Nyaris tidak ada yang spesial di pagi hari ini. Malah cenderung kacau karena Winara tak menemukan Jeffrian di sisinya.
Pria itu sudah menghilang bersama pakaian mereka yang semalam masih berceceran. Yang tersisa hanyalah selimut tebal yang masih menempel di tubuh telanjang Winara.
Suara burung berkicau dipagi hari, terdengar merdu di telinga Winara. Setelah semalam dia hanya mendengar suara hujan—juga suara percintaan mereka yang manis dan panas. Tentu saja.
Pipi Winara memerah sempurna. Tak bisa menyembunyikan debaran jantungnya yang menggila. Dia menggulung selimutnya dan berusaha menarik kakinya agar menapak ke lantai.
"Awhs!"
Kedua kakinya bergetar tanpa diminta. Sakit pada pangkal pahanya terasa nyata.
Winara sudah menduganya. Pasti akan sakit mengingat semalam itu dia juga menangis karena kesakitan. Hanya saja Winara tidak tau akan sesakit ini?!
Benda sebesar lengan bagian bawah tanganya itu—Winara tidak tahu dia bisa menampungnya dengan baik meski tersasa sesak dan mencekik.
Oh tidak! Membayangkannya saja membuat tubuh Winara kembali meremang.
Winara berusaha keras membawa tubuhnya ke dalam kamar mandi. Berendam dengan air hangat membersihkan tubuhnya yang lengket dimana-mana.
Lalu saat melirik ke pangkal pahanya, ada jejak merah yang telah mengering.
"Gue udah nggak perawan lagi ya?" dia bergumam bodoh. Lalu diakhiri dengan senyuman bahagia.
Bahagia karena Winara memberikannya pada pria yang dia cintai. Jeffrian Damares. Suaminya.
Waktu mandi Winara lebih lama dari biasanya. Satu jam kemudian dia keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah fresh.
Matanya melirik ke segala penjuru lantai dua. Sepi. Pintu kamar Jeffrian yang selalu tertutup rapat juga masih sama.
Berjalan dengan sedikit tertatih untuk turun ke lantai satu. Winara beberapa kali menggerutu sambil memegang besi pegangan tangga.
Jika punya sayap, Winara rasanya ingin terbang saja sekarang. Bagian bawahnya sangat tidak nyaman, nyeri hingga terpaksa dia berjalan dengan aneh seperti kepiting yang pergi ke daratan.
"Chibi!"
Kucing kecil itu langsung datang begitu melihat majikannya turun. Seminggu berada di rumah barunya, kucing kecil itu berhasil menaikan bobot tubuh hingga hampir dua kali lipat.
"Chibi lihat kakak nggak?"
Aneh, Jeffrian juga tidak ada di dapur. Padahal Winara berharap melihat Jeffrian berdiri di depan kompor dan memasak untuknya. Itu selalu menjadi pemandangan yang indah di pagi hari.
"Huh, gue ditinggalin setelah malam pertama?" dia tersenyum getir.
"Aih, nggak boleh negative thingking dulu Wina! Mungkin kak Jeff buru-buru karena ada urusan mendesak di restoran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Roman d'amour❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw