VIDEO CALL DARI ISTRI

11.8K 584 52
                                    

"Kenapa toh Ram? Bapak dan Umi perhatikan dari tadi kamu diam terus. Dari mobil, sampai ke rumah juga kamu masih diem. Kamu lagi ada masalah?"

Kini Rama sudah duduk di kursi ruang tamu yang terbuat dari kayu di rumah kedua orang tuanya. Benar, sejak dalam perjalanan dirinya memang tidak banyak bicara, pikirannya terlalu rumit semua seperti benang kusut. Ada banyak hal yang tentunya mengganggu pikirannya, tapi ia memilih untuk bungkam.

Umi Desi meletakkan dua cangkir berisi teh hangat yang masih mengepul di atas meja, beserta goreng singkong panas untuk suami dan putra semata wayangnya.

"Ndak apa-apa Pak. Rama cuma kepikiran sama Aila, kasian tadi pagi merengek mau ikut antar Umi sama Bapak pulang."

Umi dan Bapaknya mengangguk, seraya menghela napas. Mereka pikir, Rama sedang ada masalah dalam rumah tangganya. "Yo ndak apa-apa wajar toh Ram, namanya juga masih penganten anyar,"

Rama tersenyum, memilih untuk menyimpan semua permasalahannya sendirian. "Inggih Umi. Aila senang sekali berada disini, ia juga bilang kalau Rama harus sering membawanya main ke sini."

Umi Desi, dan Pak Syahrul mengulas senyum. Tidak menyangka, jika menantu mereka senang berada di rumah mereka yang tak seberapa ini.

"Bapak sama Umi malah cemas, takutnya Ning Aila ndak nyaman selama disini."

"Aila malah senang pak. Katanya enak, sejuk, suka banget sama pemandangan disini."

Rama, dan keluarganya menikmati teh dan juga singkong goreng sembari berbincang banyak hal. “Pak, Umi, sebentar nggih Rama ke mobil dulu ada yang hp nya Rama ketinggalan,” ucapnya.

Inggih Ram,”

Rama keluar dari rumah menuju ke mobil mengambil sebuah berkas dan juga ponselnya yang tertinggal. Dahinya seketika mengernyit, melihat banyaknya notifikasi panggilan tidak terjawab dari sang istri.

“Astagfirullah ... “ ia lupa bahwa telah berjanji akan menghubungi Aila jika ia sudah sampai rumah Umi dan Bapak.

Rama segera menghubungi sang istri, dan untungnya langsung di jawab.

"Hallo Mas, Assalamualaikum."

Dada Rama yang semula terasa terhimpit beban berat, kini terasa lega. Suara Aila yang mendayu benar-benar seolah mengangkat semua beban di dadanya.

"Waalaikumsallam Ning Ayu. Ngapunten hp nya Mas ketinggalan di mobil."

"Ya Allah Mas. Aku khawatir lho, karena belum ada kabar dari Mas. Tapi, semuanya baik-baik saja kan Mas? Ndak apa-apa kan selama perjalanan?"

Rama terkekeh, mendengar semua rentetan pertanyaan dari sang istri. Jika di ingat-ingat, ini pertama kalinya mereka berbicara di telepon. Selama ini mereka hanya bertukar pesan jika ada hal yang sangat penting saja, selebihnya tidak pernah berkomunikasi.

"Ih, kok malah ketawa sih Mas! Aku khawatir beneran lho!!" Protes Aila di ujung sana.

Rama lagi-lagi di buat senyum-senyum sendiri. "Inggih Ning Ayu Maaf ya. Mas ini lagi bingung lho, mau jawab pertanyaan yang mana dulu ini. Pertanyaan kamu banyak banget, haha."

Kini giliran Aila yang terkekeh setelah menyadari jika ia memang tidak memberikan suaminya kesempatan untuk menjawab pertanyaannya. "Maaf ya Mas. Ya namanya orang panik, pasti begitu toh?"

"Iya Ning Ayu." Rama kembali tersenyum, begitu mendengar suara dehaman dari Aila. Ia tahu, Aila selalu salah tingkah kala dirinya memanggil dengan sebutan 'Ning Ayu'. Ah, padahal baru berpisah sebentar, tapi ia sudah merindukan Aila.

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang