MASALAH PERTAMA

11.1K 543 41
                                    

Masalah yang datang kali ini benar-benar besar. Baba Ikmal, Fikron, dan Rama benar-benar terkejut dengan kekacauan yang tengah terjadi di depan mata mereka. Bahkan situasinya lebih parah dari yang di gambarkan melalui laporan dari Pak Junaidi, orang kepercayaan mereka.

Para warga lokal, dan pegawai mendadak berdemo untuk menutup pabrik yang sudah beroperasi selama tiga tahun ini. Jelas mereka bertiga tidak mengerti, entah siapa yang telah mengahasut semua orang. Padahal sebelumnya pemerintah desa, dan warga juga sudah setuju dan memberikan izin untuk pendirian pabrik konveksi yang tentu akan memberikan pekerjaan kepada warga yang tidak memiliki pekerjaan.

Tapi kenapa setelah tiga tahun berdiri, dan beroperasi mereka ingin tempat ini di tutup?

"Yai, mohon maaf. Saya sudah memberi mereka pengertian namun inilah yang terjadi sekarang, para pendemo malah bertambah banyak setiap harinya. Mereka bahkan sampai melempari pabrik dengan batu menyebabkan beberapa jendela pecah. Alat-alat juga mengalami banyak kerusakan karena ulah mereka." Pak Junaidi menjelaskan panjang lebar.

Kyai Ikmal juga dapat melihat jika dahi orang kepercayaannya itu tampak di perban, pak Junaidi pasti terkena serangan juga dari para pendemo.

Rama, dan Fikron sendiri tidak habis pikir. Memang akhir-akhir ini pabrik disini mengalami banyak sekali masalah setiap minggunya, seolah memang ada orang di balik kerusuhan ini yang menjadi dalangnya.

"TUTUP PABRIK INI!! KAMI TIDAK SUDI LINGKUNGAN KAMI YANG ASRI DAN DAMAI INI TERNODA OLEH ADANYA PABRIK YANG TUTUP MATA DENGAN PERZINAHAN!!"

Kyai Ikmal, dan yang lain tentu terkejut. Perzinahan? Apa maksudnya?

"Tenang bapak, ibu!" Rama berseru. "Bisa tolong jelaskan apa maksud perkataan kalian?" tanyanya.

Para pendemo itu tidak lagi bersuara dengan ramai seperti sebelumnya. Sampai dua orang warga menyeret seorang kepala desa ke hadapan Kyai Ikmal, dan yang lainnya.

Tampilan kepala desa itu begitu menyedihkan seperti habis di keroyok masa. Sedangkan salah satu dari pria yang menyeret kepala desa itu menangis. "Putri saya, di janjikan bisa masuk kerja ke pabrik ini dengan--" pria itu kembali menangis. "Dengan syarat, ia harus melakukan s*x dengan bapak kepala desa ini! Bukan cuma anak saya, tapi beberapa anak warga juga menjadi korban cabul kepala desa ini!"

Kyai Ikmal dan yang lain kembali terkejut. Mereka tidak pernah tahu jika ada hal seperti ini.

"Bukan hanya itu! Kami yang bekerja disini juga harus memberikan 30% dari gaji kami untuk kepala desa ini. Bukankah kalian semua juga ikut menikmati uang hasil jerih payah kami selama ini dari hasil rampasan kepala desa?"

"Kalian semua salah paham! Kami sama sekali tidak tahu menahu--"

"Halah, lebih baik tutup saja pabrik ini. Kembalikan desa kami yang semula asri dan damai!!"

"SETUJU!! TUTUP SAJA PABRIK INI!!"

Rama dan Fikron melangkah maju melindungi Kyai Ikmal yang menjadi sasaran masa. Sungguh demi apa pun mereka tidak menyangka dengan apa yang di jelaskan oleh warga. Pasalnya, tuduhan itu tidaklah benar. Kyai Ikmal, Rama, mau pun Fikron tidak pernah meminta kepala desa untuk melakukan pemotongam gaji karyawan, untuk mereka sendiri.

Demi apa pun, niat mereka mendirikan pabrik disini murni untuk memberikan lapangam kerja kepada para warga. Namun, mengapa akhirnya menjadi seperti ini?

Nama mereka terseret perbuatan buruk dari kepala desa. Orang yang paling depan mendukung berdirinya tempat ini, justru adalah orang yang bertolak belakang dengan sifat ramah dan bijaksananya.

Para pendemo kian ricuh, sampai kemudian pak kepala desa itu berteriak. Jika ada orang yang menyuruhnya, termasuk dengan pemungutan uang gaji dari para warga yang bekerja disana, ia di berikan imbalam sebanyak seratus juta untuk melakukan itu. Sedangkan tindakan pencab*lan itu memang murni adalah keinginannya sendiri.

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang