Udara segar di luar sungguh berbeda. Jeffrian sadar dirinya tak suka berlama-lama berada di penjara sialan itu.
Belum saja dia tinggal di dalam sel. Tinggal di ruangan milik kepala polisi lama-lama membuatnya bosan.
Bagaimanapun dia harus segera keluar. Sialnya kematian Rara membuat persidangannya harus mundur. Jeffrian tidak memperkirakannya.
Lupakan soal itu karena sekarang dia sedang bahagia.
Bersiul ria, Jeffrian mendatangi salah satu unit apartemen yang sangat dia kenali. Setelah menunda rencananya menghabisi Jia secepat mungkin karena masalah Rara kemarin. Jeffrian akhirnya bisa melakukannya hari ini.
Gawat!
Jeffrian tidak boleh kecanduan membunuh. Cukup Yoga saja yang dia bunuh dengan tangannya sendiri.
Abaikan soal Bara Damares dan Rara. Jeffrian hanya memudahkan kematian mereka. Itu saja.
Ini cara Jeffrian memanfaatkan kekuasaannya. Mungkin ini yang terakhir kali.
Lagipula hukum memang seperti ini. Tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Dunia yang kita tinggali ini memang tidak adil. Karena itu penting bagi Jeffrian untuk bertahan diri dengan menjadi seorang predator.
Jeffrian merasa lucu karena password pintu ini masih saja sama. Tak berubah semenjak Jia tinggal di sini.
Tidak seperti Rara yang terkejut karena Jeffrian mendatanginya, Jia tampaknya justru menunggu-nunggu momen ini.
Berdiri dari sofa, dia menatap senang Jeffrian yang melangkah masuk ke dalam apartemennya.
Pria itu datang dengan pakaian serba hitam, tak lupa topi hitam di kepala dan sarung tangan ketat. Sungguh penyamaran yang sempurna. Hanya dengan melihat postur tubuhnya saja Jia tahu.
"Jeff—"
Jeffrian melemparkan sesuatu kepada Jia. Benda itu melayang, Jia hendak menangkapnya namun meleset.
Akibatnya benda itu jatuh ke lantai. Puluhan pil berwarna putih keluar dan berceceran di lantai.
"Obat?"
Ini obat tidur ternyata. Jia mengerti sekarang.
"Kamu aku ingin aku menelan semua ini Jeff?"
"..."
"Kau juga melakukannya ke Rara?"
"Tidak," balas Jeffrian melangkahkan kakinya menuju ke dapur.
Urusan obat tidur itu, Rara sendiri sudah kesulitan tidur semenjak kematian ayahnya. Bukan Jeffrian yang menjejalinya obat itu.
"Aku memberimu dua pilihan. Mati ditanganku atau akhiri hidupmu sendiri."
Mata Jeffrian berbinar melihat pisau yang berada di rak. Besar dan kuat, Jeffrian sangat menyukainya.
"Ini sebuah kehormatan yang bisa kuberikan kepadamu." katanya tanpa ekspresi.
"Aku ingin menyelesaikan semuanya sebelum putriku lahir. Setelah ini aku tidak akan pernah lagi mengotori tanganku." Jeffrian berbalik, menujukan benda tajam indah yang baru saja dia temukan. "Untuk sekarang membunuh satu orang lagi tidak masalah."
Jia memejamkan matanya erat-erat. Perkataan Miguel yang memintanya menjadi orang yang baik terlintas di kepala.
Siapa juga yang ingin menjadi orang baik?
Ada puluhan nyawa yang dia lenyapkan atas perintah Jeffrian Damares. Sudah terlambat untuknya kembali ke jalan yang benar. Jeffrian juga sudah ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Series 3; Light and Shadow
Romance❝She fell first but he fell harder, harder, and harder❞ - by milkymiuw