Satu Minggu yang Lalu...
Bali
Setiap gerak-gerik Yoga diawasi. Aliran dana yang keluar dari perusahaan dan sakunya sendiri juga tak jauh berbeda. Semua dibawah pengawasan ayahnya.
Ini seperti sebuah kekangan namun tak terlihat. Tidak ada yang bisa melihat dan merasakannya selain Yoga sendiri.
Sangat memuakan memang. Hanya saja dia harus tetap berpikir logis untuk tidak melakukan hal-hak yang akan membuatnya terlihat mencurigakan.
Lagipula mengurus pekerjaanya saja sudah cukup membuatnya sibuk. Tidak ada waktu bagi Yoga bertindak seperti di masa lalu. Menguping pembicaraan ayahnya tentang Winara.
Winara... katakanlah Yoga memang gila. Kenyataanya dia memang sangat menggilai adik tirinya itu.
Sisi baik dan warasnya mengatakan untuk mundur saja. Sebaliknya, sisi jahat dan gilanya menegaskan jika mereka memang tak memiliki hubungan darah. Jadi tidak ada yang bisa menghentikannya memiliki Winara.
Jeffrian atau ayahnya, tidak ada yang bisa membuat Yoga mundur. Dia hanya perlu bersabar dan menunggu waktu yang tepat.
Yoga memulai permainanya dengan rapi. Maka biarlah semua terus berjalan seperti ini.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Saat pintu ruang kerjanya terbuka, Yura datang dengan membawa beberapa dokumen di tangannya. Yoga menyingkirkan kertas yang barusan dia baca sebelum menerima tumpukan dokumen dari Yura.
"Aku dengar kamu dan Melvin menikmati akhir pekan bersama kemarin."
"Siapa yang melarangku membicarakan tentang hal pribadi di kantor?" tanya Yura menyunggingkan senyumnya.
Yura hanya bercanda. Tapi tentu sana dia tidak akan pernah lupa tentang peringatan Yoga.
"Boleh-boleh saja asal aku yang memulainya!" jawab Yoga membuat Yura mendengus.
Yoga tertawa. "Karena itu juga suasana hatimu akhir-akhir ini membaik. Sudah betah di bali?"
"Justru aku berencana untuk pulang ke Jakarta lebih cepat. Ini rahasia... Melvin melamarku kemarin." ucap Yura membisikan kalimat itu dengan menahan salah tingkahnya.
Yura kembali mengingat kemarin saat mereka menghabiskan waktu bersama di pantai. Melvin membuat kejutan untuknya. Pria itu melamarnya saat mereka sedang menikmati indahnya sunset.
Itu lamaran yang sangat romantis. Sayang Yura harus menyimpannya untuk dirinya sendiri sebelum mengatakannya ke keluarganya.
Yoga terkejut. Tentu saja itu berita yang baik. Yoga pikir Melvin datang ke sini untuk menghabiskan waktu liburnya, ternyata pria itu punya tujuan lain. Melamar adiknya!
"Cuma kakak yang tau! Aku belum memberitahu mama ataupun papa."
"Kenapa kamu merahasiakannya?"
Tidak apa-apa kan memberitahu kakaknya? Yura tidak melihat hal aneh pada kakaknya ini. Semua sudah kembali ke tempatnya.
"Aku ingin memberitahu mereka secara langsung. Setelah aku tiba di Jakarta aku pasti akan memberitahu mereka. Aku juga ingin cepat-cepat memberitahu Wina!"
Terlalu excited, Yura sampai tak sadar nama Winara keluar juga dari bibirnya. Tidak ada reaksi yang aneh dari Yoga. Sepertinya memang tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
"Ehmm. Maaf, aku lupa kakak perlu bekerja keras menandatangani semua ini."
Yoga tersenyum manis. "Tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku bahagia untuk kalian. Melvin memang tidak pernah mengecewakanku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw