Side Story 10

578 73 18
                                    

Suasana rumah di bagian ruang keluarga tampak hangat hari ini, Ishana kedatangan Oliv beserta kakek.

Mereka membawakan beberapa mainan baru untuk William dan Killian.

Kakek terus tersenyum seraya menatap William dan Killian yang begitu antusias membuka beberapa kotak mainannya.

Waktu begitu terasa cepat berlalu. Umur anak-anak sudah hampir 4 tahun sekarang.

"Killian sangat mirip sekali dengan Juna waktu kecil" ucap kakek.

"Benar" Oliv menyetujuinya.
"Semakin besar, sifat Ian sangat menyerupai ayahnya"

"Mereka sangat berbeda. Ian lebih banyak mengoceh dan tidak bisa diam. Makanya mas Juna lebih sering sama Iam, karna dia bilang kewalahan mengurus Ian" Ishana berkata sembari melihat tingkah anak-anaknya.

Meski anak-anaknya kembar, Ishana bisa membedakan mereka. Dari cara bicara, bergerak dan memanggilnya sangatlah berbeda.

Dari kecil, William sebagai kakak lebih sering bersama Juna. Tapi sifatnya sangat berbanding terbalik dengan Juna. William selalu tenang, lebih banyak diam dan penurut. Seakan sifat itu turun dari Ishana.

Sedangkan Killian, meski anak itu lebih dekat dengan Ishana. Tapi nyatanya, Killian seperti duplikat ayahnya.

*

"Kakek tau kamu juga sama sibuknya dengan Juna sekarang. Tapi sempatkan waktu untuk membawa anak-anak ke rumah" kata kakek.

Ishana sedang mengantar kakek dan Oliv ke halaman untuk pulang.

"Anak-anak sesekali menginap juga gapapa" kata Oliv.

Ishana tersenyum.
"Iya. Sebenarnya jika kakek menghubungiku, aku akan selalu menyempatkan waktu untuk ke rumah bibi dan kakek bersama anak-anak. Kakek tidak perlu repot ke sini"

"Tidak ada yang di repotkan. Aku terlalu merindukan cicit-cicitku" ucap kakek.

"Ayah selalu keras kepala" kata Oliv.
"Apa Juna masih ada perjalanan bisnis?" Tanyanya pada Ishana.

"Sepertinya sore ini pulang" jawab Ishana.

"Suruh dia menemuiku kalau sempat ya" ujar kakek.

"Baiklah. Akan aku sampaikan" ucap Ishana tersenyum.

*

Ishana kembali masuk ke rumah setelah mengantarkan kakek dan Oliv pulang.

Suara keributan terdengar dari ruang keluarga, membuat Ishana dengan cepat melangkahkan kakinya.

Di sana terlihat William sedang duduk tenang di sofa, dengan sebuah buku dongeng di tangannya. Sedangkan Killian merengek di karpet, melempar-lempar mainannya. Ada Seol yang menggonggong sembari berlari-lari mengitari Killian.

Sejak anak-anak masih bayi, Seol selalu lebih dekat dengan Killian dari pada William.

"Ada apa?" Ishana menghampiri Killian.

"Ibuuuu... kak Iam gak mau main balap motor..." keluh Killian dengan rengekannya. Setiap kata yang dia ucapkan masih sulit untuk di lafalkan, tapi tentu saja Ishana paham.

Ishana membantu Killian untuk berdiri.
"Dengar ibu. Kak Iam sedang belajar. Jangan maksa seseorang kalau gak mau, ya?"

Karna kesal, Killian melempar sebuah bola plastik kecil ke arah William, namun itu meleset ntah kemana.

Ishana dengan sigap menahan kedua tangan Killian di kedua sisi tubuhnya.
"Eh! Gak boleh begitu ya" ucapnya tegas.

Killian kini menatap ibunya dengan sendu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang