Chapter 48

954 132 31
                                    

Yogantara Mahandika berjalan santai setelah turun dari mobilnya. Masuk ke perusahaan ada banyak orang yang mulai menyapanya. Maka Yoga membalasnya dengan tersenyum juga.

Tidak ada yang salah dengan dirinya setelah pindah ke Bali. Benar, Yoga menetap di Bali sekarang. Tidak lagi hanya sekedar bekerja dan mengurus bisnis di sana, dia juga akan tinggal di sana.

Siapa yang memutuskannya?

Tentu saja ayahnya. Gio Mahandika. Seperti tiga tahun yang lalu, alasan Yoga pergi jauh agar dia tak mendekati Winara.

Seharusnya sekalian saja ayahnya itu mengusirnya ke luar negeri. Kenapa harus Bali?

Tentu saja agar mudah diawasi. Yoga tahu jelas dirinya sedang diawasi sekarang. Setiap gerak-geriknya berada di bawah pengelihatan sang ayah.

"Kak!"

"Panggil aku dengan benar kalau kita sedang bekerja di kantor," jawab Yoga berjalan memasuki ruang kerjanya.

Yura mengikutinya dari belakang. Ya, barusan yang memanggilnya adalah Yura. Dia mata-mata yang Yoga maksudkan.

Setelah ayahnya mengatakan tak akan memberikan sepeser uang dan harta padanya jika masih ingin bertindak gila, pria itu juga sampai mengirim Yura kemari untuk mengawasi gerak-geriknya.

"Kenapa kau tidak pulang saja ke Jakarta? Tempatmu di sana bukan di sini."

Sekarang Yura bisa melihat kakaknya yang terlihat normal. Berbeda jauh dari beberapa waktu lalu.

Sayang, pria itu berubah menjadi dingin dari hari ke hari. Juga bersikap acuh tak acuh tentang kehadirannya di sini.

"Papa yang menyuruhku bekerja di sini."

"Untuk mengawasiku?"

Yura terdiam.

Yoga menghela napas singkat. "Pacarmu kamu tinggalkan di sana. Bukannya kalian ingin segera menjalin hubungan serius?"

Yoga barusan membicarakan Melvin, kekasih dari adiknya. Mereka sudah bersama sejak lama, dia ingin yang terbaik untuk adiknya jadi Yoga ingin sekali melihat mereka menikah.

"Jangan mengkhawatirkanku. Apalagi soal wanita.. kamu tidak perlu bekerja keras mencarikanku jodoh."

"Kakak denger? Soal papa yang memintaku mengenalkanmu pada seseorang?"

Yoga mengangguk lamat. Dia berbohong. Meski tidak mendengarnya, Yoga sepenuhnya tahu apa yang diinginkan oleh ayahnya.

Berkenalan dengan wanita baik-baik, menjalin hubungan asmara, lalu pergi ke jenjang yang lebih serius.

Tapi bagaimana bisa? Jika satu-satunya wanita yang dia cintai hanyalah Winara?

Apa ayahnya sangat ingin dia memilih wanita secara acak, hidup bersama tanpa ada perasaan dan cinta?

"Kalau begitu aku bisa saja menikahi seorang jalang.." gumam Yoga pelan.

"Kakak bilang apa?!"

"Tidak," Yoga menyunggingkan senyum tipis. "Kembalilah bekerja. Jika kamu berpikir untuk menetap di sini, kabari Melvin untuk sering berkunjung kemari."

Yura sedikit ragu, dia ingin bertanya lebih lagi. Tapi selalu saja begitu. Semenjak dia melihat sisi buruk kakaknya, seolah kini ada batas diantara mereka.

Yura sangat tidak ingin melihat Yoga kembali menjadi seperti hari-hari itu. Kakaknya tidak terlihat normal dan itu sangat menakutkan di matanya. Yura seolah melihat bayangan Winara di kedua mata kakaknya. Hanya Winara.

Begitu Yura keluar dari ruangannya. Yoga berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. Dia memandangi jalanan luas di bawah sana. Yoga melonggarkan dasinya yang terasa mencekik.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang