Seandainya saja Winara tidak memberi Jeffrian kesempatan untuk kembali, semua mungkin tidak akan berakhir seperti ini.
Menunggu. Winara membencinya. Meski Jeffrian sudah berjanji akan memberinya tanda tangan namun Winara perlu menunggu selama beberapa bulan lagi lamanya.
Winara tidak ingin pergi tanpa status cerai yang sudah selesai. Dia tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi kepadanya.
Winara harus melihat Jeffrian memberikan tanda tangan di atas kertas dengan mata kepalanya sendiri. Harus! Itu sebuah keharusan.
"Katakan pada istriku aku tidak akan kembali ke rumah itu. Winara tidak harus tinggal di apartemen sempit ini."
"Sayang, kamu dengar kan? Aku berjanji tidak akan menampakan diri di depanmu lagi sebelum bayi kita lahir."
"Saat dia sudah terlahir ke dunia ini dengan sehat aku akan datang memberikanmu tanda tangan seperti yang kamu minta."
Bukan tanpa alasan Winara kembali ke rumah ini. Meski tak ingin menganggapnya sebagai rumah, semua barang berharga miliknya ada di sini.
Winara tidak mungkin terus tinggal di apartemen Sean. Jeffrian brengsek itu mengatainya sebagai apartemen sempit kenyataanya itu lebih baik dari tempat manapun yang pernah Winara tinggali.
Setidaknya Winara bisa menjalani kehidupan normalnya di rumah ini. Sendirian dan damai. Winara pikir akan seperti itu kenyataanya salah besar.
"Kakak!"
Winara bahagia sekali. Yura datang menemuinya. Dia sangat amat merindukan wanita itu. Rasanya seperti sudah lama sekali mereka tak bertemu.
Itu sebuah awal. Dua minggu yang lalu saat pertemuan pertama mereka, Winara meminta Yura menemaninya seharian.
Lama-lama Winara semakin manja dan tak ingin pisah dengan kakak tercintanya itu. Benar! Winara sejatinya membutuhkan seseorang yang dia anggap sebagai teman.
Winara sudah menceritakan semuanya kepada Yura. Tentu saja wanita itu marah besar, tak menyangka semua akan menjadi serumit ini.
Yura juga merasa bersalah tak bisa membawa Winara keluar dari situasi ini. Andai saja dulu saat melabrak Jeffrian itu Yura bisa langsung membawa Winara pergi jauh dari kehidupan Jeffrian. Tentu saja semua ini tidak akan terjadi.
Tapi begitulah, penyesalan selalu datang di akhir.
Yura justru berpikir dia menjadi berteman dekat dengan Jeffrian akhir-akhir ini. Memang sialan sekali!
"Aku datang untuk menemui Yura. Dimana dia?"
"Ketidaksopanan macam apa ini Jeffrian Damares?!" Gio berteriak. Dia menatap Jeffrian yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Sudah kubilang aku datang untuk menemui Yura apa kau tuli?"
Jeffrian yang tidak tahu akan sopan santun. Pria itu kembali ke setelan awalnya jika harus bersikap kepada Gio Mahandika bajingan ini.
"Aku di sini! Untuk apa kau mencariku?!"
"Apa sesuatu terjadi pada Wina?! Aku baru akan menemuinya."
Yura yang baru saja kembali dari Bali melihat Jeffrian mendatanginya. Dengan kerendahan hati pria itu meminta Yura untuk tinggal dan mengawasi Winara dengan baik.
Tentu saja Yura dengan senang hati akan melakukannya. Tapi mengingat ketidak-akuran antara papanya dan Winara, Yura tidak bisa mengajak Winara kembali tinggal di rumah mereka.
Satu-satunya cara adalah Yura yang pindah ke rumah ini. Rumah minimalis dua lantai yang sebelumnya ditinggali oleh Jeffrian dan Winara.
Lalu begitulah kehidupan normal Winara berjalan. Mungkin inilah kehidupan yang dia dambakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw