Duduk bersama di ruang makan, Winara diminta untuk mengicipi masakan buatan Jeffrian.
Pria itu barusan mencoba membuat resep yang sudah disusunnya sedemikian rupa menjadi makanan jadi.
"Enak nggak sayang?"
Winara menganggukan kepala setelah menelan satu suapan daging nikmat itu.
"Enak banget! Ini pakai bumbu apa? Kok rasanya kayak gini?"
Bukannya menjawab, Jeffrian justru kembali menusuk potongan daging dengan garpu dan menyuapkannya ke mulut sang istri.
Setelahnya baru Jeffrian memasukan potongan lain ke mulutnya. Lidahnya merasa puas akan cita rasa ini.
Winara menyukainya karena Jeffrian juga tak asal-asalan membuatnya. Ini enak. Jeffrian bangga.
"Ini menu baru di restoran nanti. Bumbunya rahasia sayang. Kamu jadi yang pertama mencobanya. Bahkan kepala koki aja belum tau."
Gatau Winara harus senang atau sedih. Segala bumbu harus dirahasiakan. Tapi dia senang karena jadi pertama yang mencobanya.
"Enak banget serius! Gapapa deh rahasiain aja. Toh aku juga nggak akan bisa bikin kalau dikasih tau bumbunya. Bisanya makan doang."
Sedih juga, mau belajar masak gaya apapun juga masakan Winara tak akan pernah sebanding dengan Jeffrian. At least, Winara mencobanya.
Jeffrian terkekeh. "Karena kamu cuma bisa makan, aku aja yang bikinin kamu makanan setiap hari."
Senyum di bibir Winara mengembang sempurna.
"Restoran berjalan lancar Jeff?"
"Ya, kecuali manusia sialan yang setiap hari menagih uang kepadaku."
Siapa lagi kalau bukan Sean?
"Pffft. Dia dendam karena kamu menyerahkan semua tanggung jawab kepadanya."
Jeffrian mengangguk, menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Meski nggak sepintar aku, Sean cukup mumpuni dalam berbisnis."
"Lagipula masih ada Miguel yang mengurus semuanya. Aku nggak serta merta melimpahkan beban kepada Sean. Aku juga diam-diam membantunya loh."
"Tapi kamu percaya nggak? Sean bilang aku nggak tau diri. Sengaja dia ngejar-ngejar uangnya biar bisa ganggu aku sepuasnya."
"Jangan marah. Hutang adalah hutang," gumam Winara gantian menyuapkan makanan ke mulut Jeffrian. Dengan senang hati Jeffrian memakannya.
"Maaf karena aku nggak bisa bantu banyak. Aku nggak punya tabungan—"
Oleh Jeffrian tangan Winara sudah lebih dulu dicekal. Sendok di tanganya Jeffrian letakan di atas piring. Lantas menarik sang istri untuk duduk di atas pangkuannya.
"Lupakan soal uang. Aku bekerja keras demi kamu dan Grace, agar keluarga kecilku ini bisa hidup berkecukupan."
"Iya..."
"Kalau aku melarang kamu ambil freelance juga pasti nggak mau kan?"
"Aku mau kerja."
"Kerja semampu kamu aja sayang," Jeffrian menahan dagu Winara dengan jari jempolnya. "Kalau mau sesuatu bilang. Aku beliin."
"Uang suami uang istri. Uang istri miliknya sendiri."
Cup!
Dikecupnya pipi pria itu dengan cepat. Winara tersenyum.
"Kamu benar-benar sudah berubah ya Jeffrian? Aku nggak lihat lagi pria brengsek bernama Jeffrian Damares. Nggak ada sama sekali."
Jeffrian menarik sudut bibirnya. "Kalau bisa aku berharap kamu melupakan masa lalu kelam kita sayang. Aku benci mengingatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw