Chapter 9

1.3K 184 17
                                    

"Akhir pekan liburan bareng kuy bestie!" Rara bersorak heboh, mengapit tangan dua sahabatnya keluar dari kelas.

"Gak bisa."

"Gue ada acara."

Jawaban spontan Sean dan Winara yang hampir bersamaan—bukan lagi hampir. Tapi memang bersamaan membuat Rara seketika melepaskan tanganya.

"Apa ini?! Kalian berdua ada kencan di belakang gue ya?!" tuduh Rara tak berdasar.

"Enggak anjir!" Winara geleng-geleng kepala. Kaget juga dia karena menjawab bersamaan dengan Sean.

"Sean?"

Rara memicingkan matanya, menunggu konfirmasi langsung dari cowok itu.

"Gue sih dukung ya. Tapi jangan main di belakang gue gini! Kalian harus jujur sama gue!"

"Kan udah dibilangin enggak sama Wina. Ck telinga lo tuh butuh dibersihin!" Sean berdecak.

"Argh nyebelin! Terus kalian sibuk ngapain sih! Yakali gue gabut-gabutan lagi di rumah sendiri."

"Ikut touring sana, biasanya gimana," cerocos Winara.

Sean mengangguk setuju. "Bukannya lo lebih seneng kalau bisa ikut touring dibanding main sama kita ya?"

"Wah kalian ini! Kok gue sekarang merasa dipojokkan ya!"

Rara menyilangkan kedua tangan di depan dada. Menatap dua sahabatnya itu bergantian dengan mata menyipit.

"Gue biasa ikut touring sama gerombolannya papa. Sayangnya ketuanya nggak bisa ikut, yaudah minggu ini nggak ada jadwal. Minggu kemarin juga gitu. Ck! Padahal enak kalau pergi ke puncak."

Rara menyerocos, lebih tepatnya curhat. Tiba-tiba saja gadis itu memempet tubuh Winara lalu berbisik.

"Jeffrian Damares yang pernah gue kasih tau ke lo. Dia ketuanya."

Winara tidak kaget lagi. Jeffrian memang anak motor. Seperti yang selalu Winara lihat. Pria itu gemar mengendari motor besarnya dengan pakaian serba hitam.

Tidak hanya itu, di rumah Winara juga banyak menemukan pernak-pernik dan souvernir motor. Barang-barang milik Jeffrian yang tak mungkin dia sentuh. Dia hanya melihatnya dari kejauhan dan jadi tau kesukaan pria itu. Selain memasak adalah bermotor.

Tapi menjadi ketuanya ya? Wah Winara tidak bisa lebih kagum dari itu. Keren juga.

"Ngapain sih kalian?" Sean memandang kesal. Kalau gosip tuh ajak-ajak, begitu mungkin isi hatinya.

"Gapapa, urusan cewek," Rara nyengir aja.

"Cih!"

****

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Ditunggu huh? Tidak, Winara tidak menunggunya sama sekali. Dia hanya ingin hari ini cepat berlalu saja. Karena jujur dia sangat gugup. Dari pagi sampai siang rasanya mulas tak tertahan.

Ini mau pergi ke rumah mertua sendiri loh. Tapi gimana lagi? Orang model mertuanya aja kaya gitu.

Maksudnya tuh, mertuanya kan orang berkuasa. Winara jadi segan. Apalagi mengingat pernikahannya dan Jeffrian yang sungguh awikwok.

"Gue harus pakai baju apa? Acaranya cuma makan malam bersama kan?"

"Kalau pakai gaun ini pasti berlebihan banget."

Winara menyingkirkan gaun berwarna putih itu dari daftar pakaian yang akan dipakainya untuk pergi ke kediaman Damares. Terlalu mencolok dan err sexy.

Winara mengambil kaos berwana ungu lalu mematutnya di cermin. "Pakai ini keliatan nggak sopan! Gue harus gimana!"

Winara payah kalau urusan menata style-nya sendiri. Padahal Rara berulang kali menasehatinya. Mau pakai apapun yang penting nyaman aja sama kita. Gitu katanya.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang