu ini?

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang