3

1K 87 2
                                    

Mata yang terpejam itu kini tebuka perlahan, bibir kecilnya mengeluarkan ringisan karena sakit yang dirasa. Bola mata nya bergerak liar kesana kemari mengamati tempat dirinya berbaring, kamar ini begitu gelap dengan aksen merah maroon nya.

Ia terduduk, memegang batang lehernya  yang terasa ngilu. Mengingat-ngingat apa sekiranya yang terjadi pada dirinya semalam, dan detik berikutnya tubuhnya  menegang saat potongan-potongan ingatan menghantam kepala mungil nya.

Tidak mungkin....tidak mungkin dirinya dibawa oleh pria menyeramkan itu, pria yang dengan teganya membunuh sang ayah dengan begitu brutal, ah...dia tidak pantas disebut manusia tapi lebih pantas disebut monster haus darah.

Dengan cepat kaki nya melangkah menuju pintu yang tertutup rapat, tangan putihnya menggerakan knop terus menerus berharap itu akan membuka pintu nya, tapi nihil...pintu itu begitu rapat tertutup.

"Apa ada orang diluar? tolong buka pintu nya!"

"Tolong keluarkan aku dari sini! jebal juseyo! buka pintunya!"

Click

Kaki mungil nya mundur, saat mendengar suara kunci pintu dibuka. Mata kecilnya kembali bergetar saat melihat ahjussi kemarin malam menyembulkan kepalanya dengan senyuman yang sungguh memuakkan bagi dirinya.

"Hai doll, apa kau tidur nyenyak?"

Kaki mungil nya terus ia bawa mundur, mata nya sudah memerah menahan tangis dengan bibir mungil bergetar. Taehyung menyeringai senang, ini adalah ekspresi kesukaannya.

"jangan takut doll, aku tak akan menyakitimu"

"Berhenti disana, jebalyo..."

Taehyung hanya bersmirk, terus melangkah... mendekati yoongi yang sekarang sudah bergetar hebat

"SUDAH KU BILANG UNTUK BERHENTI DISANA! DASAR KAU MONSTER!!" teriak yoongi

"AKH!"

"Jangan pernah berani berteriak padaku sialan! aku tak akan segan-segan membunuhmu, yoongi!" tekan taehyung mencengkram pipi si manis kencang bahkan kuku nya menancap pada pipi putih itu sampai membuat goresan dan mengeluarkan darah

"Lakukan! ayo lakukan!"

Tantang yoongi menatap tajam pada pria dewasa didepannya, ia sudah lelah dengan semuanya. Kenapa takdir senang sekali mempermainkan hidupnya, apa tak bisa sekali saja ia merasakan kebahagiaan? tak bisakah sekali saja ia tertawa lepas? dan tak bisakah ia merasakan ketenangan walau sedikit saja?

"Tentu, aku akan membunuhmu....tapi tidak sekarang, nanti setelah aku bosan mengukir luka ditubuh indahmu, doll"

Taehyung melepas cengkramannya, lalu tanpa jijik menjilat darah di pipi si manis pelan dengan memejemkan mata.

"Darahmu manis" bisiknya, lalu menjauhkan wajahnya dengan senyum miring disematkan saat melihat si manis yang kembali bergetar hebat.

Ceklek

Pria bermata safir itu melirik sebentar pada seorang pria yang baru saja masuk, lalu kembali menatap si manis

"Obati dia, pastikan tak ada bekas luka ditubuhnya. Aku tidak ingin boneka ku lecet oleh orang lain, karena hanya aku! hanya kim taehyung yang pantas  melukainya" titahnya mutlak, dan pria itu hanya mengangguk pelan mematuhi.

Taehyung melenggang pergi dari sana, membiarkan pria yang lebih tua dengan jas putih itu mengobati bonekanya.

Kim seokjin, dokter sekaligus kakak ipar dari taehyung hanya bisa menghembuskan nafas pelan. Ia melangkah mendekati seorang remaja yang kini sudah duduk di lantai dengan memeluk lutut.

"Hai"

Yoongi melirik sekilas, memundurkan tubuhnya karena merasa takut. Seokjin paham akan itu, ia lantas mengulurkan tangannya di depan remaja manis itu

"Aku kim seokjin, dan kau?" tanya nya yang hanya dibalas keheningan

"Apa kau....takut?"

Yoongi tetap tak bersuara, semakin menundukan wajahnya agar tak bersitatap dengan pria berjas putih itu.

"Jangan takut, aku tak akan menyakitimu. Aku adalah seorang dokter, dan aku disini untuk mengobatimu" ucap seokjin, masih dengan tangan terulur.

"A-apa kau bisa dipercaya?"

Lirihan yang lebih persis bisikan itu membuat seokjin tersenyum kecil, ia tanpa ragu mengangguk dan mengacungkan jari kelingkingnya.

"Aku tak akan menyakitimu, percayalah..."

Yoongi melirik kecil pada seokjin, mencoba menyelami manik hitam dokter tampan itu untuk mencari kebohongan, namun sialnya tak ada kebohongan yang ia lihat dari manik cantik itu.

"Jika kau masih belum mau percaya padaku, tak apa. Tapi bisakah aku mulai mengobatimu? aku takut taehyung marah"

Yoongi mengangguk pelan, dengan gemetar bangkit dan duduk di tepi ranjang bersama dokter yang telah ia ketahui namanya itu.

"Bisa kau buka bajumu?"

Tersentak kecil, yoongi menggeleng ribut rakut akan diapa-apakan.

"Gwaenchana, aku tak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin mengobati seluruh lukamu, seperti yang taehyung minta tadi"

"U-untuk apa?"

"Uh?"

"U-untuk apa aku diobati, jika nanti pria  itu akan menyiksaku kembali" lirih yoongi, menatap seokjin dengan senyum miris  yang membuat seokjin bergetar ikut merasakan sakit.

"Tapi ini adalah perintah, aku tak bisa membantahnya"

Hanya itu yang bisa seokjin ucapkan, menunduk tak berani menatap raut wajah putus asa dari yoongi. Jemari lentiknya menyiapkan obat luka serta lebam, lalu kapas untuk menjadi media alatnya

"A-aku bisa sendiri" cicit yoongi pelan, menjulurkan tangan untuk memeinta kapas yang sedang seokjin pegang

"Baiklah, pakailah perlahan karena mungkin akan sedikit perih" 

Yoongi mengangguk, membawa beberapa kapas dan obat luka ke kamar mandi untuk mengobati seluruh luka dibadannya. Sedangkan seokjin duduk di ranjang, menunggu si manis keluar.

20 menit kemudian, yoongi keluar dan berjalan perlahan mendekati seokjin yang tersenyum padanya.

"Apa kau sudah mengobati seluruh lukamu?"

"N-nee" jawab yoongi, mengembalikan obat lukanya pada dokter berbahu lebar itu

"Jika begitu, aku pergi ya. Sampai jumpa lagi, yoongi-ah"

Sebelum seokjin melangkah, tangan mungil dan dingin yoongi menahannya yang membuat pria berbahu lebar itu mengangkat satu alisnya bingung.

"Wae? apa kau memb __

"Bisakah kau membantuku keluar dari sini?" potong yoongi bertanya, dengan sorot penuh harapan dari balik mata redup nya.

Seokjin menggeleng pelan, dapat ia rasakan cengkraman ditangan nya menggendur dan terlepas begitu saja seiring harapan yang ikut hilang dari manik hazel itu.

Yoongi menunduk, menghela nafas pasrah dengan apa yang akan terjadi pada hidupnya ke depan. Tak ada jalan keluar...selain tinggal di rumah orang yang membunuh ayahnya.

"Maafkan aku"

Setelah mengatakan itu, seokjin keluar dari ruangan bernuansa maroon itu dan menguncinya...meninggalkan seorang remaja manis dengan buliran hujan yang mulai membasahi pipi pucatnya.








Hallo manteman😙
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MAFIA LOVE ( TAEGI )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang