Padahal Winara mengatakan dirinya malu menerima kado dari Sean dan Yura. Bahkan dari mamanya juga.
Tapi dengan tidak tahu malu Winara malah meminta hadiah tambahan kepada Yura. Hanya karena Yura salah membelikan ukuran baju.
"Aku nggak tau kalau itu gak muat di badan kamu, Wina."
"Masih ada tagnya! Kita tukar aja besok gimana?"
Terlihat jelas wajah sedih Yura yang dihiasi ringisan karena melihat Winara kesulitan memakai gaun pemberiannya.
Winara juga tidak tahu sejak kapan tubuhnya menjadi bengkak begini. Perutnya sendiri tidak terlalu besar untuk ukuran wanita yang hamil delapan bulan.
Tubuh Winara kecil, bagian dada dan pinggulnya yang melebar banyak. Itu yang membuat gaun bermotif bunga cantik pemberian Yura tidak muat.
"Tidak bisa ditukarkan ternyata. Bodohnya aku!"
"Huh? Jadi kakak membelinya seminggu yang lalu? Pantas saja. Batas penukarannya hanya dua hari."
Yura menyegir. Karena dia sibuk bekerja jadi dia berpikir untuk membeli lebih awal dan menyimpannya di kantor.
"Yah padahal dress mahal loh ini Wina."
Winara mempercayainya, itu karena merek pakaian itu sudah cukup terkenal. Mungkin baju itu dikeluarkan karena bertepatan dengan edisi musim panas di negara asalnya.
"Yaudah kak Yura aja yang memakainya. Belikan satu lagi untukku. Biar aku sendiri yang memilihnya tapi."
Yura tidak pernah berpikir kalau maksud Winara adalah mengajaknya membeli baju di pasar malam.
Tempat yang mereka kunjungi ini sangat ramai, penuh dengan manusia yang berjalan dari satu sisi ke sisi yang lain.
Ada banyak jajanan, bau makanan disepanjang jalan membuat perut Winara bergejolak. Penjual baju dan mainan juga banyak.
"Wina, kamu serius? Bajunya nggak bermerek loh kalau beli di sini."
"Yang penting muat kak."
"Jangan ngambek. Udah aku turutin dateng ke sini."
"Siapa juga yang ngambek?"
Winara terkekeh. Dia merapatkan jaket di tubuhnya dan juga syal pemberian sang mama ke leher. Udara malam ini lumayan dingin.
Meski begitu Winara sangat senang. Dia bisa pergi keluar di malam hari dan bersenang-senang.
Pasar malam dan taman hiburan tidak jauh berbeda. Di malam hari pasar malam lebih ramai. Mungkin ini juga keinginan bayinya. Dia terlalu suntuk karena jarang diajak bermain keluar.
"Aku pengen permen kapas," guman Winara celingukan ke sana kemari.
Padahal tujuan pertama mereka ke sini adalah membeli baju untuk mengganti gaun hadiah Winara yang tak muat. Tapi tampaknya Winara lebih tertarik melihat jajanan.
"Kamu nggak berubah Wina, tiap pergi ke taman hiburan atau pasar malam selalu aja membeli permen kapas."
"Hehe kakak kan tau kenapa aku suka permen kapas."
Yura memang tahu. Winara pernah menceritakan pengalamannya sewaktu kecil. Pergi bersama ayah kandungnya dan mama untuk bermain dan membeli permen kapas.
Winara tersenyum puas mendapatkan dua permen kapas di dalam plastik. Biar tidak beresiko kempes nantinya.
Yura ikut membeli satu. Sementara Winara sudah membuka satu bungkus dan memakannya. Wanita itu terkekeh gemas, baiklah dia akan menyimpan yang ini kalau Winara masih kurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw