SELAMATKAN SUAMI SAYA!!

11.6K 625 112
                                    

PRANG!!

Aila tersentak saat dirinya menyenggol gelas berisi jus alpukat di atas mejanya. Suara itu menarik atensi beberapa orang yang tengah makan di kantin, "Astagfirullah .... " gumamnya.

Aila merasakan dadanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit, dan sesak. 'Ya Allah, kenapa perasaan saya mendadak tidak enak seperti ini?' Batinnya.

Aila mengusap dadanya, entah kenapa ia sangat gelisah dan teringat akan suaminya yang belum ada kabar. Ia tahu suaminya pasti sangat sibuk membantu Baba, dan Fikron, tapi kenapa rasanya akan ada seseuatu hal besar yang akan terjadi?

"Mei? Kamu ndak kenapa-napa?"

Siapa sangka, jika Dokter Reza juga berada di kantin. Entah kenapa Aila menjadi sangat tidak suka melihat Dokter Reza yang terus bermunculan di sekitarnya, pria itu seolah sengaja untuk berada di sekitarnya.

"Saya baik-baik saja Dok!" serunya.

Dokter Reza menghela napas, ia memanggil seorang office boy untuk membersihkan pecahan gelas tersebut. Aila sendiri sudah beranjak pergi dari sana setelah membayar tagihan pesanannya, Dokter Reza yang menyadari itu mengekori Aila dan keduanya berdiri di koridor yang tampak sepi karena sudah sangat malam.

"Saya tahu, semenjak perbincangan kita terakhir kali, kamu sengaja menghindari saya!"

"Dok! Saya sudah bilang sebelumnya, jika saya sudah menikah!!" serunya, ia memanggil seorang perawat untuk menjadi saksi di antara ia dan Dokter Reza, ia tidak mau ada fitnah yang menyebar karena posisi mereka sekarang.

"Dan kamu pikir, saya akan percaya?"

Aila menatap cincin yang tersemat di jari manisnya, cincin itu memang bukan cincin pernikahannya dengan Rama, mengingat dulu pernikahan mereka terbilang buru-buru, Rama hanya memberikannya Mas kawin berupa uang tunai sebanyak lima belas juta rupiah. Cincin ini di berikan oleh suaminya beberapa hari lalu, katanya sebagai hadiah untuknya, entah dalam hal apa Rama tidak memberitahukannya.

Ia mengangkat tangannya dan menunjukkan keberadaan cincin itu di hadapan wajah dokter Reza.

"Apa ini cukup untuk membuktikan jika saya sudah menikah? Ah, apa saya perlu menunjukkan buku nikah juga agar dokter percaya? Dok, sekali pun anda datang ke rumah dan meminta saya kepada Baba, Baba pasti tidak akan memberikan saya kepada anda!"

Dokter Reza meraup wajah, dan kembali menatap Aila. "Jika memang itu semua benar, kenapa pernikahan kalian harus di sembunyikan?"

Aila menunduk, kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuh. "Itu adalah kesalahan terbesae saya. Saya juga yang meminta pernikahan kami di sembunyikan. Tanpa sadar, jika saya sudah sangat menyakiti perasaan suami saya sendiri,"

Kepalanya terangkat, menatap Dokter Reza dengan sangat serius dan memohon. "Saya mohon dengan sangat. Tolong berhenti mendekat, saya tidak mau merasa semakin bersalah dengan suami saya .... "

Terkejut, dan kecewa terpancar jelas dari wajah Dokter Reza. Seharusnya, sejak awal Aila tidak egois meminta pernikahan ini di sembunyikan, seharusnya ia fokus untuk mengabdikan seluruh hidupnya menjadi seorang istri untuk Rama saja, mungkin semuanya tidak akan menjadi serumit ini.

Keadaan hening beberapa saat, sampai dua orang dokter intern menghampiri mereka berdua dengan wajah panik.

“Dok, kami dari unit UGD mendapatkan telepon ada dua orang pasien dengan luka tembak yang menuju ke rumah sakit kita. Satu terkena luka tembak di perut, dan pukulan benda tumpul di kepalanya. Satu lagi mendapatkan tiga tembakan di dada, bahu, dan perutnya tapi masih sadarkan diri. Dokter Aila, dan Dokter Reza di minta standby jika sewaktu-waktu pasien membutuhkan pembedahan,”

Tanpa membuang waktu, Aila dan Dokter Reza mengikuti langkah kedua dokter intern yang menuju ke pintu masuk UGD menunggu kedatangan pasien yang di sebutkan tadi.

Ada sebuah mobil masuk, namun yang keluar dari sana adalah Alexa yang langsung turun dan memeluk Aila seraya menangis. Mengundang tatapan bingung dari Aila dan para dokter dan perawat yang berdiri menunggu kedatangan pasien.

Alexa meraung-raung di pelukan Aila. Entah apa penyebabnya, tapi perasaannya mendadak ikut resah.

Hatinya bertanya-tanya, kenapa Alexa menangis? Namun, apa pun itu ia berharap bukanlah hal yang buruk.

Mobil Pajero sport berwarna hitam dan suara sirene polisi datang berhenti di depan pintu masuk ruang UGD para perawat segera mendorong brankar ke dekat mobil, begitu pintu mobil terbuka mereka langsung memapah seorang pria yang masih sadarkan diri meski terlihat sangat lemah, Alexa yang semula memeluk Aila melepaskan pelukannya, lalu beralih ke sosok pria yang terbaring di atas brankar ia menangis melihat luka tembak yang di dapat oleh sang suami.

“Tolong ... tolong tangani Rama lebih dulu. Ia terluka sangat parah, dan hampir tidak sadarkan diri,” lirih Bagas.
Para perawat segera mendorong brankar Bagas masuk ke ruang perawatan bersama dengan Alexa yang ikut mendampingi.

Mata Aila membulat, ia tahu orang yang bersama Alexa adalah Bagas, teman daru suaminya. Kenapa Bagas bisa terluka seperti itu?

Tunggu, Aila sempat mendengar jika Bagas menyebut nama Rama. Perasaannya semakin mendadak tidak karuan, tidak mungkin Rama yang di maksud oleh Bagas adalah suaminya, kan?

Kebingungannya terjawab sudah saat para perawat mengangkat tubuh seorang pria keluar dari dalam mobil dan meletakannya ke atas brankar. Disana Rama yang merupakan suaminya terbaring tak berdaya di atas brankar dengan perut yang mengeluarkan darah. Tubuhnya tiba-tiba lemas, ia menyeret langkahnya menuju tempat sang suami yang terbaring lemah seraya mencoba menghalangi aliran darah yang terus keluar.

Iya, itu adalah suaminya.

Aiala menangis, kenapa suaminya juga bisa mendapatkan luka tembak seperti Bagas? Kepalanya penuh dengan pemikiran tentang siapa sebenarnya suaminya ini? Apa yang sebenarnya di sembunyikan oleh suaminya ini?

Aila menangkup wajah pucat suaminya yang tengah menatapnya dengan tersenyum yang di selingi ringisan kecil. "Ning Ayu. Janga--an men--angis ... "

Aila menggeleng, bagaimana bisa pria yang sudah sangat tidak berdaya ini tetap tersenyum manis kepadanya, padahal ia sedang terluka dengan sangat parah.

Ia tidak menghiraukan ucapan suaminya, ia masih menangis. "Tolong!! Tolong selamatkan suami saya!! Tolong selamatkan suami saya dokter Reza!!"

Semua orang terkejut dengan ucapan Aila, semua orang di rumah sakit ini baru tahu jika sebenarnya Aila sudah menikah, begitu pun dokter Reza. Ia memang tahu perihal Aila yang sudah menikah, tapi ia tidak menyangka jika pria yang tempo hari bicara dengannya itu adalah suami dari Aila. Ia jadi merasa sangat bersalah, pasti rasanya sakit hati sekali mengetahui jika istrinya akan di pinang oleh orang lain.

Melihat Aila yang menangis dan menangkup wajah pucat Rama, Dokter Reza yakin jika mereka memang sudah menikah. Ia sangat tahu jika Aila tidak mungkin menyentuh orang lain yang bukan muhrimnya sembarangan apalagi sampai menangis seperti itu.

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang