SAYA CUMA BERCANDA, HEHE

11.5K 593 68
                                    

Sebenarnya ada banyak hal yang Aila tidak tahu tentang Rama. Termasuk jika selama ini yang paling sakit dalam pernikahan mereka adalah Rama, pria itu dengan segala ketulusan cintanya rela menjadi tameng untuk melindungi Aila, rela menjadi sosok pria yang tenang meski hatinya terluka sangat dalam.

Rama ingat dimana dirinya hendak mengembalikan ponsel Aila yang tertinggal di mobil, ia melihat Aila yang tengah berbincang akrab dengan Dokter Reza, ia menghentikan langkahnya dan sadar jika sejak awal seharusnya ia tidak pernah hadir di tengah-tengah mereka berdua.

'Ning, apakah ini sudah saatnya saya melepaskan kamu?' tanya Rama dalam hati, saat melihat Aila dan Dokter Reza perlahan menghilang dari pandangan matanya.

Sampai akhirnya, ia bertemu dan berbicara dengan Dokter Reza di taman. Pria itu mengatakan ingin melamar Aila kepada Kyai Ikmal, Rama dapat melihat jika Dokter Reza memiliki cinta yang tulus dan besar untuk Aila, dan yang paling penting keduanya juga tampak setara, sama-sama memiliki gelar dokter, Aila tidak akan malu dan tidak perlu merahasiakan pernikahan mereka nanti.

Bohong jika hatinya tidak sakit mendengar pengakuan Dokter Reza, tapi ia akan lebih sakit jika memaksa Aila untuk terus bersamanya.

Ia menerima tawaran Aila untuk memperbaiki pernikahan mereka, dan pernikahan mereka sudah memulai membaik, namun ia masih membatasi diri untuk tidak melakukan hubungan intim dengan Aila, karena semua kebahagiaan singkat ini saja sudah cukup.

Sebelum ia berangkat menjalankan misi, ia meminta Alexa dan Bagas untuk mengurus sertifikat rumah menjadi nama Aila, dan membuatkan rekening yang ia isi dengan jumlah uang yang banyak. Saat itu, Bagas dan Alexa bertanya apakah ia yakin akan melakukan itu semua, dan ia menjawab yakin.

Ia juga mentransfer sejumlah uang kepada Irham untuk biaya makan Aila setiap hari.

Ia akhirnya berniat melepaskan Aila, ia tidak mau memaksa Aila untuk terus bersamanya, dan sakit hati terlalu dalam.

'Ning Aila, saya melepaskan kamu. Berbahagialah dengan orang yang kamu cintai. Terima kasih, sudah memberikan saya kesempatan untuk mencintai kamu. Ning Ayu, sekali lagi terima kasih banyak. Saya mencintai kamu,' batinnya seraya melihat layar laptopnya yang memunculkan hasil pencarian tentang cara membuat gugatan cerai.

Ya, Rama akhirnya memilih melepaskan Aila.

"Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada kamu Mas. Tolong jangan menghukumku dengan cara seperti ini Mas ... Aku mencintai kamu Mas .... "

Kilasan memori yang sempat berputar di kepalanya, tiba-tiba saja menariknya kembali ke tempatnya semula. Suara Ning Aila seolah berhasil menariknya kembali ke dunia nyata.

Aila terisak saat melihat jemari Rama bergerak. Ia menggenggam tangan Rama, dan mengecupnya. “Mas. Mas Rama, ayo bangun Mas? Buka mata Mas. Ayo Mas!”

Aila tersenyum dan mengeratkan genggaman tangannya pada Rama, ketika kelopak mata Rama perlahan terbuka. Ia gegas menekan tombol yang berada di tembok. “Mas?” Aila tak sanggup lagi menahan tangisnya.

“N—ning A-y-yu,”

“Iya Mas, Mas Rama mau apa? Minum?”

Rama mengangguk lemah. Aila melepaskan genggaman tangannya, mengatur kepala ranjang agak sedikit naik, dan membantu Rama bersandar. Lalu ia mengambil air minum kemasan botol yang tersedia di atas nakas, dan memberikannya setelah di buka dan di masukkan sedotan untuk membantu suaminya minum.

“Sudah Ning,”

Aila menutup kembali air minumnya dan meletakkannya di atas nakas lagi. “Ada yang sakit Mas? Atau sandarannya kurang nyaman?”

Rama menggelengkan kepala seraya menatap wajah sembab Aila dengan lekat. “Kenapa menangis hm? Mas, sudah bilang kalau kamu ndak boleh menangis lho,” ucapnya lemah.

Aila menggigit bibir, menahan isakannya. Rama melambaikan tangan meminta Aila mendekat, dan Aila menurut. Ia duduk di kursi yang di sediakan yang dekat dengan ranjang pasien.

Tangan Rama terulur menyentuh wajah Aila yang basah, dan itu membuat Aila kembali menangis. “Ssstt. Jangan menangis, lagian Mas juga selamat kok,” kekehnya.

Bukannya tertawa, Aila malah semakin menangis. “Oh, maaf. Mas bercanda sayang. Maaf ya, sudah buat Ning Ayu khawatir,”

Aila hanya mengangguk, membiarkan jemari Rama membelai wajahnya yang basah. Ia sangat merindukan pria ini, ia tidak bisa jika harus terpisah dari seorang Ramadhan Althaf Bayu yang sudah menjadi pelabuhan cintanya.

Aila segera menekan tombol nurse call tak lama dokter Reza yang bertanggung jawab atas kondisi Rama datang bersama seorang perawat di sampingnya.

"Alhamdulillah, apa ada keluhan?" tanyanya, ia benar-benar lega saat melihat Rama sudah sadar.

Rama menggeleng, dokter Reza memeriksa keadaan Rama, dan juga mengecek cairan infus yang terpasang apakah mengalir dengan lancar atau tidak.

"Hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik. Setelah ini pasien bisa langsung di pindah ke rawat inap ya, setelah kesehatannya membaik pasien naru boleh pulang." jelas Dokter Reza.

Aila mengangguk, tanpa melepaskan genggaman tangannya dari Rama. "Terima kasih dokter," ucap Aila.

Dokter Reza mengangguk, "Sama-sama, sudah tugas saya." balasnya.

"Dok, dokter bilang kalau keadaan saya baik-baik saja kan?" tanya Rama tiba-tiba.

Atensi dokter Reza dan Aila berpindah pada sosok yang tengah berbaring di atas ranjang. "Benar,"

"Apa anda masih ada niatan untuk melmar istri saya?"

Pertanyaan Rama barusan membuat semua orang yang berada di sana terhenyak. Perawat laki-laki yang bersama dokter Reza juga tahu jika pasien yang mereka datangi ini adalah suami dari Aila, karena kabar itu beredar cepat sampai ke semua pegawai di rumah sakit ini.

Ucapan Rama juga langsung membuat sang perawat bertanya-tanya, apakah dokter Reza berniat merebut Aila dari suaminya?

Dokter Reza berdeham, kenapa tiba-tiba Rama harus membahas ini sekarang?

"Mas ... " tegur Aila.

Rama tiba-tiba tertawa, lalu kemudian meringis seraya memegangi perutnya. "Aduuh, aduh. Maaf dok, saya cuma bercanda,"

Aila membuang napas kasar, "Mas, kamu ini ah, di situasi seperti ini kok malah bercanda,"

Seraya tersenyum, Rama menjawab. "Maaf, maaf. Ya siapa tahu kan, kalau dokter Reza masih mau melamar sampeyan?"

"Mas .... " Aila kembali menegur. Jika saja posisi mereka hanya bertiga, Aila tidak keberatan jika Rama bercanda seperti ini, masalahnya ada orang lain di antara mereka bertiga. Bagaimana jika orang itu berpikiran buruk tentangnya, dan Dokter Reza?

"Oke. Oke. Saya minta maaf soal tempo hari, demi apa pun saya tidak tahu kalau--"

Rama terkekeh pelan. "Owalah, bukan salah sampeyan kok Dok. Ini konsekuensi yang harus saya terima dari pernikahan yang di sembunyikan. Bukan begitu Ning Aila?" tatapan mata Rama mengarah kepada Aila yang juga menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Entah apa yang tengah di pikirkan Aila, Rana tidak mau menebaknya.

Bibir Aila terlipat di balik cadar. Entah mengapa ia merasa jika Rama tidak tengah bercanda, jelas sekali jika semua perkatannya tengah menyudutkan dirinya, sampai berkali-kali menyinggung soal lamaran dokter Reza kepadanya.

"Aduh maaf ya, kenapa kok jadi serius seperti ini? Saya hanya bercanda, hehe .... "

Lagi-lagi Rama bilang hanya bercanda, padahal menurut Aila dan Dokter Reza, kenyataannya tidaklah begitu.

Aila merasa, Rama berubah tidak seperti Rama yang ia kenal selama ini. Kenapa? Apa yang membuatnya tiba-tiba berubah seperti ini, bukankah sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja?

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang