KAMU HARUS BAHAGIA NING

11.8K 591 51
                                    

"Sudah selesai?" tanya Rama, saat melihat Aila berjalan ke arahnya.

Aila mengangguk, memberikan senyum manisnya kepada sang suami. "Sini!" Pinta Rama.

Aila mendekat, kedua pipinya sontak bersemu merah saat Rama mengambil cadar miliknya, dan memakaikannya pada wajahnya.

Bukan hanya itu, Rama bahkan mengambil tasnya dengan sebelah tangannya, dan tangan satunya lagi menggandeng lengannya.

"Maaas...."

Langkah Rama terhenti saat merasakan ujung kemejanya di tarik oleh sang istri. "Kenapa Ning Ayu?"

Ah, pipi Aila selalu bersemu saat Rama memanggilnya dengan panggilan 'Ning Ayu' yang katanya panggilan sayang untuknya. "Mas, aku jangan masuk kerja saja ya Mas .... "

Rama terkekeh pelan mendengar nada bicara Aila yang merengek kepadanya, entah kenapa ia jadi sangat menyukainya. "Lho, lho. Kok begitu? Kamu kerja saja ya Ning Ayu,"

Aila menggeleng, ia bahkan sudah melingkari pinggang Rama dengan kedua tangannya. Rama tentu saja terkejut dengan sentuhan tiba-tiba itu, namun ia mencoba menetralkannya. "Aku mau ikut Mas antar Umi, dan Bapak pulang. Boleh ya Mas?"

Rama meletakkan tas Aila di atas lantai, kedua tangannya lantas menangkup wajah istrinya yang tertutup cadar. Sungguh, rasanya gemas sekali melihat Aila seperti ini. Apa Aila benar-benar serius ingin memperbaiki hubungan mereka? Jika iya, ia juga akan melakukan hal yang sama.

"Ning Ayu, dengar dulu. Nanti saja ya, Mas janji kapan-kapan kita kesana berdua ya, hm?"

Aila tampak terdiam.

"Ayo, sekarang kita berangkat ke rumah sakit dulu ya. Nanti kamu terlambat lho."

Aila menggeleng. "Nggak mau. Mau ikut Mas saja,"

Rama menghela napas, "Ning Ayu sayangku, ada banyak pasien yang sedang menunggu kamu lho di rumah sakit. Mas antar kamu ke sana dulu ya, nanti baru Mas ke rumah Baba dan Umi, menjemput Umi dan Bapak."

Aila masih kukuh dengan pendiriannya. Ia tidak mau, ia ingin ikut mengantarkan mertuanya pulang. Rama mendekap Aila ke dalam pelukannya, mengecup pucuk kepala sang istri. "Nurut apa kata suami ya?"

Aila akhirnya mengangguk, setelah merajuk. Seperti biasanya, Rama akan sangat sabar menghadapi istrinya. "Nggak boleh bohong ya?"

Rama terkekeh gemas, lalu melepaskan pelukannya. "Iya Ning Ayu, Mas janji. Sekarang, kamu pakai tas nya ya? Kita berangkat sekarang." ucap Rama seraya mengambil tas Aila yang berada di lantai.

Aila langsung mengambil, dan mengenakannya. "Janji ya Mas?"

"Iya Ning Ayu sayang .... "balasnya, seraya mengunci rumah mereka, setelah itu keduanya masuk ke dalam mobil, yang akan membawanya ke tempat kerja Aila.

*****

Tok ... tok ....

Rama membuka jendela mobilnya dan wajah seorang pria dengan jas dokter muncul. "Mas, bisa bicara sebentar dengan saya di taman?"

Rama mengangguk, meski hatinya bertanya-tanya kenapa dokter Reza muncul, beruntung Aila sudah masuk ke dalam rumah sakit. Rama memarkirkan mobilnya dan turun dari sana berjalan beriringan dengan dokter Reza ke taman rumah sakit.

Benaknya bertanya-tanya, apa kiranya yang ingin di katakan oleh dokter Reza kepadanya? Ah, kenapa perasaannya menjadi tidak enak begini?

"Ah, maaf sebelumnya. Perkenalkan, saya Reza." dokter dengan perawakan tinggi itu mengenalkan dirinya, setelah mereka berdua duduk di sebuah kursi tangan.

Rama membalas jabatan tangannya, "Saya Rama." balasnya, jabatan tangan mereka terlepas.

"Maaf sebelumnya, beberapa hari ini saya sering melihat anda mengantarkan dokter Mei terus,"

"Ning Aila maksudnya?" tanya Rama. Hatinya merasa tersentil saat dokter Reza memiliki panggilan khusus untuk istrinya.

Dokter Reza tersenyum. "Iya. Maaf saya terbiasa memanggilnya Mei. Mas Rama, saya ingin bertanya kepada anda, apakah Mei sudah memiliki calon?"

Deg!

Ah, jadi ini alasan mengapa perasaannya terus merasa tidak enak hati. Ingin sekali ia berteriak, jika Aila sudah memiliki suami, dan itu adalah dirinya.

Tapi tidak mungkin, ia mengatakannya. Tidak ada yang akan percaya, apalagi Aila juga masih menutup status pernikahan mereka rapat-rapat.

"Jujur saja, saya memiliki niat untuk melamar Mei--"

Rama tidak lagi mendengarkan apa saja yang tengah di sampaikan oleh pria dengan jas putih kedokteran itu. Saat ini, pikirannya jelas tengah bercabang-cabang, antara harus mrlepaskan Aila untuk Reza orang yang di cintai Aila, atau mempertahankan Aila tetap di sisinya?

"Apa anda benar-benar mencintai Ning Aila?" Tatapan matanya menyorot lekat dokter Reza yang memancarkan cinta saat menyebut nama Aila.

Hatinya perlahan hancur, bukankah rasanya ia sangat kejam jika memisahkan dua orang yang saling mencintai ini?

Rama mengepalkan tangannya, apakah ini akhir dari kehidupan pernikahannya? Ia tetap mencintai Ning Aila sendirian, dan melepaskannya agar bisa bersama dengan orang yang di cintainya.

Miris sekali rasanya, tapi sayangnya semua ini benar terjadi kepadanya.

"Iya Mas Rama. Saya serius." jawaban Dokter Reza sudah cukup membuatnya yakin, jika pada akhirnya harus melepaskan istrinya.

Bagaimana pun, Aila harus bahagia.

"Jadi bagaimana? Apa Ning Aila sudah punya calon?"

Rama menggeleng, menghalau semua pukulan yang menghantam dadanya. "Maaf dok, saya kurang tahu. Saya kan hanya santri yang mengabdi di sana, ndak ada waktu juga untuk mendengar gosip hehe."

Rama benar-benar pandai menyembunyikan luka yang tengah di rasakannya.

"Oh, saya pikir Mas Rama tahu. Hehe,"

Rama terkekeh pelan. "Kira-kira kapan dokter akan melamar Ning Aila?"

"Insyaallah bulan depan. Doakan ya Mas, semoga lancar."

Dengan hati yang tercabik-cabik, Rama mengangguk. "Inggih Dok. Saya pamit undur diri ya Dok, ada urusan."

Dokter Reza mengulas senyum tipis. "Ah iya. Maaf ya sudah mengganggu waktunya."

"Assalamualaikum" ucap Rama.

"Waalaikumsallam."

Rama langsung berlalu meninggalkan dokter Reza, dengan hati yang sudah sangat hancur, sampai ke dalam mobil Rama tidak lekas menyalakan mesin mobilnya, pria itu menangis apa yang harus di lakukannya sekarang?

Ia ingin bersama Ning Ayu kesayangannya, tapi tidak ingin menyakitinya dengan mengikat Aila dengan pernikahan yang tidak di inginkannya.

Ning, apa saya harus merelakan kamu untuk bersama dengan dokter Reza, orang yang juga mencintaimu?

AILA & RAMA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang