Chapter 7

1.5K 173 26
                                    

"Tidak perlu membantu saya, urus saja barangmu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak perlu membantu saya, urus saja barangmu sendiri."

Winara menggembungkan pipinya kesal. Dia berjalan tergesa masuk ke dalam rumah baru mereka- rumah minimalis dua lantai pemberian Bara Damares lebih tepatnya.

Iya, memang hari ini mereka jadi pindah. Kalau dilihat-lihat memang Winara dan Jeffrian ini pasangan suami istri mandiri soalnya apa-apa sendiri.

Jeffrian melirik Winara sekilas. Gadis itu berjalan masuk dan sengaja menghentak-hentakan kakinya ke tanah. Lucu sekali.

Padahal Jeffrian hanya berpikir Winara lebih baik bersantai di dalam dari pada membantunya dengan barang-barang ini. Tapi sepertinya gadis itu berpikir kalau Jeffrian mengusirnya.

"Dia tuh lama-lama ngeselin juga ya! Baru juga sehari jadi suami!" Winara mendumel begitu sampai di dalam rumah.

Sudah banyak barangnya yang diantarkan ke sini oleh orang suruhan ayahnya. Tinggal milik Jeffrian, pria itu katanya mau mencicilnya sedikit demi sedikit.

Yah tidak mungkin juga memindahkan barang sebanyak itu dalam waktu satu hari. Padahal rumah yang diberikan oleh Bara Damares termasuk sudah lengkap dan siap dihuni. Tapi yah begitu, Jeffrian hanya menerima bangunannya saja selebihnya dia menolak.

"Hanya ini barang-barangmu?"

"Iya!"

Jeffrian mengangguk. "Kita memakai kamar yang berbeda. Kamu yang pertama memilih, silahkan."

Cih! Sok gentle!

Jeffrian memang menyebalkan. Setelah semalam membuatnya malu tak terkira. Ya, membahas tentang malam pertama dan diakhiri dengan kalimatnya yang ambigu dan menyebalkan.

"K-kalau gitu ini.. malam ini.. itu.."

"Malam pertama kita."

Sudah bisa dipastikan semerah apa pipi Winara sekarang. Membahas tentang malam pertama bersama seseorang.

Bersama kak Yura saja Winara tak pernah membahasnya. Tapi sekarang?! Dia justru membahasnya dengan seorang pria dewasa? Ugh!

"Kenapa wajahmu seperti itu?" Jeffrian sedikit menarik sudut bibirnya melihat wajah Winara perlahan-lahan memerah.

"Aku belum pernah," lirih Winara terlihat begitu polos di mata Jeffrian.

"Aku takut.." gumamnya seperti orang berkumur-kumur. Jelas sekali Jeffrian bisa mendengarnya.

"Saya tidak akan memaksa kamu kalau kamu belum siap." jelas Jeffrian. Dia bukan tipe pria brengsek yang memaksa perempuan untuk tidur denganya.

"Harus banget ya kita ehm ngelakuin itu?" cicit Winara. Bola matanya berotasi ke sana kemari, gatau harus fokus kemana.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang