Jeffrian memiliki banyak kesempatan untuk menghabisi nyawa ibu dan anak sialan itu. Lilian dan Jonathan. Tak sedetikpun Jeffrian melupakan apa saja yang telah diperbuat mereka kepadanya dan sang ibu.
Jeffrian— anak haram Bara Damares. Kenyataan dirinya terlahir bukan dari ikatan pernikahan yang sah. Dipandang rendah dan menjijikan adalah makanan sehari-hari baginya. Sakit hati yang dia rasakan bertahun-tahun harus dibayar bagaimanapun caranya.
Jeffrian hanya menunggu. Menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Diantara keduanya, semua orang yang berada di bawahnya menghendakinya untuk menyingkirkan Jonathan Damares.
Maka, Jeffrian menetapkan janji. Jonathan Damares yang akan dia habisi lebih dulu. Ditengah puncak usia dan karirnya yang cemerlang —bahkan sebelum ada artikel yang memuat pengangkatan Jonathan sebagai pengganti Bara Damares —artikel berjudul kecelakaan sang pewaris itu sudah lebih dulu diterbitkan.
Tidak ada yang tahu seberapa puas Jeffrian saat membacanya. Melihat berita itu berseliweran di televisi rasanya sangat menyenangkan.
Jeffrian kini bisa melepaskan topengnya barang sejenak. Akan ada saatnya dimana anak haram yang selalu dihina, direndahkan, dipandang jijik, dan dipukuli bertubi-tubi ini bangkit dan berdiri menginjak-injak kepala mereka.
Jeffrian pastikan menyingkirkan mereka satu demi satu.
Tidak ada yang bisa menghentikannya. Karena sejatinya apa yang dia yakini adalah keadilan. Keadilan atas apa yang telah manusia-manusia jahat itu lakukan kepadanya.
Jika saja pelayan kediaman Damares tidak mendidiknya dengan pukulan.
Jika saja ibu tirinya mau merangkulnya alih-alih memberinya makian, umpatan, dan kutukan setiap hari.
Jika saja ayahnya bergerak melindunginya alih-alih hanya menonton.
Jika saja kakaknya mau membela adiknya, meski mereka berbeda ibu.
Mungkin Jeffrian akan menjadi anak yang baik hati, penyayang, sabar, dan jauh dari kata pendendam.
Ah, Jeffrian Damares kan memang seperti itu. Baik hati, pendiam, dan kalem.
Topeng itu—hanya Jeffrian yang tahu. Topeng ajaib yang digunakan Jeffrian untuk menutupi identitas diri yang sesungguhnya.
"Aku akan membalas dendam meski harus menjual jiwaku kepada iblis."
Kalau kata Theo, itu salah besar. Karena pada akhirnya Jeffrian lah yang justru menjadi iblis itu sendiri. Haus darah dan kekuasaan. Jeffrian berharap bisa mendapatkan segala hal yang dia inginkan.
Hanya saja sampai sekarang ini Jeffrian masih bermain dengan rapi dan sangat tertata. Licin, tidak ada yang tahu bagaimana kepribadian Jeffrian yang asli.
Termasuk Winara, gadis yang saat ini tengah tenggelam di dalam pelukan hangat Jeffrian.
"Tidur Winara. Apa matamu nggak sakit terus-terusan melihatku begitu?" tanya Jeffrian.
Winara menggelengkan kepalanya, dia masih tetap menatap wajah tampan Jeffrian. Meski harus mendongak, tak masalah. Effort yang sepadan demi ketenangan hati dan jiwanya.
Gue jatuh cinta sama lo kak!
Andai Winara bisa mengatakannya. Sekarang dia belum cukup berani. Terlebih ucapan Sean tentang perempuan yang disukai Jeffrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw