JANGAN KEMANA-MANA

12.7K 642 59
                                    

"Aduuuh, aduuuuhh. Umi sakiiit. Kenapa kok telinganya Fikron di jewer?"

Fikron terus meringis, merasakan rasa sakit dari tangan Uminya yang tengah menjewer telinganya. "Aahh, sakit umi!!"

Umi Shilla melepaskan tangannya dari telinga sang putra. "Kamu kenapa bisa kasih coklat almond ke kakak kamu hah? Astagfirullah .... " Umi Shilla memijat pelipisnya, sebelum kembali mendelik kesal kepada Fikron yang masih meringis seraya mengusap telinganya.

"Umi tuh nggak habis pikir sama kamu. Untungnya kita semua langsung membawanya. Kalau engga, Umi karungin kamu, terus di buang ke sungai!" sungutnya.

"Aduuh, astagfirullah sakit Mi!" telinganya masih panas dan sakit karena jeweran tadi, ini malah di tambah lagi oleh Uminya. "Malu Mi, di lihat orang. Kondisi kakak juga sudah membaik kan kata dokter tadi, sudah di tangani juga, tinggal menunggu kakak bangun,"

Sama seperti Umi Shilla yang kesal, Baba Ikmal juga sama kesalnya karena tidak habis pikir bagaimana bisa ia memberikan kakaknya kacang Almond, padahal mereka semua tahu kalau Aila alergi kacang Almond.

Fikron masih meringis, "Baba, bantuin Fikron. Telinganya Fikron sakit ini aduuh!!"

"Kamu bisa nggak, jangan berisik dulu. Kepala Baba pusing,"

Fikron mencebik kesal, "Dih Baba!"

Umi Shilla melepaskan tangannya pada telinga Fikron. "Lagian ya, Umi beneran heran sama kamu, kok bisa kasih coklat itu ke kakak?"

"Umiku sayang, Fikron mana tahu kalau itu coklat Almond, orang Fikron dapet coklat itu dari temen kok," ucapnya. Ia kemudian membatin, 'Maaf ya Umi, Baba. Fikron berbohong,'

Umi Shilla memicingkan kedua matanya, sedangkan Baba Ikmal memilih diam menyaksikan drama ibu dan anak itu. "Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki Umi,"

"Masa laki-laki makan coklat sih?"

Fikron menghela napas, kenapa sih Umi dan kakaknya ini mengajukan pertanyaan yang sama?

"Lah, memangnya kenapa sih Umi? Laki-laki memangnya nggak boleh makan coklat?"

"Wes toh, Mi. Malu kita di rumah sakit," Baba Ikmal menengahi.

Ting!

Fikron merogoh ponsel yang berada di dalam saku kemejanya, bibirnya melengkung membentuk senyum karena pesan itu dari kakak iparnya.

Mas Rama

Fik, di ruangan mana?

Fikron

Kenanga nomor 17
Mas Rama apa sudah sampai tah?

Mas Rama

Sebentar lagi sampai Fik

Fikron

Oke, hati-hati Mas.

"Chat sama siapa kamu?" tanya Umi Shilla.

Fikron memasukkan kembali ponselnya. "Umi kepo deh!"

Umi Shilla berdecak, seraya memukul lengan putranya. "Mau Umi jewer lagi, telinga kamu, hah?"

"Hehe, jangan gitu dong Umi,"

Umi Shilla berdecak, menatap suaminya yang sedari tadi memilih diam. "Ba, liat deh. Fikron itu nyebelin banget, persis kayak Baba,"

Baba Ikmal menatap sang istri, "Lho, lho, kok Baba sih Mi? Baba dari tadi diam lho," ucapnya tidak terima. Tapi ya mau bagaimana lagi, perempuan  kan begitu, marah ke siapa yang kena semprot semua orang.

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang