Rencana mereka untuk pergi mengunjungi taman rumah sakit itu gagal. Karena ada visit dokter yang akan memeriksa keadaan Aila.
"Apa ada keluhan lain Dok?" tanya dokter Umum bernama Renita.
Aila menggeleng.
Dokter Renita mengangguk, hari ini sudah bisa pulang ya. Keadaan Dokter Aila sudah membaik," ucapnya.
Aila mengangguk, dan tersenyum lega. Akhirnya, ia tidak akan lagi kebosanan karena terus berada di ruang rawat inapnya. Keduanya bersiap pulang setelah Rama menyelesaikan segala administrasi kepulangan Aila.
"Ning Ayu beneran ndak apa-apa kalau jalan kaki sampai lobi?"
Aila terkekeh, apa suaminya ini tidak percaya dengan diagnosis dokter yang barusan memeriksanya, dan mengizinkannya pulang?
Astaga, suaminya ini terlalu khawatir.
Aila merangkul sebelah tangan Rama yang tidak membawa apa pun. "Nggak apa-apa Mas. Aku beneran sudah sehat kok," ucapnya.
Rama menghela napas, dan memberikan kecupan pada pucuk kepala istrinya. "Mas khawatir kamu masih sakit sayang,"
Aila yang mengerti kegelisahan suaminya itu, menggenggam tangan Rama dengan kedua tangan mungilnya, dan menatap suaminya dengan teduh. "Aku sudah sehat Mas. Mas, nggak perlu khawatir lagi ya?"
Rama mengangguk, kedunya lantas keluar dari kamar rawat dengan berdampingan dan kedua tangan yang saling bergandengan. Keduanya sesekali saling melemparkan candaan, dan tertawa bersama, membuat seluruh staff rumah sakit yang melihat kemesraan mereka tersenyum senang. Setelah insiden saat Rama terluka dan mengharuskan di operasi, dan Aila yang dengan lantang mengakui jika Rama adalah suaminya itu sudah menyebar ke seluruh staff rumah sakit.
Siapa sangka, jika dokter bedah itu sudah menikah dengan seorang pria yang sangat rupawan dan memperlakukannya dengan sangat lembut, dan menatapnya dengan penuh cinta seperti membuat mereka semua iri, ingin mendapatkan suami seperti itu.
Namun, di balik itu semua mereka mendoakan Aila dan suaminya terus bahagia dan segera di berikan momomgan.
Langkah pasangan itu terhenti, saat berpapasan dengan dokter Reza di hadapan mereka. Seketika suasana romantis yang tercipta diantara Rama dan Aila mendadak tegang
"Kondisimu sudah membaik, Mei?" tanyanya.
Aila mengangguk kaku, kepalanya mendongkak menatap ke arah suaminya yang masih diam tidak membuka suara, membuat perasaannya dilanda cemas. Ia tidak mau hubungan mereka yang baru saja membaik ini kembali merenggang.
"Mas?" Aila memanggil sosok tampan yang berdiri di sampingnya.
Rama menoleh ke arahnya dan tersenyum seraya mengeratkan genggaman tangannya pada Aila. Ia tahu jika istrinya tengah memikirkan perasannya, saat ini.
Dokter Reza juga merasakan kecanggungan di antara mereka. Hiruk pikuk kesibukan orang-orang di sekitar mereka mendadak terasa sangat senyap, demi apa pun ia juga sangat malu bertatap muka dengan Rama.
Ia teringat perbuatannya yang dengan terang-terangan mengatakan ingin melamar Aila di hadapan suaminya sendiri.
Namun, bagaimana pun ia harus siap berada di posisi penuh kecanggungan seperti ini. Ia harus meminta maaf kepada Rama tentang hal yang sudah terjadi sebelumnya.
Dokter Reza menundukkan wajah, kemudian kembali menatap ke wajah Rama yang menatapnya dengan tenang. "Mas Rama, saya minta maaf atas apa yang sudah terjadi. Saya sungguh--"
"Ndak perlu minta maaf Dok. Sampeyan berkata seperti itu, karena tidak tahu kalau saya ini suaminya Ning Aila. Tapi, terima kasih, karena sampeyan mau meminta maaf dan mengakui kesalahan sampeyan,"
Dokter Reza bergeming, Rama yang berbicara dengan penuh senyum itu membuat rasa malu semakin meliputinya. Rama ini tipe pria yang terlalu baik, alih-alih memaafkan, bukankah seharusnya Rama memberikan pukulan kepadanya yang telah lancang ingin memiliki istrinya ini?
Rama melepaskan genggaman tangannya pada tangan sang istri, tanpa di duga ia mengulurkan tangannya, seolah mengajak berjabat tangan dengan sosok pria yang masih bergeming di hadapannya. "Ayo, berteman Dok!" serunya ketika uluran tangannya tidak mendapatkan balasan dari Dokter Reza.
Dokter Reza mengepalkan tangannya. Sudah benar-benar malu sampai ke ujung ubun-ubun, kenapa Rama begitu sangat baik kepadanya?
Tak kunjung mendapatkan balasan, Rama melangkah mendekat dan memberikan pelukan khas pria kepada Dokter Reza. "Yang berlalu, biarlah berlalu. Saya dan Aila sudah memaafkan sampeyan," ucapnya seraya menepuk punggung Dokter Reza.
Dokter Reza.merasa sangat terharu, "Matur suwun Mas Rama, sudah memaafkan saya,"
Rama melepaskan pelukannya, ia lantas menepuk bahu Dokter Reza. "Mulai hari ini, kita berteman ya?"
Dokter Reza mengangguk pelan. Ah, Rama selain tampan, ia juga memiliki hati yang sangat baik dan lapang, mungkin ini yang Aila sukai dari sosok Rama ini.
Rama tersenyum, " Yo wes, Saya sama Aila mau pulang dulu."
Dokter Reza mengangguk, kemudian menjawab salam yang di ucapkan Rama, seraya menatap kepergian pasangan berlalu meninggalkan gedung rumah sakit ini.
Ia tersenyum lebar, hatinya sudah sepenuhnya rela melepaskan Aila, dan mendoakan agar Rama dan Aila terus bahagia, dan bersama-sama sampai maut memisahkan.
Ia juga akan mempertimbangkan tentang perjodohan yang di tawarkan oleh ayahnya, dan mengajak seorang perempuan bernama Alvina yang sudah di jodohkan dengannya untuk bertemu.
******
Rama dan Aila sudah sampai rumah, Aila tengah berbaring di dalam kamarnya, sedang Rama sang suami tengah sibuk di dapur untuk memasak. Aila sudah protes dan mengajukan dirinya untuk memasak, namun suaminya menolak dengan tegas.
Suaminya itu malah menyuruhnya istirahat, dan melarangnya melakukan apa pun, jika bosan ia di izinkan untuk duduk manis di sofa ruang tamu, dan menunggu suaminya menghidangkan makanan untuk mereka.
Namun, bukan Aila namanya jika ia menurut. Ayolah ia sudah cukup bosan untuk berada di atas kasur, selama di rumah sakit saja sudah cukup tidak bisa melakukan apa pun, lantas sekarang ia juga harus tetap berbaring di ranjang begitu? No!
Aila diam-diam keluar dari kamar, setelah berganti pakaian dengan daster berlengan tiga perempat, tentunya tanpa kerudung dan cadar karena dirinya hanya berdua di dalam rumah dengan suaminya.
Aila tertegun melihat Rama yang tengah memasak di dapur. Babanya benar, selama ini dirinya kurang bersyukur memiliki suami seperti Rama. Jika bukan Rama, akankah ia di treat like a queen seperti ini?
Padahal kondisinya sudah sangat sehat, namun suaminya itu tidak memperbolehkannya melakukan apa pun. Rama mengurus semua pekerjaan rumah sendirian, sementara ia hanya di petintah untuk duduk manis saja.
Aila mengulas senyum tipis, dengan langkah yang dibuat sepelan mungkin, ia melangkah menghampiri suaminya yang tengah memasak dengan posisi memungnggunginya itu, dan memeluknya dari belakang.
Rama tersentak saat merasakan tubuhnya yang di peluk dari belakang, ia lalu melihat tangan putih nan cantik milik istrinya yang melingkar di atas perutnya. "Sayang, kenapa kesini? Nanti kalau makanannya sudah matang, Mas panggil," ucapnya.
Aila tampak menggeleng di balik punggung suaminya. "Gapapa Mas, bosan di kamar terus," rengeknya.
*****
Nanggung banget gak? Tadinya mau di jadiin 1 part, tapi kepanjangan banget, jadinya aku bikin 2 part huhuhu 😭
Guys, plis jangan bosen yaa masih panjang banget cerita ini 😭
Lanjutannya besok ya shaaay ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
AILA & RAMA [TERBIT] ✓
General FictionDi zaman sekarang, zaman serba modern ini apakah perjodohan masih berlaku? Tentu saja, seperti yang terjadi pada Myiesha Aila Rizqiyana, seorang dokter bedah bergelar Ning, dari pondok pesantren besar di jogjakarta. Di tengah puncak kariernya ia jod...