Chapter 47

947 139 32
                                    

"Ajak gue kalau mau jenguk Winara." ucap Rara turun dari mobilnya.

"Ra, sumpah. Lo nggak tahu diri banget bangsat!" maki Sean. Dia sungguh tidak tahu sejak kapan mobil Rara berada di belakangnya.

"Mulut lo Sean! Jangan kasar sama cewek, takut nggak ada yang naksir ntar sama lo." Rara tersenyum cerah, dia membenarkan letak bunga di pelukannya.

Sean mengabaikannya, dia memencet tombol agar pintu mobilnya terkunci. Lalu berjalan pergi meninggalkan Rara.

"Bantuin gue Sean!"

Rara menyusul temannya itu dengan kecepatan maksimal. Di tangan kanannya ada bunga lalu di tangan kirinya ada parsel buah yang sengaja dia beli untuk Winara. Tapi Sean bahkan tidak ingin membantunya.

Sungguh aneh melihat dua saudara itu bertingkah dingin kepadanya. Entah Jeffrian ataupun Sean. Dan itu semua karena satu orang, Winara.

Rara tidak siap mengambil peran antagonis di sini, tapi sepertinya itu harus ya?

"Seano!"

Tahu sendiri kan Sean itu tinggi badannya berapa? Jadi Rara kesulitan menyusulnya. Dia tidak ingin mengeluarkan effort untuk bertanya dimana kamar Winara, jadi berlari mengejar Sean adalah hal yang harus Rara lakukan.

Sean mengernyitkan dahinya tak melihat seorangpun berada di depan kamar Winara. Biasanya dia akan bertemu dengan Miguel ataupun dua manusia penjaga itu. Bahkan Jeffrian, sekarang sama sekali tidak ada.

Membuka pintu di depannya, Sean disambut oleh seorang perawat yang sibuk membereskan kamar itu. Dia menatap Sean dan Rara bingung. Berpikir mereka berdua salah kamar.

"Pasien di kamar ini, kemana dia?" tanya Sean. "Winara.. kemarin dia masih di rawat di sini."

Perawat itu tak tahu harus menjawab apa karena dia hanya diberi perintah untuk membereskan kamar ini.

"Dia sudah keluar.. aku diminta membereskan kamar ini."

"Kapan dia keluar? Kemarin aku masih menjenguknya! Dia bilang akan pulang satu atau dua hari lagi."

"Aku tidak tahu. Cobalah bertanya—"

Mengabaikan ucapan perawat itu, Sean memutar jalannya pergi dari sana. Rara pun bingung dengan situasi ini. Harusnya kan dia melihat Winara di kamar itu.

Apa dia terlambat menjenguknya?

"Sekarang gimana? Lo nggak salah kamar kan, Seano?"

Sean seketika menghentikan jalannya. Dia berbalik dan menatap Rara dengan mata elangnya. Wanita itu menghentikan langkah sebelum menabrak Sean. Dia membalas tatapan Sean dengan berani.

"Lo emang gila ra! Buat apa sih bertingkah kaya gini? Kalau gasuka sama Winara gausah nyentuh dia lagi! Gausah ngasih perhatian palsu!"

Sean khawatir sekarang tapi ucapan Rara barusan membuatnya naik darah. Wanita ini memang bukan main mengesalkannya.

"Gue jenguk Winara karena khawatir. Dan dari mana lo tau kalau gue memberi perhatian palsu?!"

Sean tersenyum kecut. Rara masih saja percaya diri menjawabnya.

"Orang yang terbiasa mendapat perhatian palsu emang susah sadarnya.." gumam Sean, menjauh dari Rara. "Urus aja urusan lo sendiri, jangan ngikutin gue!"

"Apa maksud lo?!" sengak Rara, kesal.

Maksud Sean adalah sesuatu mungkin saja terjadi semalam. Dia ingin tahu dimana Winara sekarang dan bagaimana kondisinya. Tidak ada gunanya dia bicara dengan Rara. Itu hanya akan membuang-buang waktunya.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang