Malam akhirnya tiba. Pukul tujuh malam, ballroom hotel itu penuh sesak dengan lautan manusia. Winara sudah beberapa kali menghadiri pesta seperti ini, jadi dia sudah terbiasa.
Sementara Sharon berdandan heboh dengan gaun sexy yang dibelinya di mall tadi siang. Winara kebalikannya. Dia mengenakan gaun lama yang dia beli saat musim panas tahun lalu.
Gaun hitam berhias titik-titik bunga putih yang indah. Gaun panjang yang membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Tiga tahun, tubuh Winara cukup berkembang di bagian-bagian tertentu. Dia cukup puas bisa menaikan berat badannya hingga menjadi ideal.
Winara ingat dia selalu dipandang sebagai gadis kecil. Malam ini siapapun yang melihatnya pasti setuju. Tidak ada gadis kecil lagi melainkan wanita dewasa yang cantik dan anggun.
Rambut hitamnya sudah lama berubah warna menjadi ginger kecoklatan. Winara biarkan tanpa ikatan. Rambut halusnya berbau vanila manis sungguh memikat.
"Gaunmu tidak buruk. Seleramu lumayan," komentar Sharon berjalan bersisihan dengan Mr. Gregor.
Pria tua itu tersenyum menatap Winara. Sekarang dia seperti sedang dikawal oleh dua bidadari cantik di sisinya. Sharon yang berpenampilan sexy menggoda dan Winara yang terlihat seperti wanita berkelas dan anggun. Sempurna sekali malamnya hari ini.
"Jeffrian Damares bukan pria yang sulit selama kita menunjukan tekad kuat untuk menjalin hubungan. Jadi bersikap lah ramah padanya," nasehat Sharon, dia berbisik rendah di telinga Winara.
"Bagaimanapun caranya kita harus mendapatkan kontrak bisnis itu," imbuh Mr. George menatap Winara lekat.
Winara menelan ludahnya dengan susah payah. Dia mengangguk lamat. Itu juga yang dia harapkan malam ini.
Benar, Jeffrian bukan pria yang sulit. Pria itu dengan mudah memberikan tanda tangannya di sembarang kertas. Lucu, seharusnya Winara sudah tahu meskipun mereka tak memberitahunya.
Sementara itu di sisi lain, seorang pria berdiri diantara puluhan orang tanpa mengalihkan tatapanya dari sosok wanita cantik yang sudah lama tidak dia jumpai.
Banyak orang mengajak Jeffrian mengobrol dan sekedar basa-basi, namun matanya terus mengarah ke satu titik.
Gadis kecilnya yang manis ada di sini, haruskah Jeffrian menyeretnya pergi?!
Yah itu mungkin saja terjadi jika dia tidak ingat punya tanggung jawab yang cukup besar untuk memastikan pesta ini berjalan lancar.
Jeffrian mengenyahkan pikiran itu dari kepalanya. Ada banyak cara untuk menangkap gadis kecil nakal itu.
Malam semakin larut kini tibalah giliran George menyapa Jeffrian. Setelah antrian panjang akhirnya dia berkesempatan mengobrol sekilas dengan pria itu sebelum pembicaraan mengenai bisnis.
"Senang bertemu denganmu Mr. George," Jeffrian menyapa dengan ramah. Memberikan uluran tanganya pada pria tua itu.
"Aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sudah mengundangku ke pestamu. Dan memberikan kesempatan perusahaanku untuk menjalin bisnis dengan Damares Grup."
"Itu bukan apa-apa, perusahaanmu cukup bagus dibidangnya. Kita akan saling menguntungkan jika bisa bekerja sama dengan baik."
George tersenyum lebar. Memang benar rumornya. Jeffrian bukan pria yang sulit. Pria itu juga cukup ramah. Sepertinya tidak akan ada kesulitan malam ini.
"Aku melihatmu bersama dua wanita cantik tadi, apa aku salah?"
"Oh, penerjemah pribadi Mr. George sedang pergi ke kamar mandi. Dia pasti akan kembali sebentar lagi," ucap Sharon tak mengalihkan tatapanya dari wajah tampan dan tubuh tegap menggoda di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw