18

1K 91 5
                                        

Beberapa langkah kaki terdengar tergesa, menggema di koridor perusahaan jeon company, jimin melangkah lebar dan terdiam melihat kacaunya ruang meeting yang di gunakan sang kekasih beberapa jam yang lalu.

"Sial! ini begitu sangat kacau" ujarnya, menatap tak percaya pada ruangan itu.

"Urusi mereka"

Para pria berpakaian serba hitam itu segera mengangguk, berjalan masuk untuk mengurus mayat-mayat yang ada. Sedangkan ia berjalan mendekati jungkook yang masih terkapar.

"Bangun jeon!" ucapnya, menendang kaki pria itu.

"Ck! bangun, aku tau kau masih hidup"

Setelah mengatakan itu, terlihatlah pergerakan dari pria dibawahnya. Jungkook dengan perlahan bangkit, mendesis sakit saat luka tembak di paha nya terasa menjalar.

"Aku kira kau akan mati hari ini, lord"

Pria berusia 24 tahun itu hanya berdecak, membuka jas mahalnya dengan kasar hingga peluru-peluru yang sebelumnya taehyung tembakan berjatuhan ke bawah.

"Aku tak akan mati semudah itu" ucapnya dengan senyuman miring tercetak jelas menyeramkan.

Jimin ikut menyeringai senang saat melihat kecerdasan jungkook, ia tak percaya jika sebelumnya...pria jeon itu sudah mempersiapkan semua ini, bahkan memakai jas anti peluru.

"Jika saja kau tak memakai ini, mungkin kau sudah mati sekarang. Lihatlah, ini berjumlah 10 peluru dan semuanya bersarang di tubuhmu"

Jungkook mengangguk pelan, melempar jas anti pelurunya sembarang. Tatapannya menajam, tangannya mengepal erat dibawah saat melihat tubuh tak bernyawa para investor nya.

"Aku akan membalasmu, Vante"

Pagi datang begitu cepat, mata yang tadinya tertutup kini terpaksa terbuka kala sinar hangat mentari menyentuh kulit pucatnya. Yoongi berkedip pelan, menetralkan penglihatannya yang sedikit memburam.

Lantas kepalanya di alihkan kesamping, menatap seorang pria dewasa yang memunggunginya dengan kedua lengan di depan dada.

"Ahjussi..."

Pria itu berbalik, menatapnya dalam diam sebelum akhirnya melangkah pelan mendekati ranjang pesakitannya.

"Kau sudah bangun?"

Si manis mengangguk lemah, membiarkan pria tan itu menaikan sedikit ranjangnya agar ia bisa bersandar nyaman.

"Jika ada yang sakit, segera katakan padaku"

Yoongi diam tak menjawab, tiba-tiba saja ingatannya meluncur bebas pada kejadian penusukan yang terjadi padanya. Ia memejamkan mata erat-erat dengan kepala menggeleng pelan berusaha menghilangkan kejadian kemarin.

Taehyung yang menyadari itu segera memeluk yoongi dari samping, mengusap pundak sempit itu perlahan untuk memberinya ketenangan, ya...ia hanya mengikuti kata hatinya saja.

"Hiks...dia...d-dia menusukku ahjussi...hiks...di_

"Sstt, sudah jangan lagi di fikirkan" sela taehyung menyimpan jari telunjuknya di depan bibir si manis

"Berhentilah menangis, kau menyakitiku doll"

Remaja manis itu mengangguk, berusaha menghentikan tangisnya meski gagal karena entah mengapa ia merasa sangat sedih sekarang, seolah ada yang hilang yang membuat paru-parunya terasa terhimpit, sesak.

"A-ahjussi...hiks...kenapa rasanya seperti ini hiks...sakit sekali"

"Mana yang sakit hm?"

Yoongi menoleh, memukup dada nya sendiri dengan kepalan tangan mungilnya. Tangisnya semakin deras, yang membuat pria tan itu terdiam dengan denyutan sakit menjalar di seluruh sudut hatinya.

MAFIA LOVE ( TAEGI )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang