Aila mengulas senyum tipis, dengan langkah yang dibuat sepelan mungkin, ia melangkah menghampiri suaminya yang tengah memasak dengan posisi memungnggunginya itu, dan memeluknya dari belakang.
Rama tersentak saat merasakan tubuhnya yang di peluk dari belakang, ia lalu melihat tangan putih nan cantik milik istrinya yang melingkar di atas perutnya. "Sayang, kenapa kesini? Nanti kalau makanannya sudah matang, Mas panggil," ucapnya.
Aila tampak menggeleng di balik punggung suaminya. "Gapapa Mas, bosan di kamar terus," rengeknya.
Rama memadamkan kompor, kemudian membalikkan tubuhnya berhadapan dengan istri cantiknya. Ia membelai surai hitam milik Aila dengan lembut, sebelum membubuhkan beberapa kecupan pada pipi Aila, sampai sang empunya terkekeh geli.
"Mas iih!!"
Rama terkekeh, kali ini melabuhkan kecupannya pada kening Aila. "Nakal ya, Mas tadi suruh kamu tunggu di kamar, atau di sofa ruang tamu kan?"
Aila mengangguk, dengan senyuman lebarnya. Sedangkan Rama hanya bisa menggelengkan kepalanya, sejak di rumah sakit hubungan keduanya memang sangat membaik. Aila juga tidak malu mengatakan cinta setiap saat kepada Rama.
Rama tanpa aba-aba langsung menggendong tubuh Aila seperti koala, Aila yang terkejut refleks mengalungkan tangannya pada leher Rama seraya menatap lekat wajah tampan sang suami yang membuatnya terus jatuh cinta berkali-kali.
Rama mendudukkan Aila di atas kursi meja makan. "Tunggu sebentar ya, Mas siapkan makanannya dulu ya Ning Ayu,"
Aila mengangguk, tanpa melepaskan kedua tangannya yang memeluk leher sang suami. "Iya. Tapi cium dulu,"
Rama terkekeh, mencolek hidung Aila. "Nakal," kemudian Rama memberikan kecupan pada bibir Aila. "Sudah cukup, tuan putri?" candanya.
"Sudah pangeran," balas Aila. Kemudian keduanya tertawa, sebelum akhirnya Rama kembali ke dapur untuk mengambil makanan untuk makan siang mereka.
Seraya menunggu suaminya selesai memasak, Aila memilih duduk sambil menonton televisi yang menayangkan film "Finding Nemo".
"Nonton apa sayang?"
Aila menoleh ke arah suara, dan menemukan suaminya sudah membawa sebuah nampan berisi dua piring makanan. Aila segera membantu suaminya meletakkan makanan itu di atas meja ruang tamu.
"Finding Nemo?" Tanya Rama saat ia melihat ke televisi yang menampakkan animasi ikan badut.
Aila mengangguk, "Aku suka banget nonton film ini," ucap Aila.
Rama seketika terbahak, ia ingat kepada Bagas yang beberapa waktu lalu bilang jika Alexa menjadi sensitif setelah menonton film tersebut, meminta Bagas berjanji untuk tidak meninggalkan anak mereka seperti kelak, bahkan Bagas sampai harus tanda tangan di atas materai.
Aila yang melihat suaminya tertawa itu lantas mengerutkan kening. "Kenapa toh Mas? Kok ketawa, film nya sedih lho ini!" serunya, tidak terima jika film yang di tontonnya itu di tertawakan suaminya.
Rama menghentikan tawanya, merangkul Aila untuk duduk du sofa panjang bersamanya. "Maaf sayang. Mas hanya teringat akan Alexa,"
Mendengar kata Alexa, perasaan Aila mendadak terbakar cemburu. Kenapa sih, Alexa harus ada di setiap momen kebersamaan mereka?
Melihat wajah Aila yang melotot tajam ke arahnya, Rama berdeham. "Kamu kenapa sayang? Ning Ayu?"
Aila mendengkus pelan. "Mas ini sebenarnya ada hubungan apa sih dengan Alexa? Hampir di setiap momen lho, namanya selalu di sebut!" serunya.
Rama mengerutkan kening, tak lama kemudian ia tertawa dan memberikan kecupan pada pipi Aila. "Mas, jangan cium-cium ah!" serunya seraya mencoba menghindari ciuman darinya.
Ah, Rama tahu sekarang jika istrinya ini tengah cemburu kepada Alexa. Benar-benar sangat menggemaskan.
"Mas Rama iihh!!" Aila kembali berseru, saat Rama sengaja merangkul pinggangnya, dan merapatkan tubuh mereka lalu melabuhkan beberapa ciuman pada wajah Aila.
Rama tertawa, rasanya sangat senang di cemburui oleh istrinya ini. "Kamu cemburu?" tanyanya seraya menatap wajah Aila yang menoleh ke arah lain.
Rama akhirnya menghela napas, ia meraih kedua tangan istrinya. "Alexa itu istrinya Bagas, dia saudara Mas," ucap Rama yang berhasil menarik atensi Aila.
"Saudara?"
Rama mengangguk, kemudian mengalirlah cerita tentang keluarganya, termasuk Alexa. Ia juga menceritakan jika Alexa tengah mengandung, juga mengatakan saat melihat finding nemo ia menjadi teringat Bagas yang pasrah menuruti kerandoman istrinya yang tengah mengandung.
Kedua pipi Aila bersemu, astaga ia malu sekali sekarang. Alexa pasti tertawa senang setiap kali berhasil membuatnya cemburu buta, dengan menganggap Alexa sebagai pelakor, padahal Alexa adalah saudara Rama.
Ah, Ya Allah ... Mau di taruh dimana mukanya, saat bertemu Alexa nanti?
Astagfirullah ....
Rama yang melihat Aila seperti itu kembali melabuhkan kecupan pada sebelah pipi Aila. "Makan dulu yuk sayang."
"Ya Allah Mas, aku malu selama ini sudah berburuk sangka dengan Mbak Alexa," cicitnya.
"Nggak apa-apa sayang, jangan di pikirkan. Alexa pasti mengerti kok. Sudah ya, ayo makan dulu."
Aila mengangguk, menerima sebuah piring berisi nasi goreng, telur ceplok, dan juga tumis kering kornet buatan suaminya.
"Maaf ya, Mas lupa kalau persediaan makanan kita sudah hampir habis," ucap Rama penuh sesal.
Aila menoleh menatap suaminya, "Gapapa Mas. Ini sudah cukup kok." balasnya, bagaimana bisa ia marah kepada suaminya yang sudah sangat baik dalam memperlakukannya selama ini. "Ya sudah, nanti kita belanja bersama ya Mas?"
Rama menatap lekat Aila, "Hm? Memangnya kamu beneran sudah sembuh?"
Aila tertawa, ah pertanyaan itu lagi. Suaminya ini benar-benar meragukan diagnosis dokter ya? Haha
"Sudah Mas. Pokoknya, setelah makan ayo kita berbelanja bersama. Ya, ya?"
Rama terkekeh, Aila yang menatapnya penuh permohonan itu benar-benar menggemaskan. "Mas boleh cium kamu nggak sih sayang? Kamu gemes bangeet,"
Aila langsung menggeleng, "No, no! Kamu dari tadi juga cium-cium aku terus lho Mas. Ayo makan, aku sudah sangat lapaaar ... " rengek Aila.
Rama mengangguk, seraya terkekeh kecil. "Ayo makan, berdoa dulu ya sayang,"
Keduanya mulai makan setelah membaca doa.
Seusai makan, lagi-lagi Rama menyuruh Aila untuk masuk ke kamar dan bergantu pakaian untuk pergi berbelanja ke sebuah super market. Sedangkan Rama tengah berdiri di depan wastafel bersama beberapa cucian piring kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILA & RAMA [TERBIT] ✓
General FictionDi zaman sekarang, zaman serba modern ini apakah perjodohan masih berlaku? Tentu saja, seperti yang terjadi pada Myiesha Aila Rizqiyana, seorang dokter bedah bergelar Ning, dari pondok pesantren besar di jogjakarta. Di tengah puncak kariernya ia jod...