Chapter 62

676 105 52
                                    

Tidak ada yang salah dengan kandungan Winara. Dokter memintanya mengurangi tingkat stressnya agar bayinya tak kekurangan suplai oksigen.

Rasa cemas dan banyaknya pikiran dalam kepala Winara juga mempengaruhi gerakan bayinya. Demi menghindari kelahiran prematur. Winara harus bisa mengontrol tingkat stresnya.

Winara tidak ingin melahirkan bayinya lebih cepat dari perkiraan. Dia ingin bayinya sehat dan selamat sampai keluar dari perutnya.

Winara hanya merasa aneh dengan semua ini. Dalam satu malam kehidupannya benar-benar berubah.

Dratis sangat drastis.

Winara mendengar kabar kematian Yoga. Dia sudah mendengarnya dari Jeffrian, pria itu menembak Yoga tepat di kepalanya.

Itu mengerikan.

Winara merasa lega tak melihat kebrutalan Jeffrian. Pasti sangat menakutkan bukan?

Ah... memang selama ini Winara tak pernah melihat kebrutalan Jeffrian. Jangan sampai dia melihatnya.

Winara tidak tau apa yang dia rasakan sekarang. Dia harus merasa sedih atau lega?

Hal yang pasti Winara merasa lega saat mendengar operasi Jeffrian berhasil dilakukan. Namun sudah dua hari pria itu belum sadarkan diri.

Jeffrian menjalani operasi besar, bedah mayor yang mengharuskannya kehilangan salah satu ginjalnya. Peluru itu mengenai ginjal kirinya membuat organ itu tak lagi bisa berfungsi dan diangkat.

Jeffrian terluka dan kehilangan salah satu ginjalnya karena dirinya.

Winara tak bisa memikirkan hal lain selain kekacauan ini berawal dari dirinya.

Harus ada nyawa yang melayang dan banyak orang yang terluka. Semua ini salahnya.

Tidak banyak yang Winara lakukan selain mengistirahatkan diri seperti yang dokter perintahkan. Rumah sakit ternyata sangat nyaman untuk dia tiduri. Dengan begitu Winara juga bisa mengawasi Jeffrian yang masih terbaring nyenyak di kamar rawatnya.

Jeffrian sudah dipindahkan ke sana dengan pengawasan yang tinggi. Penjagaanya sangat ketat bahkan Winara sendiri hanya bisa melihatnya dari jarak beberapa meter jauhnya.

"Menyingkirlah," suara itu membuat Winara menoleh.

Itu Miguel. Pria itu memberi perintah kepad orang-orang yang berjaga.

Miguel berjalan melewatinya, orang-orang yang berjaga di depan pintu kamar Jeffrian mulai menyingkir. Mereka memberi Miguel jalan.

"Apa kata dokter kalau melihatmu berjalan-jalan sendirian malam-malam begini?" tanya Miguel ke Winara.

Winara tak menjawabnya. Dia memilih berbalik dan pergi sebelum tangan Miguel menahan pundaknya.

"Masuk lah, kamu ingin menjenguk Jeff kan? Dokter bilang nggak sembarangan orang boleh masuk. Aku akan meminta izin untukmu."

"Nggak, nggak perlu."

Aneh sekali pria ini. Seharusnya meminta izin dulu baru membiarkannya masuk. Bukan malah sebaliknya.

Miguel adalah orang yang pernah menyelamatkan nyawanya. Hari itu, Winara masih mengingat kebaikannya. Namun dia masih belum bisa membalasnya.

"Wina, jangan ragu-ragu. Aku tahu kamu memikirkan kondisinya."

Winara memang ragu. Melihat Jeffrian lebih dekat hanya akan membuatnya merasa sedih dan bersalah.

Tapi jika tidak pergi... untuk apa dia ragu-ragu! Ini kesempatannya untuk menjenguk pria itu dari dekat.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang