Chapter 24

1.2K 182 42
                                    

Winara demam tinggi. Itu kenyataan yang harus Jeffrian hadapi di malam hari. Winara terus mengerang dalam tidurnya, juga mengigil kedinginan.

Jeffrian mematikan AC kamar itu. Memberikan baju pada Winara yang sejak tadi hanya tertidur tengkurap tanpa atasan. Tak lupa selimut tebal Jeffrian tarik hingga ke atas sebatas pinggang agar tak menyentuh luka Winara.

"Berikan obatnya. Besok dia akan segera pulih."

Jeffrian menuruti perintah
dokter keluarga Damares yang sengaja Bara panggil ke sini. Terpaksa Jeffrian menerima bantuan Bara karena mengundang dokter lain hanya akan menambah rumor.

Headline berita dan artikel yang dia lihat sudah terlampau bagus. Lucu kalau ditambahi gosip sang pewaris dan tunanganya tinggal bersama.

Konyol. Istrinya sedang sakit tapi Jeffrian lebih mementingkan citra dirinya.

Jeffrian memang terlalu buta dengan tujuannya. Hal yang harus dia utamakan adalah rencananya. Lalu setelahnya baru Winara.

"Hampir saja kau ketahuan oleh Lilian! Wanita itu mulai tidak waras! Sudah kubilang untuk mempercepat rencanamu!"

"Tidak ada apa-apa di kamarku. Ah.." Jeffrian menjeda ucapannya. Dia ingat hal penting yang berada di kamarnya. "Ada surat perjanjian pernikahan dan surat cerai yang kubuat untuk Winara."

"Di hari pernikahanmu kau meminta surat cerai itu. Sekarang apa kau berubah pikiran?"

"Aku yang menentukan kapan dia harus pergi." kata Jeffrian melirik ke dalam kamar dimana Winara tidur.

"Singkirkan gadis itu secepatnya, fokuslah pada tujuanmu!"

"Aku akan menyingkirkannya dengan caraku. Jangan ikut campur untuk masalah ini Theo."

"Aku percaya kau tidak akan berubah. Dan jangan berpikir untuk berubah."

"Kau yang paling mengenalku." Jeffrian menyugar ramburnya ke belakang. "Permainan akan segera berakhir."

"Hmm. Aku dengar sebentar lagi peringatan hari kematian Rayna. Kau pergi?"

"Nggak mungkin enggak kan? Aku tidak bisa menyingkirkannya dari hatiku.. meski aku ingin."

"Cinta pertama yang malang. Aku akan melakukan bagianku agar Bara mau memberikan proyek yang sebelumnya dipegang Jonathan untummu. Kau harus bisa menyelesaikanya."

"Aku selalu bisa menyelesaikannya dengan cara yang kotor, Theo!"

"Jangan coba-coba! Aku berusaha keras membantumu naik dengan cara yang terhormat!"

Jeffrian terkikik. Mengusap kasar bibir bawahnya dengan jempol tangan.

"Padahal kau yang merasa paling bahagia saat aku berhasil menyingkirkan Jonathan. Balas dendam tidak boleh setengah hati." Dia mengejek.

"Aku tutup teleponnya."

Jeffrian menatap layar ponselnya dengan datar. Memasukan benda itu ke saku celana, setelahnya Jeffrian masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan hati-hati.

Tangan panjang Jeffrian terulur untuk meraba dahi Winara. Demamnya sudah turun. Bagus.

Sekarang Jeffrian harus bagaimana? Dia tidak bisa memeluk Winara malam ini. Haruskah dia tidur di sisinya atau lebih baik begadang semalaman?

Obat tidur kecilnya ini memang tidak boleh disia-siakan.

****

Winara turun dari lantai dua dan takut-takut mendekati Jeffrian yang sekarang sedang berada di dapur. Ekspresi pria itu selama beberapa hari terakhir sungguh tak mengenakan.

Obsession Series 3; Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang