Delapan Tahun yang Lalu...
Las Vegas
Las Vegas kota yang dikenal dengan bisnis pasar gelap yang merebak di seluruh kota. Perjudian dan pencucian uang marak terjadi. Itu sudah menjadi hal yang lumrah di kota besar ini.
Dikenal sebagai kotak hiburan dunia, tidak salah Jeffrian memilihnya sebagai tempat untuk mengelabuhi Bara Damares.
Sebagai calon koki wajar saja Jeffrian berlibur ke sini bukan? Ada banyak tempat untuk menikmati makanan dan menonton beragam hiburan.
Hiburan yang Jeffrian maksud bukanlah menikmati sarapan lezat di pinggir pantai seperti yang kalian bayangkan. Melainkan perjudian di kasino yang sangat menguji keberuntungan seseorang.
"Kapan kita akan pergi ke kasino terbesar di kota ini?!" Miguel berteriak, menggaruk pipinya frustasi. "Ada ratusan ribu dollar yang bisa kita dapatkan di sana Jeff!"
Mendengar suara rengekan Miguel ternyata lebih menyakitkan dibanding panas alat ukir tato yang menyentuh pundaknya.
"Kita bisa mendapatkan banyak yang di sana!"
Pusing sekali Jeffrian mendengarnya!
"Berhenti menghias tubuhmu dengan tato sialan itu. Aku mengenal mantan polisi yang berjaga di—"
"Diamlah," tegur Jeffrian. Dia menyendot dalam-dalam rokoknya lalu menghembuskannya dengan santai. "Mendapatkan uang dari perjudian legal lebih sulit dari yang kau bayangkan bodoh!"
"Untuk seorang pemula seperti kita lebih baik perjudi di pinggiran seperti ini."
Jeffrian tahu Miguel itu tak bisa menahan nafsu keserakahannya akan uang. Temannya itu memang seperti manusia normal pada umumnya. Hanya saja jika dibedah, Jeffrian yakin isi otak Miguel itu 80% berisi uang.
Cara mendapatkan uang.
Cara memiliki uang.
Cara memperkaya diri sendiri.
Cara hidup bergelimang harta.
Menjadi orang terkaya di dunia, bagaimana caranya?
Kira-kira begitu. Itu adalah imbas dari rasa tidak percaya yang ayah Miguel berikan kepadanya. Miguel tidak akan bisa menghasilkan uang jika masih saja berpikir bodoh. Begitu kisah yang Miguel ceritakan padanya.
Tidak bodoh, dia hanya gegabah. Jeffrian yakin seiring waktu Miguel akan menjadi pria yang lebih bijaksana darinya.
"Tiga hari lagi kita harus kembali ke Indonesia, apa menurutmu uang ini sudah cukup? Bagi ayahku dan Bara Damares uang seperti ini hanyalah recehan."
Miguel benar. Satu tas berisikan uang dollar itu termasuk recehan untuk mereka.
Siapa yang akan menyangka jika putra keluarga terhormat di Indonesia sana mencari uang dengan cara seperti ini.
"Ayo bermain poker di xxxx," Jeffrian berkata sembari mengenakan kaos hitamnya.
Tidak ada sahutan bahkan setelah Jeffrian selesai memasangkan jaket kulit hitam ke tubuhnya. Jeffrian menoleh, seketika wajah menjijikan Miguel yang terpajang di depannya.
Bugh!
Miguel memukul pundak Jeffrian dengan keras. "INILAH YANG HARUSNYA KAU KATAKAN SEJAK KEMARIN-KEMARIN, BRENGSEK!"
"Sorry! Aku sudah kelewatan."
Jeffrian mengapit leher Miguel dengan lengannya. "Cepat bergegas!"
"Tunggu brengsek! Aku harus mengganti pakaianku, memakai parfum, dan blablabla."
Semua itu tak dapat terlaksana karena sekarang di sinilah mereka. Kasino yang bisa dibilang cukup besar dibanding tempat mereka bermain sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw