Chapter 36

1.1K 142 40
                                    

"Kenapa papa bersikeras melarangku pulang, kak?"

"Apa aku harus tinggal di sini untuk selamanya tanpa punya kesempatan bertemu kalian lagi?"

"Wina... bukan begitu. Aku sebenarnya juga tidak tahu alasan papa melarangmu pulang."

Winara memeluk bantal sofa di perutnya. Mendekap benda itu sembari berusaha mengurai keruwetan di kepala kecilnya.

Winara sudah berbicara dengan ayahnya melalui telepon. Tentang keinginannya untuk pulang ke Indonesia. Dia juga sudah memberitahu kalau dirinya mengundurkan diri dari perusahaan. Winara menjelaskan alasannya dengan baik seperti perintah Jeffrian.

Ayahnya menawari Winara untuk mencarikan tempat kerja. Hanya saja Winara menolaknya. Dia sudah cukup mandiri untuk bisa melakukan semuanya. Bantuan memilih apartemen ini menjadi yang terakhir.

Sayang sekali respon baik dari ayahnya tentang bantuan mencari kerja itu berlainan dengan respon saat dia meminta izin pulang.

Pria itu menolaknya. Ayahnya tak mengizinkannya pulang. Winara tidak bisa terima karena ayahnya sama sekali tidak menjelaskan alasannya.

"Lebih baik kamu tetap di sana. Papa akan mencukupi semua kebutuhanmu. Pikirkan apa yang ingin kamu lakukan, sayang."

Itu bukan jawaban yang Winara inginkan. Tentu saja bukan.

"Percayalah kami juga merindukanmu."

Kembali pada benda yang menempel di telinganya, Winara mengenggam ponselnya kian erat. Suara kakaknya, Yura masih terdengar di seberang sana.

"Haruskah aku membujuknya? Aku akan meminta mama melakukannya. Papa pasti tidak akan menolak."

"Terimakasih kak, kau memang yang terbaik!"

"Hahaha! Ngomong-ngomong apa alasanmu bersikeras ingin kembali?"

Jelas sekali Yura tengah menggodanya sekarang. Suara wanita itu terdengar centil membuat Winara terkekeh merdu.

"Aku akan menjawabnya saat pulang nanti."

Winara masih merahasiakannya. Tentang hubungannya dengan Jeffrian. Meski merasa sedikit khawatir. Kekhawatiran itu semakin menjadi-jadi saat mengingat Jeffrian dengan mudah bisa memata-matainya.

Lalu apakah ayahnya juga melakukan hal yang sama?

Winara tidak ingin berburuk sangka. Tapi jika jawabannya adalah 'iya'-ayahnya pasti tau mengenai hubungannya dengan Jeffrian kan?

Winara mengigiti kuku jarinya. Dia begitu tak tenang menyimpan semua ini sendirian. Rasanya dia ingin cepat-cepat mengatakannya pada semua orang.

Ayah, ibu, kak Yura harus tau hubungannya dengan Jeffrian. Lalu Yoga- tidak. Winara sudah tidak peduli lagi pada pria itu.

"Wina? Kamu masih di sana?"

"Eh iya kak?!"

"Jangan khawatir. Kalau kamu sangat ingin pulang maka kamu harus pulang. Nanti kakak telepon lagi ya.. aku harus ikut rapat. Bye adik!"

Winara menatap layar ponselnya dengan perasaan gembira. Setidaknya berbicara dengan Yura membuat perasaanya membaik sedikit demi sedikit.

Dua minggu yang lalu saat Jeffrian meninggalkannya di New York. Lalu respon papanya tentang kepulangannya ke Indonesia. Rasanya seperti hantaman bertubi-tubi untuk Winara.

Jeffrian..

Pria itu sedang apa sekarang? Winara merindukannya. Sebanyak pria itu memberinya kehangatan, kasih sayang, dan cinta. Winara merindukannya sebanyak itu.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang