71

446 63 10
                                    

Seokjin menghela nafas, menatap sedih pada si manis yang sekarang kembali terbaring tak sadarkan diri dengan jarum infus menghiasi salah satu punggung tangannya. Ia mengalihkan pandangannya ke sisi lain, melihat namjoon yang menatap si manis dengan pandangan kosongnya.

Senyuman sendu terukir kala netranya menatap salah satu jemari namjoon tak ada ditempatnya, putus akibat sabetan pisau tajam. Ia berjalan mendekat, duduk di samping prianya yang membuat empunya tersentak kecil.

"Bagaimana keadaannya? dia baik-baik saja kan?"

"Hm, untuk saat ini dia baik-baik saja. Tapi entah untuk kedepannya"

Alis namjoon terangkat, menuntut penjelasan lebih dari pria berbahu lebar itu. Seokjin yang sadar arti tatapannya itu, menyunggingkan senyum kecil, lalu menatap si manis di ranjang sana.

"Sekarang yoongi tengah mengandung" 

"M-mengandung?!"

"Ya, usia kandungannya bahkan hampir dua bulan" jawab seokjin tanpa menoleh dengan anggukan pelannya, sedangkan pria berdimpel itu terdiam

"Aku takut dia semakin stress karena tak melihat taehyung pulang, apalagi melihat kondisi kalian yang seperti ini. Aku takut itu akan berpengaruh pada yoongi dan bayinya"

"Kehamilan pada laki-laki sangatlah rentan, mereka harus di awasi dan terus di pantau oleh dokter. Setiap hari harus selalu mengonsumsi vitamin dan obat untuk menguatkan kandungannya"

Seokjin menghela nafas berat "Aku takut kejadian ini akan membuat yoongi kehilangan bayinya untuk yang kedua kali" lirihnya

Namjoon diam, entah harus bereaksi apa ketika sang istri menjelaskan perihal kondisi si manis. Ia juga tidak ingin remaja itu kehilangan bayinya lagi, lantas apa yang harus ia lakukan? satu-satu nya jalan hanya membawa taehyung pulang...

Tapi bagaimana? ia saja tidak tahu pria tan itu dimana. Tak ada jejak setelah ledakan hebat itu terjadi.

Seokjin menoleh sepenuhnya pada namjoon, tangannya tergerak mengelus punggung tangan namjoon perlahan "Sebenarnya ada apa yeobo? kenapa kalian seperti ini?"

Namjoon tak menjawab, dan memilih memeluk tubuh seokjin dengan erat. Menghirup aroma wangi yang ia rindukan, nyaman sekali.

"I miss you..." lirihnya

Pria berbahu lebar itu tersenyum kecil, lalu membalas pelukan sang suami tak kalah erat.

"I miss you too..." 

"Maafkan aku karena baru mengabarimu kemarin malam" ucap namjoon menatap bersalah pada istri cantiknya itu

Seokjin mengangguk, sembari mengelus rahang pria berdimpel itu lembut. Dan entah siapa yang memulai, keduanya kini saling berpaut...melumat labium satu sama lain tanpa nafsu, hanya menyalurkan rasa rindu.

Namjoon melepas ciumannya perlahan, sorot hitamnya menatap teduh pada seokjin yang sibuk mengais udara dengan rakus.

Cup!

"Kau semakin pandai jinseok"

"Ck! kau ini bisa saja, sudah cepat jelaskan padaku, kenapa kalian bisa seperti ini? apa sesuatu yang besar telah terjadi?"

Namjoon menghela nafas panjang, lalu menarik tubuh seokjin untuk ia peluk erat "Sebenarnya aku tidak ingin menceritakannya, tapi karena kau yang meminta...apa boleh buat"

Setelah namjoon menarik nafas dalam, ia menceritakan semuanya...tanpa dikurangi, atau bahkan ia lebih-lebihkan. Semuanya persis seperti apa yang terjadi.

Dan tanpa disadari keduanya, ada telinga lain yang mendengarkan. Ada mata yang kembali menumpahkan hujannya, dengan rasa sesak yang begitu menghimpit paru-parunya. Tenggorokannya tercekat, sakit sekali...

'Kau tak meninggalkan aku kan taetae?'

Semuanya nampak silau, bahkan membuat seorang pria yang baru saja masuk memejamkan matanya sejenak dengan decakan kesal. Ia berjalan perlahan, menaiki tangga untuk memasuki kamarnya.

Cklek!

Alisnya berkerut, seingatnya ini adalah kamarnya...tapi kenapa nampak berbeda. Ada satu ranjang lain di samping ranjang nya dengan ukuran sedang.

Dengan perlahan ia mendekat, dan terkejut saat melihat dua bayi yang tertidur damai diatasnya. Alisnya menukik, menatap sekitar yang baru ia sadari ternyata sepi.

"B-bayi siapa ini? kenapa bisa masuk mansionku?" gumamnya bertanya-tanya.

"Sayang?"

Hening, tak ada sahutan dari istrinya itu. Kemana sebenarnya semua orang? kenapa tak ada satupun yang menyambut kepulangannya?

"Sayang kau dimana?"

Bukannya disambut oleh si empu, panggilannya malah disambut tangisan bayi yang menggema saling bersahutan. Pria itu panik, bingung harus bagaimana, ia belum pernah mengurus bayi sebelumnya.

"Jangan menangis! kalian menyakiti telingaku syuttt diam!" bukannya menenangkan, pria itu tanpa sadar malah memarahi dua bayi tak berdosa itu.

Brak!

Ia menoleh, dan terkejut menatap istrinya yang berjalan tergesa menghampiri bayi-bayi yang menangis

"Kenapa kau diam saja? anak kita sedang menangis, kenapa kau tak menggendongnya"

"A-anak kita?" bingungnya

Pria manis itu menghela nafas pelan, dan memilih melangkah sedikit menjauh untuk menenangkan salah satu bayinya.

"Bisakah kau urus dia, aku harus menenangkan yang ini dulu"

Taehyung, pria tan itu tak menjawab...hanya diam mematung dengan pandangan lurus menatap si manis yang sekarang begitu nampak berbeda.

Remaja itu memakai baju serba putih, yang begitu cantik di tubuh rampingnya.

"Ahjussi kenapa kau diam?"

"A-ah, iya iya maaf..." angguk taehyung, segera menggendong bayi lainnya.

Yoongi menghela nafas, lalu berjalan mendekat dengan bayi yang sudah tertidur. Dengan perlahan ia tidurkan diatas ranjang, lalu mengambil alih bayi lainnya di gendongan taehyung.

"Jika kau terus saja seperti ini, aku tak akan tenang jika meninggalkanmu ahjussi"

"Maksudmu apa? kau akan meninggalkanku kemana eoh?"

Si manis tak menjawab, ia memilih fokus menenangkan si kecil di gendongannya agar berhenti menangis dan kembali tertidur.

"Sayang, kenapa kau diam. Ayo jawab pertanyaanku"

Yoongi menghela nafas, menatap sang ahjussi dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Aku harus pergi, waktuku sudah habis. Belajarlah untuk merawat anak kita dengan baik ahjussi"

"Apa maks_

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, ruangan yang tadinya silau penuh cahaya kini suram dengan si manis yang berdiri memberikan bayi itu padanya.

"S-sayang kau kenapa?" tanya taehyung cemas saat melihat baju putih si manis perlahan berubah menjadi warna merah dibagian perut sampai bawah, dengan bau anyir yang menyengat. 

"Maaf karena aku tidak ada bersamu dalam merawat anak kita"

"A-apa maksudmu?! kau tidak akan kemana-mana! kau bilang ini adalah anak kita, itu tandanya kita yang akan merawatnya"

Yoongi hanya tersenyum, mengecup singkat bibir tebal sang suami penuh perasaan.

"Aku pergi, terima kasih..."

Sebelum taehyung protes, cahaya putih sudah lebih dulu membawa yoongi-nya yang menyebabkan ia  berteriak bersahutan dengan kedua bayi yang mulai menangis kembali.

"Yoongi! andwae! KIM YOONGI!"

Ranjang bergetar, dengan tubuh mengejang hebat diatasnya mengejutkan seseorang yang sedari tadi menemaninya. Pria itu segera bangkit, menekan tombol merah dengan panik.

"Bertahanlah, kim"







Halloha
Anjrot udah banyak beut ini chap nya, kalian nggak bosen apa?
Vomment ya
Next chapter?
TBC.

MAFIA LOVE ( TAEGI )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang