Chapter 12

1.4K 172 21
                                    

"Saya ke kamar kamu, sekarang."

Perkataan Jeffrian membuat Winara melotot lebar. Pria itu berjalan pergi dari balkon. Sudah tentu Winara tahu kemana arah tujuannya!

Kamarnya!

Karena itu tanpa babibu, Winara menutup pintu balkonnya. Sedikit tergesa sampai dia tak sengaja tersandung kakinya sendiri.

Gadis 19 tahun merapikan ranjangnya yang berantakan. Bantal dan boneka berserakan dimana-mana, tidak rapi sama sekali. Sangat miris. Winara hanya punya waktu beberapa detik untuk membenahinya.

Winara bahkan asal menjejalkan pakaiannya ke dalam lemari. Bodo amat. Dia tidak peduli, yang penting benda itu menghilang dulu dari hadapannya agar kamarnya terlihat lebih rapi dan manusiawi.

Terakhir, Winara menyemprotkan parfum miliknya. Asal semprot yang penting wangi. Winara ikut terbatuk-batuk karena tak sengaja menyemprotkannya di dekat mulut.

Tok! Tok!

"Iya!" sahut Winara dari dalam kamar.

Winara meletakan botol parfumnya dengan asal. Berharap kamarnya tak terlalu bau dan tak terlalu wangi.

Terlalu wangi juga buruk kan?

"Sudah boleh masuk belum?" tanya Jeffrian, pria itu berdiri tegap di depan kamarnya.

Winara tersenyum mempersilahkan. Sambil mengibas-ngibaskan tanganya di depan wajah, gadis itu berusaha mengusir bau vanila yang terlalu pekat.

"Hehe!"

Sumpah, Winara mati kutu. Tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Jeffrian berada di kamarnya.

Haruskah Winara langsung menerjang pria itu dan menyeretnya ke ranjang?!

OH MY GOD!

Winara memukul pelan kepalanya. Lagi-lagi dia memikirkan hal-hal brutal yang ugh! Sangat menggelikan.

"Winara? Apa yang kamu pikirkan? Kenapa pipi kamu memerah begitu?"

"Eh?! Enggak!"

Mata Jeffrian menyipit. Tak percaya dengan ucapan gadis itu. "Kita hanya tidur kan? Atau jangan-jangan kamu memikirkan hal lain yang lebih—"

"Stttt! Aku nggak mikirin apa-apa! Jangan bicara sembarangan kak. Ayo tidur."

Jeffrian tersenyum tipis. Diraihnya tangan Winara yang ingin pergi dari hadapannya. Winara yang mau naik ke ranjang jadi berhenti karena genggaman tangan Jeffrian.

"Sudah kubilang kan saya nggak akan memaksa kamu. Kalau pegangan tangan saja kamu nggak suka, cepat beri tahu saya."

Winara melirik ke arah genggaman tangan Jeffrian. Lain dari hari itu, kali ini tangan pria ini terasa hangat. Tangan besar itu melingkupi tangan kecilnya dengan sempurna.

"Kalau gitu kita mulai dengan pegangan tangan dulu, bagaimana?"

"Maksudnya kak?"

"Tolong pegang tangan saya saat kita sedang tidur bersama." ucap Jeffrian mengangkat genggaman tangan mereka di depan wajah Winara.

"Tapi kakak nggak bisa tidur kalau lampunya hidup. Dan aku nggak bisa tidur kalau lampunya mati."

"Kalau gitu satu tangan kamu saya genggam satunya lagi buat nutupin mata saya gimana?"

"Heh?"

Jeffrian menarik tangan Winara ke ranjang. "Kamu nggak akan tahu kalau belum dipraktekan."

Winara mengikuti apa yang Jeffrian mau. Gadis itu tertidur di sisi ranjang, sementara Jeffrian berbaring di sampingnya. Untung saja ranjang di kamar ini cukup besar. Jadi dipakai berdua pun masih menyisakan jarak beberapa jengkal.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang