Srett!
Pisau tajam itu menggores pergelangan tangan Jeffrian. Dia mengirisnya. Dengan kesadaran penuh melihat darah menetes di lantai.
Srett!
Sekali lagi Jeffrian melakukannya. Sedikit bergerak ke atas hingga salah sedikit saja, pisau itu bisa memutus urat nadinya.
Tes!
Tes!
Tes!
Cairan berwarna merah itu terus menetes ke lantai. Ekspresi Jeffrian masih tetap sama, tenang dan santai. Tak sedikitpun merasa kesakitan.
Tidak hanya Jeffrian yang melihatnya melainkan juga seorang wanita yang sejak tadi hanya diam dan membeku di tempatnya duduk.
Wanita itu ketakutan. Pisau bedah itu bisa saja Jeffrian tusukan ke lehernya. Tapi tidak! Pria itu justru menggores tangannya sendiri dan mempertontonkan dihadapannya.
"Aneh," gumam Jeffrian, membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. "Bukankah kau sangat menyukai darahku?"
"Darah dari wanita yang selalu kau hina sebagai jalang itu," ucap Jeffrian, membiarkan luka yang masih mengalirkan darah itu begitu saja.
Lilian.
Wanita yang berada di hadapan Jeffrian sekarang adalah Lilian. Ibu tiri yang sangat Jeffrian sayangi dan hormati hingga rasanya Jeffrian ingin menghadiahinya dengan cekikan keras di leher setiap kali berkunjung ke sini.
"Menyedihkan melihatmu terlihat begitu lemah dihadapanku. Aku merindukan ibu tiriku yang dulu," ucap Jeffrian mengambil bungkus rokok dari saku kemejanya.
Gerakannya yang cekatan hanya bermodalkan tangan kanan, Jeffrian menarik sebatang rokok dan mulai menyalakan pemantik apinya setelah memastikan benda panjang itu terselip diantara bibirnya.
"Aku membutuhkan tangan kananku untuk bekerja, jadi aku hanya melukai salah satunya," Jeffrian mulai bercerita, ditemani asap rokok yang berhembus di sekitar mereka berdua.
Bangsal yang terletak di paling ujung. Jeffrian memberikan kamar yang cukup bagus untuk ibu tirinya ini. Jauh dari kamar yang lain, tempat yang sepi, dan menyenangkan untuk dijadikan tempat hiburan.
Jeffrian sedang melampiaskan kesedihannya. Kembali dia mengingat ucapan Miguel tentang Winara.
Bayi.
Kematian.
Kegilaan.
Rumah sakit jiwa.
Benar, disinilah dia sekarang. Di rumah sakit jiwa untuk menghibur diri. Rasanya sesak karena tak bisa menemui Winara. Batu besar seolah mengganjal hati Jeffrian.
"Gue takut Winara berakhir di rumah sakit jiwa kalau lo bersikeras menemuinya sekarang."
"Ini pertama kalinya gue ketakutan melihat seseorang mati di hadapan gue, Jeffrian!!"
Lilian menatap Jeffrian yang duduk santai di depannya. Pria itu terus menghisap dan menghembuskan asap rokok ke arahnya. Sepertinya malam ini akan menjadi sesi curhat yang panjang. Jeffrian akan membiarkanya menghirup asap itu semalaman.
"Wanitaku melukai dirinya sendiri," dan cerita itu pun dimulai.
Cerita yang tidak pernah jauh-jauh dari seorang wanita bernama Winara.
"Aku yang menyakitinya. Dia terluka karena keputusanku," ucap Jeffrian menatap mata Lilian dalam.
Wanita ini masih sama seperti dulu, tatapannya masih angkuh. Sedikit berbalut rasa takut. Tubuhnya kurus dan lusuh. Dia bukan lagi nyonya Damares yang wow itu. Melainkan hanya pasien rumah sakit jiwa yang malang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw