Apartemen yang dimaksud memang jauh dari kampusnya. Lebih tepatnya ini sungguh berlawanan arah dari tempatnya berkuliah.
Terbukti mereka harus menempuh perjalanan selama satu jam lebih menggunakan mobil. Mungkin karena jalanan memang sedikit macet.
Lebih jauh yah dari jarak ke rumahnya. Hmm memang berlawanan arah sama kampusnya sih!
Meski begitu Winara tidak mau Jeffrian menerima rumah itu karena terpaksa. Toh, Winara masih bisa mencari alternatif lain kan untuk pergi ke kampus?
Eih memang Winara punya alternatif apa?
Meminta mobil pada ayahnya? Ayahnya saja tidak punya cukup uang untuk membayar kompensasi pada Bara Damares.
Meminjam mobil kak Yura? Lucu sekali, kakaknya itu pasti juga membutuhkanya.
"Kamu bisa turun?"
"Eh? Iya!"
Winara kebanyakan bengong sampai-sampai tidak ngeh kalau mereka sudah sampai. Jeffrian bahkan sudah memarkir mobilnya di basement.
Pria itu memberikan sebuah kartu pass pada Winara. "Jalan di depan saya. Biar saya yang bantu bawa barang kamu ke dalam."
Winara mengangguk pelan, melihat Jeffrian memutari mobil dan mengambil dua koper besar dari bagasi mobilnya.
"Besok minta orang rumah mengirimkan barang-barang kamu ke alamat rumah yang baru."
"Iya.." jawabnya menuruti perintah. "Ini kita pergi ke lantai berapa?"
"Delapan, kamar nomor 201. Ayo."
Winara memimpin di depan. Sedangkan Jeffrian berjalan menggeret koper di belakangnya. Pria itu terus menatap Winara yang beberapa kali membenahi gaun panjangnya.
"Mau saya bantu tidak?"
"Hah bantu apa?" Winara menoleh.
"Pakaianmu," Jeffrian mengendik ke bawah. "Kalau tidak mau, angkat saja ke atas. Jangan sampai nyangkut di lift."
"Iya ini dipegangin kok."
Jeffrian bisa menangkap nada suara kesal dari bibir gadis itu. Pria itu mengendik acuh.
Keluar dari lift di lantai delapan mereka langsung menuju ke kamar nomor 201. Winara menempelkan kartu passnya di pintu dan taraa pintu itu akhirnya terbuka.
Winara ragu-ragu melirik ke dalam. Matanya seketika membola. "Apartemen sempit apanya? Kalau ini yang dibilang sempit terus yang luas tuh kaya gimana? Eh!"
Winara membungkam bibirnya, lupa kalau Jeffrian masih berdiri di belakangnya. Dan dia malah mengatakann hal yang tidak-tidak?
Bodoh!
"Maaf.." Winara mencicit.
"Untuk apa kamu meminta maaf? Harusnya orang yang mengatai tempat ini yang harus meminta maaf."
"Hah?"
"Tidak. Lupakan saja." Jeffrian mendorong koper itu ke depan Winara. "Ini, bawa kopermu ke kamar yang di sana. Malam ini kamu tidur di sana dulu."
"Terus kakak?"
"Saya tidur di kamar paling ujung. Jangan masuk ke sana. Saya tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam. Mengerti?"
"Iya.. tapi ada yang mau aku omongin setelah ini. Bisa kita bicara? Sebentar aja."
"Ya setelah bersih-bersih. Ganti juga pakaianmu itu. Ribet."
Setelah mengatakan kalimat itu Jeffrian pergi ke kamarnya dan menghilang di sana. Winara hanya diam sementara hatinya terus bimbang.
Jeffrian Damares itu sebenarnya pria seperti apa sih?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw