Sudah berapa lama Winara tak bertemu dengan pria ini. Yogantara Mahandika sekarang berada tepat di depan matanya.
Saat para pria yang sejak tadi menemainya dalam perjalanan keluar, sosok Yoga langsung masuk ke dalam dan menarik Winara ke dalam pelukannya.
Winara yang baru saja merasa lega karena ditinggalkan, kini kembali digerogoti ketakutan saat tubuh mereka saling menempel seperti ini.
"Aku merindukanmu, sayang."
Begitu bisiknya di telinga Winara yang membuatnya merinding setengah mati. Rambut hitam panjang Winara disingkirkan ke belakang, Yoga bergerak bebas mengecup pipi adik tirinya yang manis.
Gadis— tidak lagi. Winara seorang wanita dewasa sekarang. Hal yang tak membuat Yoga senang adalah isakan kecilnya yang akan segera berubah menjadi tangisan dan juga perut besarnya yang menganggu.
Bayi itu milik Jeffrian bregsek!
"Kamu enggak kangen kakak, Wina? Sudah berapa bulan berlalu? Enam atau Tujuh?"
"Setengah tahun, kamu pasti sangat merindukanku ya sampai menangis seperti ini," diusapnya air mata Winara yang membasahi pipi.
Cantik. Menangis saja Winara terlihat sangat cantik. Air mata dan wajahnya begitu polos. Tidak banyak yang berubah kecuali pipinya yang lebih berisi.
"A-apa yang kamu inginkan?"
Itu pertanyaan yang tak bisa Yoga hindari. Meski begitu dia berharap Winara menyuarakan kerinduanya terbih dahulu.
"Aku datang ke sini untuk menyelamatkanmu sayang. Kamu ingin pergi dari Jeffrian brengsek itu kan?"
"Maaf seharusnya aku datang lebih cepat."
Tatapan mata Yoga yang berbinar begitu terang dan ucapannya yang tak masuk akal itu membuat Winara menggelengkan kepalanya.
"Kamu benci dia kan sayang?"
Yoga kembali mendekatkan wajahnya. Itu wajah yang familiar namun Winara sangat membencinya. Masih sama seperti sebelumnya. Pria ini juga tidak berubah, entah penampilan maupun suaranya.
Setengah tahun lamanya dia tak melihat pria ini, lalu saat kembali Yoga mengatakan sesuatu yang tak masuk akal.
Winara memang ingin pergi tapi bukan berarti dia mau bersama pria ini.
Kedua tangan Yoga menangkup pipi Winara yang basah air karena air mata.
"Setelah ini kita bisa pergi jauh ya? Nggak ada seorang pun yang bisa menemukan kita termasuk papa."
Nada suara Yoga terdengar kesal saat menyebut Gio Mahandika. Apa yang harus Winara katakan, bibirnya gemetaran hebat. Dia ingin sekali berbalik dan membuka pintu mobil di belakangnya.
Tatapan mata Winara tertuju pada tiket dan paspor yang Yoga miliki. Dia menyipitkan mata berusaha membaca tempat yang dituju.
Italia?
"Wina?"
Winara yang tenggelam dalam pemikirannya mengerjap dengan cepat. Untuk apa pergi ke Italia?!
"Kamu setuju kan? Kita pergi dari sini dan hidup bahagia berdua untuk selamanya."
Berdua?!
Winara reflek memeluk perutnya. Dia melindunginya dari tatapan dingin dan menusuk yang Yoga layangkan kepada calon bayinya.
"Kamu membenci anak itu kan sayang?"
Tidak!
"Dia anak Jeffrian brengsek itu. Dia tidak lebih dari bayi sialan yang menyusahkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw