Winara merasa aneh.
Kemarin-kemarin para pelayan itu terang-terangan mendekatinya. Ingin membantunya dan melayaninya. Tapi hari ini hanya dengan melihatnya berjalan keluar, mereka semua menyingkir. Tidak berani menatapnya.
Ada apa?
Suasana rumah ini juga kenapa semakin suram saja?
Suasana hatinya sudah suram ditambah suasana rumah ini.. Winara rasanya ingin melarikan diri dari sini. Secepat mungkin.
Oh apa karena hari ini hari pertunangan Jeffrian dan Rara?
Winara tidak akan peduli lagi. Persetan dengan itu semua. Sebelum apa yang dikatakan Jeffrian kemarin tentang bayi—Winara harus melakukan sesuatu.
Langkah Winara terhenti di tangga lantai dua. Dia menatap pintu kamar yang begitu familier di ujung sana.
Itu kamar Jeffrian.
Winara memutar langkah kakinya. Dia yang awalnya berencana pergi ke dapur jadi memutuskan untuk pergi ke kamar Jeffrian.
"Nona jangan masuk ke sana."
Winara dikagetkan dengan kedatangan seseorang di belakangnya. Tapi dia lebih kaget dengan perkataan wanita itu.
"Kenapa?"
"Tidak seorangpun dari kami pernah masuk ke kamar Tuan Jeff. Dia juga berpesan tidak boleh ada yang menginjakan kakinya di kamarnya."
"Termasuk aku? Bukankah kalian semua berpikir kalau aku calon istri Jeffrian Damares?"
Wanita itu terdiam. Tak berani menatap mata Winara. Intinya tidak boleh saja! Dia berharap Winara akan berhenti sampai di sini, tapi sepertinya tidak.
Karena begitu Winara meraih knop pintu di depannya, pintu itu dengan mudahnya terbuka. Jeffrian tidak menguncinya!
"Enggak boleh ada seorangpun yang masuk tapi dia bahkan tidak mengunci pintunya? Aneh!" ucap Winara terdengar seperti celaan.
"Nona.." panggil pelayan itu takut-takut. "Kalau nona bersikeras masuk ke sana mungkin saja salah satu dari kami akan bernasib sama se—"
Wanita itu langsung saja membungkam mulutnya dengan telapak tangannya sendiri. Dia membelalak karena terkejut atas perkataanya.
"Lanjutkan ucapanmu," perintah Winara sebelum masuk ke dalam kamar itu. "Kalau aku masuk apa yang terjadi pada kalian?"
"Tidak, tidak ada. Maaf, saya hanya salah bicara."
"Katakan dengan jujur!" Winara mencengkeram pundak wanita itu dengan erat. Dia berusaha membuat pelayan itu menatap matanya.
"Kenapa kau sangat ketakutan? Nasib apa yang kamu bicarakan?"
"Dia.. pelayan yang memberi nona nanas kemarin. Dia tidak bekerja hari ini."
"Lalu?" Winara masih tak mengerti apa kaitannya dengan semua ini. "Mungkin saja dia izin cuti kan? Atau sakit? Atau..."
Tidak!
"Jeffrian melakukan sesuatu?"
Wanita itu mengangguk pelan. "Kamarnya sudah kosong sejak semalam. Tidak ada satupun barangnya yang tertinggal."
Winara mengepalkan erat kedua tangannya. "Pergilah. Aku mau masuk ke dalam, enggak ada dari kalian yang akan bertanggung jawab kalau saja pria itu marah."
Winara bergegas masuk ke dalam kamar Jeffrian begitu pelayan itu pergi menjauh. Pintu di belakangnya Winara tutup secepat mungkin.
Jantungnya berdetak kencang memikirkan Jeffrian dengan mudahnya menyingkirkan orang. Tapi tidak mungkin kan?! Wanita itu hanya mengupaskannya buah!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw