Di sini lah Winara sekarang. Duduk diantara puluhan orang yang menyaksikan persidangan seorang Jeffrian Damares.
Winara tak mengindahkan perkataan pria itu untuk tak datang ke sini. Selain membuang-buang waktu, Jeffrian juga khawatir tentang kesehatannya.
Winara hanya sedang hamil, bukan berarti dia tak bisa berjalan sampai ke sini. Apalagi dia, ibunya, dan Sean datang bersama naik mobil.
Winara ingin datang karena tak bisa duduk di rumah dan terus merasa khawatir. Lebih baik melihat meski dia sejujurnya dia malah semakin khawatir setelah duduk di sini.
Apa hukuman yang akan diterima Jeffrian?
Tidak!
Kejahatannya... apakah kejahatannya akan terbukti?
Tentang Yoga, Winara berharap Jeffrian tak disalahkan untuk itu. Lalu tentang Hardinata, ayah Rara-Winara tak tahu menahu.
Apa memang Jeffrian yang membunuhnya?
Jeffrian memang bisa saja melakukannya. Tapi apakah memang dirinya?
Saat Sean sendiri justru bungkam tentang kejadian di mansion Damares, Winara tak bisa mengorek informasi apapun darinya.
Sepertinya kejadian itu begitu traumatis di benak Sean. Pria yang biasanya terlihat santai itu kini justru sangat gugup.
Ini aneh. Jeffrian sama sekali nggak mau ngelibatin gue dan Sean. Apa dia berniat menanggung semuanya sendiri?
Tidak kan?
"Meski aku seorang kriminal kamu tetap menerimaku apa adanya. Betapa beruntungnya aku sayang."
Winara masih ingat dengan ucapan Jeffrian saat itu.
"Ini kesempatan terakhirku. Aku nggak mau bikin istriku kecewa."
"Hmm, jangan kecewain gue lagi."
"Apa kamu nggak masalah kalau punya suami seorang narapidana?"
"..."
Winara tidak memikirkan tentang itu. Otaknya tidak sampai untuk berpikir ke sana.
"Gue nggak tau. Gue cuma mau lo menepati janji lo untuk menjadi ayah dan suami yang baik Jeffrian. Tolong tepati itu."
Terlalu banyak berpikir, Winara tak sadar keramaian sudah mulai terjadi saat Jeffrian akhirnya datang.
Pria itu masuk dengan langkah gagahnya. Winara pikir akan melihat Jeffrian dengan baju orange, salah besar. Pria itu berpenampilan rapi dengan kemeja berwarna putih dan celana panjang berwarna hitam.
Winara seperti melihat Jeffrian hendak memimpin rapat perusahaan kalau begini jadinya! Sungguh di luar dugaanya!
"Dia baik-baik saja," gumam Winara terdengar oleh Tania dan Sean.
Tania tersenyum tipis. Hubungan putrinya dan Jeffrian sepertinya memang sudah membaik.
Tania masih bisa menerima Jeffrian. Sejujurnya pria itu lebih terlihat manusiawi dalam memperlakukan Winara dibandingkan dengan Gio dan Yoga.
Sejak dulu Jeffrian memang seperti itu. Tania pikir Jeffrian baik dengan caranya tersendiri. Karena itu dia sempat menyarankan kepada Winara untuk memikirkan ayah dari bayinya.
Jika bukan Jeffrian, Tania mungkin tak akan mengatakannya. Itu karena Tania percaya, Jeffrian bisa menjadi lebih baik karena pria itu mencintai putrinya.
"Sepertinya dia memang baik-baik aja. Percuma aku mengkhawatirkannya. Turuti saja ucapannya, lebih baik kita pura-pura tidak mengenalinya." ucap Sean menatap Winara dengan senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw