“Ning Ayu .... “
“Ning Ayu. Ayo bangun, nanti kamu terlambat. Ning Ayu?”
Kening Aila mengerut dalam, ia memaksakan membuka kedua kelopak matanya saat samar-samar mendengar suara lembut Rama menyapa telinganya.
“Ning Ayu? Mau tidur sampai kapan hm? Ayo bangun sayang,”
5
Kedua matanya berhasil terbuka, pemandangan pertama yang di lihatnya pertama kali adalah wajah Rama yang tersenyum manis di hadapannya, namun semakin jelas penglihatannya, sosok sang suami semakin blur dan lama-lama menghilang.Aila mengernyit, melihat pemandangan langit-langit kamar yang di dominasi oleh warna putih. Ia mengangkat tangan, ia dapat melihat ada selang infus yang terpasang di tangannya. Matanya mulai berembun, tidak ini pasti mimpi pikirnya. Karena ia masih bisa mendengar suara suaminya yang membangunkannya seperti biasanya.
"Umi, kak Aila sudah sadar Umi!!" Fikron berseru, ia dan Umi Shilla segera menghampiri Aila yang masih berbaring.
"Alhamdulillah sayang," ucap Umi Shilla dengan penuh syukur, seraya mengecup kening putrinya. "Kamu baik-baik saja nak?" tanyanya.
Aila beralih menatap ibunya. "Um--mi..."
"Iya sayang, kenapa? Ada yang sakit?"
Aila menggeleng, "Mas Rama mana Mi?" tanyanya.
Namun, bukannya mendapatkan jawaban, uminya malah memalingkan wajah ke arah lain. Perasaannya kembali cemas, ia sungguh berharap jika semua yang terjadi hari ini hanya mimpi, dan Mas Ramanya baik-baik saja.
"Umi ... Dimana Mas Rama?"
Umi Shilla menghela napas, ia menoleh kepada Fikron yang berdiri di sampingnya. "Fik, panggil Babamu ya, bilang kalau Kakak sudah siuman." titahnya.
"Inggih Umi."
Begitu Fikron pergi, Aila meraih tangan uminya. "Mi, kenapa Umi ndak jawab pertanyaan Aila Mi? Mas Rama kemana Mi?"
Umi Shilla melepaskan tangan Aila di tangannya, lalu mengusap pucuk kepala Aila dengan lembut. "Tunggu Baba datang ya, biar Baba yang menjelaskan nanti."
Air matanya mulai mengalir, Rama tidak mungkin meninggalkannya Rama sudah berjanji akan selalu berada di sampingnya.
Umi Ashilla memekik saat Aila mencabut paksa jarum infus di tangannya hingga mengeluarkan darah, ia kemudian bergegas turun dari atas ranjang, “Nak, Astagfirullah, mau ke mana?” ia mencoba mencegah sang putri, namun Aila malah menghempaskan tangannya.
“Aila!” langkah Aila terhenti, saat Baba Ikmal datang dan memeluknya. Ia menangis di pelukan sang cinta pertamanya. “Katakan kalau semua ini hanya mimpi Ba. Mas Rama—Mas Rama—pasti sudah menunggu Aila di depan pintu kan Baba? Iyakan Baba?”
Namun, lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban. Hanya pelukan yang mengerat, dan ucapan agar dirinya tenang.
Ia benar-benar tidak sanggup, jika sekiranya Rama benar-benar meninggalkannya. Mungkin ada banyak lelaki tampan di dunia ini, tapi apakah mereka semua akan sama seperti Mas Ramanya?
Apakah mereka bisa mencintainya sebesar cinta Mas Rama untuknya?
Belum tentu, kan?
Lelaki seperti Rama mungkin hanya ada 1 di dunia.
Mas Rama, saya mohon ... Tolong jangan pernah tinggalkan saya.
*****
Dokter Reza menghela napas, ketika operasi yang di tanganinya selesai. Meski semuanya sempat panik karena pendarahan dari luka Rama begitu parah, beruntung rumah sakit memiliki banyak stok darah yang sesuai dengan Rama. Lukanya nyaris mengenai bagian vital tubuhnya, beruntungnya tembakan itu meleset dan hanya membuat Rama kehilangan banyak darah yang di sebabkan oleh luka tembak tersebut.
“Terima kasih semuanya,” ia menatap satu persatu wajah orang yang membantunya dalam operasi kali ini. Tubuhnya melemas, seraya menatap Rama yang di bawa keluar dari ruang operasi untuk di pindah ke ruang ICU karena kondisinya yang masih kritis.
Kemudian tatapannya beralih kepada sosok pria yang masih berbaring di atas brankar setelah menjalani operasi. "Ram, kamu harus bangun. Lawan masa kritismu untuk Aila," gumamnya.
Rama harus bangun, dan harus melihat seberapa besar cinta yang di miliki Aila untuknya, Rama juga belum mendengarkan permintaan maaf darinya atas kejadian tempo lalu yang mengatakan ingin melamar Aila kepada Rama, yang ternyata adalah suami dari perempuan yang ia maksud.
Ia melihat Rama yang sudah di bawa keluar oleh para perawat untuk di pindah ke kamar rawat. Masih terekam jelas bagaimana terpukulnya Aila karena kejadian yang menimpa Rama, ia jadi merasa sangat kecil.
Bagaimana bisa ia mau bersaing dengan seorang Rama, orang yang sangat hebat dalam mencintai Aila melebihi dirinya.
Ram, saya akhirnya mengerti mengapa Aila mencintai kamu. Karena kamu pria luar biasa, kamu rela menderita karena cinta yang kamu miliki.
Di sisi lain, keributan kembali terjadi di dalam ruang rawat inap Aila “SAYA TIDAK BUTUH SEMUA INI!!”
Ashilla memeluk sang putri yang kembali histeris seraya melemparkan sebuah sertifikat rumah, dan buku rekening bank yang di berikan oleh Pak Bambang titipan dari Rama. Setelah menjelaskan semuanya, Pak Bambang memberikan berkas titipan itu yang berupa sebuah sertifikat rumah atas nama dirinya, dan sejumlah uang seratus juta yang berada di buku rekening bank dengan nama Aila juga.
Sungguh, ia tidak butuh semua ini! Ia hanya ingin Rama terus berada di sisinya, hanya itu yang ia inginkan. Ia tidak mau di tinggalkan oleh Rama, tidak akan pernah mau!!
Bukan hanya Aila yang terkejut dengan semua fakta yang di jelaskan pak Bambang. Kedua orang tua Rama juga sama terkejutnya, pertemuan terakhir mereka dengan Rama yang memberikan sejumlah uang dan usaha rumah kost-kostan kepada mereka rupanya adalah firasat jika Rama akan mengalami kondisi seperti ini.
Ada Alexa, dan juga Bagas yang menangis. Keadaannya sedikit membaik, dengan ia berada di kursi roda dan Alexa yang mendorongnya, Bagas terus menyalahkan dirinya sendiri, jika saja Rama tidak melindunginya mungkin Rama tidak akan menjadi seperti sekarang. Ia bahkan sampai berlututul di bawah kaki kedua orang tua Rama karena merasa semua ini adalah kesalahannya.
“Jangan menyalahkan diri sendiri Nak Bagas. Rama tahu sampeyan harus pulang dan selamat untuk Alexa dan calon bayi kalian,” ucap Pak Syahrul, ayah Rama.
Orang tua Rama juga sudah di jemput oleh Reksa sebelumnya.
Aila kembali meraung, kenapa? Kenapa rasanya seperti suaminya sengaja tidak ingin kembali untuknya?
Apa Rama sudah menyerah memperjuangkan pernikahan mereka?
******
Lunas ya, hari ini aku udah update 2 bab hari ini hehe.
Btw makasih banyak yang udah doain buat kesehatan mamaku, kalian semua juga jangan lupa jaga kesehatan ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
AILA & RAMA [TERBIT] ✓
General FictionDi zaman sekarang, zaman serba modern ini apakah perjodohan masih berlaku? Tentu saja, seperti yang terjadi pada Myiesha Aila Rizqiyana, seorang dokter bedah bergelar Ning, dari pondok pesantren besar di jogjakarta. Di tengah puncak kariernya ia jod...