74. Perisai pelindung

211 34 5
                                    


_________________

1 tahun berlalu....

Selama tidak bertemu dengan Mayor Juna dan hanya bisa berkomunikasi lewat sabungan ponsel, Tiara banyak melakukan kegiatan hari-harinya. Seperti melanjutkan pendidikan di Universitas Swasta yang ada di Bogor, bekerja seperti biasa di kediaman Pak Johan, dan meluangkan waktu untuk kembali mengajar di sekolah yayasan.

Kegiatan itu ia lakukan lantaran dirinya tak ingin berdiam diri di satu tempat saja. Atas saran dari Ibunya, Tiara bersedia menimbah ilmu dengan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Selain alasan itu rupanya Tiara memiliki alasan lain, yaitu mencoba menyibukkan diri lantaran tak ingin terlalu berfokus pada rasa rindunya dengan sosok pria galak berpangkat Mayor. Yes that's him.

"Ibu, Tiara berangkat kerja dulu ya!" seru Tiara sambil memakai sepatu di depan teras rumah.

Ibu Ani keluar dari halaman belakang dan berjalan menghampiri Tiara. "Hati-hati di jalan bawa motornya! Jangan ngebut-ngebut!" pesannya pada sang anak.

Tiara mengangguk dan tersenyum singkat, usai mencium punggung tangan Ibu Ani. "Iya. Yaudah Tiara berangkat, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sambil melambaikan tangan, Ibu Ani pun menatap kepergian anaknya dari sana diikuti mulut yang tengah komat-kamit hendak membacakan doa untuk keselamatan Tiara saat berkendara.

Dipertengahan jalan laju kendaraan motor segera Tiara hentikan, begitu melihat wanita paruh baya yang tengah kesibukan dan kesulitan memungut buah-buahan yang berhamburan di jalan, akibat keluar dari kantong kereseknya yang jebol saat berada dalam pegangan tangan.

Tiara lekas membantunya memungut buah-buahan tersebut satu persatu, yang kemudian diserahkan pada wanita itu. Melihat kantong keresek yang telah sobek, lantas Tiara bergegas kembali ke motor lalu mengeluarkan tas kain berwarna biru dari bagasi jok motornya.

"Pakai ini aja, Bu. Plastik itu udah sobek," ucap Tiara sembari menyerahkan tas, lalu memasukkan buah-buahan ke dalamnya.

Setelah selesai, wanita paruh baya itu pun berdiri sambil melemparkan senyum keramahan pada Tiara. "Makasih ya, Nak. Kamu udah mau bantu saya!"

"Iya sama-sama, Bu," membalas sambil ikut melemparkan senyuman. "Maaf, kalau boleh tahu, Ibu mau kemana?" lanjutnya bertanya usai melihat wanita paruh baya itu hendak berjalan sendiri sembari menenteng tas kain penuh buah-buahan.

"Saya mau ke rumah Pak Johan," jawabnya sambil menunjuk ke arah jalan yang ingin dilalui.

"Kebetulan saya juga mau ke sana, Bu. Mari bareng saya aja naik motor," ajak Tiara seraya menunjuk dengan ibu jari ke arah motornya yang terparkir di sisi jalan.

"Nggak ngerepotin, kan?"

Tiara menggelengkan kepala. "Nggak kok, Bu. Saya juga, kan mau kerja di rumah Pak Johan." Beritahunya. "Tunggu sebentar ya, Bu, saya bawa motor dulu ke sini!"

Tiara berjalan menghampiri motor setelah mendapatkan anggukan kepala sebagai respon wanita itu. Begitu motor melaju, lantas Tiara kembali mendekatinya dan menawarkan kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang