Chapter 39

1.1K 141 73
                                    

Tidak pernah terpikirkan bagi Winara terbangun dipelukan Jeffrian setelah apa yang terjadi semalam.

Benar. Pertama kali saat dirinya membuka mata, wajah tampan Jeffrian yang pulas tertidur berada di depan wajahnya.

Tidak ada wajah dingin dan kemarahan seperti semalam. Yang ada hanyalah wajah polos dan rupawan seperti yang selalu Winara lihat. Rambut hitam pria itu jatuh ke dahi, menambah pesona tersendiri.

Winara merinding. Pelukan pria itu dan sosoknya yang tertidur bak bayi polos ini membuat sekujur tubuh Winara merinding tak terkira.

Deru napas Winara memberat. Rasa pusing dan mual yang semalam menyerangnya kembali datang. Bergegas, Winara menyibak selimut dengan serampangan dan pergi ke kamar mandi.

"Hoek!"

"Hoek!"

Dadanya sesak, air mata Winara mengalir deras. Sesuatu mendesak keluar namun tidak ada yang dia muntahkan selain cairan bening bercampur air liurnya.

Tidak ada makanan yang masuk ke dalam perutnya sejak semalam. Asam lambungnya pasti naik.

Ini yang terparah. Tenggorokannya seperti terbakar karena dipaksa mengeluarkan muntahan yang enggan keluar.

Tok! Tok!

"Peaches?"

"Sayang?"

Winara menatap ke arah pintu. Dia sengaja menguncinya dari dalam. Tak ingin berinteraksi dengan pria itu. Saat melihat ke arah cermin, Winara menyadari betapa kering dan pucat bibirnya sekarang.

"Sayang... kamu kenapa? Are you okay?"

Suara Jeffrian dan ketukan dibalik pintu masih terdengar. Pria itu sepertinya sangat mengkhawatirkan kondisinya.

Winara dengan cepat menyeka bibirnya. Menyalakan kran air dan membasih wajah serta menyiram sisa-sisa muntahannya di wastafel besar itu.

Pikiran Winara tertarik pada kejadian semalam. Jeffrian menguncinya di kamar ini, lalu dia berteriak dan membabi buta meminta dikeluarkan. Meski begitu Jeffrian tidak datang. Winara berakhir tertidur di balkon. Sampai di sana yang bisa Winara ingat.

Setelahnya Jeffrian masuk dan memindahkannya ke ranjang?!

Kenapa dia tidak terbangun?!

Padahal itu kesempatan yang bagus untuk memukuli Jeffrian dan melarikan diri dari sini sebelum kondisi tubuhnya menjadi lemah seperti ini.

Tok! Tok! Tok!

"Sayang! Kamu yang keluar atau aku yang masuk? Aku bisa merobohkan pintu ini kalau kamu mau!"

Winara terjebak. Dia harus keluar agar bisa pergi dari kamar ini. Sialnya dia enggan berhadapan Jeffrian.

Sampai tatapan Winara tak sengaja jatuh pada jam digital mahal yang terletak agak jauh dari wastafel. Benda itu diletakan di sana untuk menghitung waktu tentunya.

Tapi apa yang membuat Winara salah fokus adalah tanggal dan bulan yang juga tertulis di sana.

Tidak.

Winara langsung menyadarinya. Dia melewatkan sesuatu! Sesuatu yang sangat penting!!

Siklus bulanannya! Dua minggu sudah terlewati begitu saja tanpa dia mendapatkan tamu bulanan!

Bagaimana bisa?!

Obat.. kapan Winara pernah melupakan obatnya??

Tidak mungkin, dia pasti terlalu berlebihan. Ini bukan berarti kalau dirinya hamil kan?!

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang