73

520 68 9
                                    

Pagi hari yang cerah, menumbuhkan semangat pagi yang membuncah pada setiap insan. Termasuk pada seorang remaja manis yang sekarang sedang berjalan-jalan kecil dengan keadaan perut besar, maklum saja karena di dalam perut buncit itu terdapat dua jabang bayi alias kembar, yang baru menginjak usia tujuh bulan.

Kakinya melangkah hati-hati, memilah milih pijakan yang tak licin. Tangan kanan nya setia mengelusi perut, sedangkan tangan kirinya menyangga di pinggang belakang untuk menopang berat tubuhnya.

Sesekali langkahnya akan terhenti, mengelus perutnya saat tendangan di rasa. Ia hanya bisa menahan ringisan dengan senyuman lembut, dan bergumam kalimat manis untuk menenangkan kedua bayinya.

"Kalian sedang berolahraga hm? main apa didalam? apa sepak bola? jika iya, jangan terlalu kencang ya...tendangan kalian begitu kuat dan sedikit sakit untuk eomma"

Seolah bisa mendengar dan mengerti kesakitan sang ibu, kedua bayi itu mulai tenang meski sesekali tendangan lembut dilayangkan, mungkin mereka berdua tengah saling dorong menyalahkan satu sama lain karena menyakiti sang ibu.

Setelah ia rasa membaik, kaki pendeknya kembali melangkah mengelilingi halaman belakang, seokjin bilang ini baik untuk melancarkan persalinan.

Ya, pada akhirnya yoongi mencoba bangkit...membiarkan hari-harinya mengalir begitu saja tanpa sang ahjussi. Meski terasa sulit, tapi terus ia coba dan paksakan, dan untung saja berhasil karena bantuan dari orang-orang disekitarnya yang begitu amat menyayangi dirinya.

Awal-awal memang sulit, apalagi mendengar namjoon bercerita tentang kejadian disana yang membuatnya drop selama 1 bulan penuh. Berat tubuhnya sampai turun drastis yang membuat seokjin harus bekerja keras merawatnya, bahkan setiap hari ia harus di suntik untuk menguatkan kandungan dan janinnya.

Ia bahkan selalu merasa merepotkan mereka semua, dan jika ada keinginan mengidam pun...ia tidak berani mengungkapkan karena takut merepotkan, dan berakhir dirinya meminta maaf pada kedua bayinya karena keinginan mereka tak terpenuhi.

Ah...jika di ingat lagi, ia jadi sedih dan merasa bersalah pada calon kedua anaknya itu.

Dengan perlahan ia duduk, mengelap keringatnya dengan handuk kecil lalu menunduk menatap perutnya.

"Maafkan eomma hm? waktu itu begitu sulit untuk diterima" lirihnya, mengelus perut besarnya dengan lembut penuh kasih sayang

Yoongi menoleh saat mendengar langkah kaki, senyum nya terukir saat melihat soora membawa segelas susu hamil dengan sepiring buah potong.

"Terima kasih ahjumma"

"Sudah tugas saya, kalau begitu saya izin masuk kedalam lagi, masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan"

Yoongi mengangguk, membiarkan maid tertua itu kembali masuk kedalam mansion. Tangan putihnya terulur, mengambil segelas susu dan meminumnya hingga sisa setengah.

Duk!

"Sshhh..." desisnya saat tendangan dirasakan, lumayan kuat apalagi disusul tendangan lainnya dari arah kiri

Kedua anaknya ini sangatlah aktif, tapi lebih aktif yang sebelah kanan daripada yang kiri. Mungkin sebelah kiri lebih kalem, seperti dirinya.

"Astaga kalian jangan bertengkar, kkk"

Yoongi terkikik geli, telapak tangannya setia mengelus perutnya untuk membuat kedua bayinya tenang. Dan tentu saja cara itu sangatlah ampuh, buktinya sekarang...tendangannya tak sekuat tadi...dan berganti dengan tendangan yang lebih lembut.

"Anak pintar"

Setelah puas memuji dan mengelus perutnya, si manis mulai menyantap buah potongnya sambil menikmati suasana sejuk pagi hari.

Sedangkan di sisi lain, seorang pria berdimpel tengah meremas surai nya frustasi, saat ini ia sedang berada di perusahan sang adik untuk mengurus berkas-berkas yang menumpuk akibat tak terurus berbulan-bulan

"Dia memang adik durhaka!" makinya, lalu mengambil berkas lainnya yang harus ia periksa.

Drrt.. drtt...

Ia menoleh, keningnya berkerut saat melihat nomor asing tertera di layar ponsel mahalnya. Ia memilih menolaknya, lalu kembali melanjutkan pekerjaan.

Namun tak berselang satu menit, ponselnya kembali menyala dengan nomor yang sama. Ia menyimpan bolpoin, lalu mengambil benda pipih itu untuk ia angkat sambungannya.

📞

"Yeoboseyo?"

"Eoh, namjoon-ah!"

Namjoon segera menjauhkan ponselnya dari telinga, saat suara di sebrang sana begitu kencang memekakan pendengarannya.

"Kau siapa eoh? apa sebelumnya kita saling mengenal?" tanyanya dengan alis menukik

"Ck! jahat sekali kau sudah melupakan aku, ini aku junmyeon"

Namjoon diam beberapa detik sebelum matanya melotot tak percaya dengan mulut terbuka

"Suho?!"

"Ya, ini aku joon-ah. Bagaimana kabarmu eoh?"

"Baik, astaga kau kemana saja? sejak kau keluar dari organisasi, jejak mu sudah tak bisa aku lacak lagi"

"Hm, aku sengaja menutup data pribadiku agar tak ada orang lain yang bisa mengaksesnya"

Namjoon mangut-mangut faham meski orang disebrangnya tak dapat melihat.

"Lalu apa yang kau lakukan setelah keluar dari organisasi?" 

"Hanya mencoba menjalani kehidupan orang-orang normal, dan ternyata sangatlah menyenangkan" jawab suho dengan tawa kecilnya

Sedangkan namjoon menghela nafas pelan, lalu bangkit dan berjalan menghadap jendela, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang dengan orang-orang sibuk ke sana kemari dengan kegiatannya masing-masing.

"Aku juga ingin seperti itu"

"Kau sudah melakukannya joon, buktinya kau sudah menikah"

"Hm, tapi rasanya tetap kurang. Semuanya nampak semu abu-abu, aku ingin benar-benar keluar dari dunia hitam ini suho-ya, tapi kenapa sulit sekali" ujar namjoon dengan nada lesu, ia sebenarnya sudah ingin keluar dari organisasi sejak menikah dengan seokjin, tapi entah kenapa selalu saja sulit.

"Tak apa, pelan-pelan saja. Aku tau ini sulit, berkecimplung di dunia gelap bertahun-tahun membuat kita akan sulit lepas dan terus menerus di bayang-bayang rasa ingin membunuh, dan hal-hal kriminal lainnya"

"aku juga awalnya seperti itu, waktu keluar dari victoria aku sempat frustasi karena merasa ada yang kurang dalam diriku, aku ingin membunuh dan aku lakukan. Perlahan-lahan, aku mencoba menahan dan mengontrol diriku agar tidak selalu menuruti fikiran gilaku itu, dan akhirnya aku berhasil meski sesekali masih ada fikiran seperti itu"

Namjoon hanya bergumam, tak membalas ucapan sang sahabat. Ia hanya menghela nafas, sambil terus memandang orang-orang yang kesana-kemari tanpa beban, bebas tanpa harus terus waspada akan musuh yang akan menyerang

"Namjoon-ah..."

"Hm?"

"Bisakah kau datang kemari?"

"Kemana?"

"Rusia"

Namjoon terdiam, rusia ya? entah kenapa ia merasa jantungnya berdetak kencang ketika mendengar negara itu, ia berdehem sebentar untuk menetralkan dirinya

"Ada apa? apa kau terlibat masalah? lagipula kau sedang apa disana?"

"Aku tak memiliki masalah, dan aku disini karena pekerjaan"

"Lalu kenapa kau menyuruhku untuk pergi ke sana eoh?"

"Ada seseorang yang ingin menemuimu"

"Siapa?"

Tak ada jawaban untuk beberapa saat, sebelum suara sapaan dengan nada bicara yang amat ia kenali terdengar membuatnya mematung.

"Aku hyung..."

"T-taehyung..."







Halloha
Vomment ya
Next Chapter?
TBC.

MAFIA LOVE ( TAEGI )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang