Chapter 28

1.4K 196 55
                                    

Tiga Tahun Kemudian...

Los Angeles, Amerika Serikat

"Peaches..."

Winara mengerjapkan kedua matanya, seseorang baru saja memanggilnya. Tapi siapa yang memanggilnya seperti itu selain Jeffrian?

"Hei?"

Ah memang pria itu.

Jeffrian tersenyum manis kepadanya. Wajah mereka hanya tinggal beberapa senti, sangat dekat hingga Winara bisa merasakan hembusan napas hangat menerpa wajahnya.

"Kakak di sini?"

"Ya... aku selalu disampingmu."

Usapan lembut Winara rasakan di pipinya. Jari jempol pria itu naik turun di sana sebelum merambat ke bibirnya.

"Aku rindu," senyuman ini, sentuhan ini. Winara merindukan semuanya. "Jangan tingalin aku."

"Aku tidak pernah meninggalkanmu." Jeffrian berbisik di depan wajah Winara. Jari jempol pria itu melesak masuk ke dalam bibirnya.

"Kamu yang lari," raut wajahnya berubah kecewa. "Kamu milikku Peaches. Kenapa lari?"

Bagaimana cara Winara menjawabnya? Jari jempol pria itu terus saja mengusiknya, sengaja mengajak lidahnya berperang di dalam mulut.

Winara menarik keluar jari itu, menahan tangan Jeffrian di pipinya dengan erat. Pria itu tersenyum, sangat sabar menunggu jawaban Winara.

"Kamu takut padaku?" tanya Jeffrian.

Winara menggeleng dengan cepat. Jeffrian semakin melebarkan senyumnya. Tangannya di genggaman Winara mulai turun membelai kulit gadis itu.

Jeffrian menekan satu jarinya ke dagu Winara lalu turun memberikan sentuhan sensual ke leher. Winara menutup kedua matanya, sengaja mengigit bibir agar tak mengeluarkan desahan.

Sentuhan ini, membuat seluruh tubuhnya panas. Jeffrian di atasnya tersenyum puas melihat reaksi Winara.

"Suka?"

"Ya!"

"Kalau begitu kembali lah!! Kembali kepadaku!" ucap Jeffrian tegas, membuat Winara dilanda kebingungan.

Kepalanya pening merasakan sentuhan Jeffrian berakhir di celanannya. Winara melenguh, memejamkan kedua matanya erat.

Lalu saat kedua matanya terbuka, sosok Jeffrian sudah menghilang dari hadapannya. Degup jantung Winara menggila, dia terengah-engah dan menatap kebingungan sekitarnya.

"Mimpi?!" tanyanya pada diri sendiri.

Winara duduk bersandar ke kepala ranjang. Menyugar rambut panjangnya dengan gelisah.

Bodoh! Meski tahu hanya mimpi. Selalu saja dia seperti ini. Ini bukan kali pertama Winara memimpikan Jeffrian. Pria itu selalu datang kepadanya dengan wajah penuh senyuman dan penampilan rupawan. Kemeja putih dan jas hitam rapi. Winara sangat menyukai penampilan Jeffrian dengan balutan pakaian itu.

Winara bahkan pernah berharap bahwa itu adalah kenyataan. Itu tidak mungkin terjadi karena selama tiga tahun belakangan ini Winara tak pernah sekalipun bertemu dengan Jeffrian.

Bukannya merasa lega karena Jeffrian tak mencari dan menghubunginya, Winara justru merasa sedih dan sesak. Itu karena Winara tahu, rasa cintanya untuk Jeffrian tak pernah berkurang.

Satu-satunya hal yang Winara benci dari Jeffrian adalah kebohongan pria itu. Kebohongannya menciptakan dunia palsu untuknya.

"Huft!"

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang