Langit tampak begitu cerah. Namun, cerahnya langit itu tak secerah hati seorang perempuan yang sedang duduk termenung di atas tempat nyaman berbahan busa yang biasa dipakainya beristirahat sehari-hari.
Perempuan itu, dia yang kerap disapa dengan sebutan Revina. Seorang mahasiswa semester lima yang saat ini sedang merindukan seseorang. Dialah sang kekasih hati, Alan. Sudah hampir sebulan mereka menjalani LDR karena keharusan Alan untuk melanjutkan studi S-2 di Tiongkok.
"Alan, aku kangen banget sama kamu. Kamu lagi apa di sana? Apa kamu masih inget sama aku? Apa kamu sekarang juga punya rasa rindu yang sama seperti apa yang aku rasain sekarang?" Revina bergumam dalam hati.
Kerinduan Revina pada kekasihnya seringkali membuatnya flashback ke moment-moment indah di masa lalu, ketika dirinya dan Alan masih dapat tertawa dan merasakan indahnya cinta bersama, berdua tanpa terpisah jarak dan waktu.
"Sayang... Lagi apa? Masih mikirin aku pasti ya? Ya kan?"
"Eh Kak Alan. Apaan sih Kak? Kakak tuh ke-PD-an tau..."
"Abis kalo gak mikirin aku terus mikirin apa dong? Atau jangan-jangan mikirin cowok lain? Hayo siapa?"
"Alan, kamu apaan sih? Mana berani aku mikirin cowok lain?"
"Iya deh. Tapi kamu kenapa? Apa ada tugas kuliah yang susah?"
"Kamu tau aja. Bantuin aku kerjain ya! Please..."
Dulu sebelum mereka menjalani LDR, Alan memang sering membantu kekasihnya dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah. Alan itu memang sosok senior yang baik. Kebaikan dan perhatian Alan selama ini membuat Revina tak bisa lebih lama berjauhan dengannya.
Revina selalu terbayang akan terakhir kali pertemuannya dengan Alan saat Alan berpamitan untuk berangkat ke Negeri Tirai Bambu dalam rangka melanjutkan studi.
"Sayang... Aku mohon kamu jangan sedih kayak gini ya! Aku jadi makin berat buat ninggalin kamu Sayang."
"Kenapa Kakak harus pergi? Coba aja kita lulusnya barengan, mungkin kita bisa sama-sama lanjutin S-2 di Tiongkok."
"Revina, meskipun kita terpisah jarak dan waktu, kamu tau pasti kalo aku gak akan lupain kamu. Asalkan komunikasi kita tetep lancar, aku yakin semuanya bakal baik-baik aja Sayang. I promise...!"
"Kak Alan, jangan lama-lama ya perginya. Aku pasti bakal kangen sama Kakak."
"Aku juga Rev. Kamu jaga diri baik-baik di sini ya! Jangan sampe jatuh ke pelukan cowok lain. Oke?"
"Pokoknya aku akan nungguin kamu di sini."
"Setelah aku pulang, aku harap skripsi kamu nanti lancar biar kamu cepet lulus dan aku bisa segera lamar kamu Sayang. I love you Revina." Alan memberikan kecupan di kening Revina dilanjutkan dengan pelukan.
Moment itu telah berlalu cukup lama. Keduanya saat ini sama-sama saling merindukan untuk dapat kembali bersama. Untungnya Alan masih dapat membagi waktu antara kuliah dan sesekali mengabari Revina.
•••
Waktu-waktu terus berlalu. Kenyataannya semua tak semudah yang dibayangkan. Hubungan yang terpisah oleh jarak dan waktu tak bisa berjalan semulus yang dikira. Revina merasa makin kesepian karena sudah beberapa hari ini dia sulit sekali mendapat kabar dari Alan. Revina sempat berpikir kalau Alan telah melupakannya dan terlalu asyik dengan dunianya sendiri di sana.
Di saat-saat seperti itu, bila ada seseorang yang datang menghampiri dan menghujani dengan berjuta perhatian pastilah sangat memungkinkan untuk dijadikan pengobat rindu dan sandaran ternyaman.
Seorang pria tampan aktivis kampus yang selalu sibuk dan jarang dekat dengan perempuan kini berada di sisi Revina, selalu menghiburnya, membuatnya senang dan tersenyum kembali. Pria itu bernama Irsyad.
"Hai Rev!"
"Kak Irsyad?"
"Eh, gak usah panggil 'kak'! Santai aja. Aku lebih nyaman kalo kamu panggil nama aku aja."
"Iyaa Irsyad."
"Kamu kenapa sih? Masih mikirin cowok gak jelas itu? Udah lah... Daripada kamu sedih terus gini mending ikut aku aja yok!"
"Ikut ke mana?"
"Udah ikut aja. Kebetulan aku ada acara gathering sama temen-temen organisasi di luar fakultas dan di sana aku boleh ajak siapa pun buat join. Acaranya bakal seru kok. Jadi kamu mending join aja yaa?"
"Oke. Aku mau ikut kamu."
"Nah gitu dong! Biar kamu juga bisa have fun di sana. Ya udah kita ke parkiran ya, mobil aku di sana. Ayok!!"
•••
Semakin hari Revina dan Irsyad terlihat begitu dekat. Revina merasa nyaman berada di sisi Irsyad. Begitu pun sebaliknya, Irsyad menyukai setiap moment kebersamaannya dengan Revina. Revina merupakan gadis pertama yang berhasil meluluhkan hati Irsyad.
"Irsyad, makasih buat hari ini yaa."
"Sama-sama Revina. Aku juga seneng kok kamu udah mau nemenin aku ke acara gathering tadi."
"..."
"Yaudah Rev, sekarang aku anterin kamu pulang ya."
Irsyad mengantar Revina pulang ke rumahnya. Sampai di depan pintu rumah Revina, mereka berdua disambut hangat oleh Rosela, ibu Revina. Irsyad yang tadinya berniat hanya mengantar Revina dan langsung pulang kini harus tertahan sejenak di rumah Revina.
"Vina, eh anak bunda udah pulang."
"Iya Bun. Oh ya Bun, kenalin ini Irsyad--senior aku di kampus."
"Irsyad, Tante..." Irsyad menjabat tangan ibu Revina.
"Rosela, bundanya Vina. Nak Irsyad makasih ya udah anterin anak bunda pulang sampe ke rumah dengan selamat."
"Ehm, iya sama-sama Tante."
"Yaudah Nak Irsyad mampir dulu yuk! Masuk sebentar, nanti bunda buatin minum."
"Bunda, ini dah sore loh Bun, hampir malem juga. Ntar Irsyad jadi kemaleman pulangnya." Revina memotong.
"Sebentar aja kok. Gak baik kalo ada tamu gak diajak mampir dulu. Lagian kan Irsyad anak cowok, pulang malem dikit gapapa kan. Apa Nak Irsyad keberatan?"
"Hmm gapapa kok Tante, asal gak ngerepotin. Irsyad gak mungkin nolak tawaran dari Tante."
"Nah udah jelas kan sekarang. Denger sendiri Vina, Irsyad-nya gak keberatan kok."
"Iya iya deh Bun. Bunda yang menang."
Rosela dan Irsyad tertawa kecil atas kekalahan Revina dalam perdebatan itu. Mereka pun masuk ke rumah. Rosela membuatkan minuman untuk Irsyad, sementara Revina izin ke kamar untuk berganti pakaian. Irsyad menunggu di ruang tamu.
"Nak Irsyad, ini bunda cuma bisa kasih ini." Rosela membawa segelas jus strawberry dan beberapa stoples kue kering dari dapur.
"Waduh Tante, malah repot-repot gini. Makasih Tante."
"Iyaa. Udah diminum dulu, sambil dimakan juga cemilannya. Pokoknya jangan sungkan di sini. Bunda seneng kalo ada temen Vina yang main ke sini."
"Iya Tante."
"Nak Irsyad, akhir-akhir ini Vina bisa lebih baik dari biasanya, mungkin itu berkat kamu."
"Maksud Tante? Kenapa karena saya?"
"Jadi selama beberapa bulan belakangan ini Vina itu bawaannya sedih, murung terus. Yah gara-gara pria yang sekarang di Tiongkok itu. Vina bilang dia udah gak kasih kabar ke Vina."
"Maksudnya Alan--pacarnya Revina, Tante?"
"Iya. Bunda sebenernya udah restuin hubungan mereka tapi karena sekarang sikap Alan kayak gitu, buat Vina sedih dan kesannya kayak gak peduli lagi sama Vina ya... Bunda gak terima anak bunda digituin. Mending Vina sama Nak Irsyad aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomanceRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...