FERDINAN

9.8K 572 90
                                    

Di lain tempat, sama seperti Bagas, dan Gilang yang tengah cemas akan keadaan Rama, Pak Bambang yang merupakan kepala kepolisian itu juga tampak gelisah di dalam ruangannya, seraya menatap berkas pemberian Rama di atas meja kerjanya.

Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya berdiri dari kursi kebanggaannya. "Tidak bisa. Saya harus menyusul Rama, perasaan saya tidak tenang." ucapnya.

Ia percaya Rama. Sangat percaya. Tapi perkataan Rama mengusik dirinya, entah berkas apa yang di titipkan untuk istrinya yang di titipkan kepadanya, yang jelas kali ini ia memiliki firasat buruk.

Berkali-kali ia menepis pikiran buruknya itu, tetap saja ia merasa sangat gelisah. Menghela napas pelan, ia akhirnya menyambar berkas milik Rama dan pergi dari ruangannya.

Angkasa, sang asistennya menatap sang atasan dengan bingung. “Ada apa pak?”
“Siapkan Tim bantuan, kita akan pergi dan membantu Timnya Rama sekarang!”

Ya, ia akhirnya memilih percaya dengan firasatnya kali ini.

Pak Bambang, bersama tim lainnya segera menuju ke lokasi Tim Rama dengan mobil, dan peralatan yang lengkap, untuk membantu misi mereka kali ini.

Sepanjang perjalanan kepala kepolisian itu terus berdoa, berharap Rama, dan timnya kembali bersama-sama dengan keadaan selamat dan aman.

*****

“Mas, ada tiga orang yang berjaga di depan,” suara Reksa kembali terdengar.

Rama berdecak pelan, sepertinya tempat ini benar-benar di jaga dengan ketat. “Bagas dan yang lain apa ada kendala?” tanyanya pada alat penghubung yang terpasang di mereka masing-masing.

“Iya, penyelamatan sandera juga menghadapi beberapa orang Mas. Tapi sudah terkendali,” jawab Reksa.

“Oke. Tetap awasi sekitar ya Sa,”

Siap Mas.”

Tanpa membuang waktu, Rama segera menghampiri ketiga orang yang bersiap menyerangnya, pukulan, tendangan, dan juga suara patahan tulang terdengar. “Mas, sepertinya mereka tahu jika kita akan datang ke tempat ini,” suara Reksa kembali terdengar.

Rama merenggangkan kedua tangannya setelah berhasil membuat musuh yang ia hadapi terkapar. “Ya, kamu benar.” Ucapnya saat lagi-lagi ada beberapa orang yang kembali menyerang dirinya. Ia berkelahi sendirian, melawan sekitar tujuh orang musuh yang menyerangnya.

Bugh!

Brak!

Akkh!!

Rama berdecak, jujur ia sudah merasa sangat kewalahan. Reksa benar, sepertinya mereka tahu kedatangan mereka.

"Mas, tim penyelamat sandera sudah berhasil. Mas Gilang, sudah membawa mereka ke tempat aman!" suara Reksa kembali menginterupsi.

Terdengar suara bising beberapa saat, sebelum akhirnya suara Bagas terdengar, membuat senyum Rama merekah. "Ram, sampeyan butuh bantuan?"

Sembari melawan beberapa musuh yang muncul kian banyak, ia menjawab. "Sampeyan apa sudah selesai Gas?"

"Sudah Ram. Seperti yang di laporkan Reksa, Gilang juga di bantu oleh pak kepala, dan tim penyelamat. Ada baku tembak juga disana, tapi sudah hampir teratasi, karena adanya bantuan itu. Sampeyan di sebelah mana Ram? Saya sudah di lantai atas."

Belum ada jawaban dari Rama, namun terdengar suara tembakan, dan jeritan sudah pasti jika Rama tengah berkelahi melawan musuh sekarang.

"Ram?"

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang