"Iyaa, bunda percaya kok sama Irsyad."
Irsyad dan ibu Revina sama-sama menyunggingkan senyum. Sementara Revina hanya diam melihat tingkah Irsyad yang pandai sekali dalam mengambil hati bundanya.
Setelah sarapan selesai, Irsyad pergi ke kampus bersama Revina.
"Makasih ya, udah anter aku."
"Sama-sama Sayang. Ini kamu mau kelas apa?"
"Unit Operasi."
"Dua sks tapi cukup melelahkan pasti. Semangat ya Sayang."
Revina hanya mengangguk.
"Ya udah sana gih! Ntar telat dimarahin sama Prof. Hargo."
"Loh kamu gak turun juga?"
"Gak Sayang, aku gak ada kelas pagi. Aku ntar ada kelas sekitar jam dua siang."
"Astaga Irsyad, kamu pagi-pagi dateng ke rumah aku, sampe sarapan di rumah aku pula terus anter aku ke kampus. Aku pikir kamu tuh juga ada kelas pagi. Harusnya kamu gak perlu jemput aku Irsyad, aku bisa berangkat sendiri kok. Orang kelas kamu masih lama juga mulainya."
"Emangnya kenapa Sayang? Aku gak masalah kok. Masa' aku biarin pacar aku ke kampus sendirian? Udah selow aja! Kayak sama siapa aja Sayang.."
"Terus kamu mau balik ke kost lagi nih?"
"Gak, aku mau ke student center. Ada kumpul orda di sana."
"Hm, rapat lagi... Okee."
"Hehe... Ihh aku jadi gemes sama kamu deh." Irsyad mencubit pipi Revina.
"Ir lepas! Sakit tau ih..."
"Maaf Sayang, abis kamu bikin gemes sih."
"Ya udah aku masuk kelas dulu."
"Oke Sayang. Daa Revina!!"
Semakin hari Revina dan Irsyad makin mesra saja. Hubungan mereka selalu terkesan manis. Kesibukan Irsyad di berbagai macam organisasi pun tak jadi penghalang untuk mereka bisa punya waktu bersama.
---
Kala itu, Revina dan Irsyad sedang berada di taman kampus. Mereka duduk berdua di bangku taman sambil bersenda gurau. Irsyad selalu membuat 'jokes' yang terkesan garing tapi bisa membuat Revina tertawa.
Ketika Irsyad membelai lembut pipi Revina dan mengecup singkat puncak kepalanya, mereka berdua dikejutkan oleh suara yang tak asing lagi.
"REVINA!!"
Revina yang merasa terpanggil, dengan secepat kilat menoleh ke arah sumber suara. Matanya langsung terbelalak. Ia kaget bukan main melihat sosok yang tengah berdiri di depannya.
"Aku-aku... Apa aku gak salah liat? Kak Alan!"
"Iya Rev, ini aku. Tadinya aku balik ke sini karena aku pengin banget ketemu kamu. Aku balik buat kamu. Jujur aku sangat merindukan kamu. Tapi... Apa yang aku dapet sekarang justru--"
"Kak Alan, aku--"
Irsyad langsung menyela pembicaraan mereka, "Maaf, tolong jangan bicara macem-macem lagi ke Revina."
"Lo siapa? Selingkuhan Revina?"
"Jaga mulut lo! Revina gak selingkuh. Gue pacarnya sekarang. Revina gak salah apa pun di sini. Asal lo tau, ini salah lo sendiri. Lo udah nyia-nyiain Revina. Lo buat dia terus nunggu harapan yang gak pasti. Ke mana aja lo selama ini? Lupa kalo punya pacar di sini? Gak peduli ada yang lagi nungguin lo di sini?"
"Mending lo diem deh! Ini urusan gue sama Revina. Lo gak usah ikut campur."
Revina berusaha mencoba melerai perdebatan antara Alan dan Irsyad.
"Kak Alan-Irsyad, udah! Kenapa harus ribut kayak gini sih? Cukup!"
"Revina, aku gak terima kalo dia pikir semua ini kamu yang salah Rev."
"Irsyad udah. Aku perlu bicara sama Kak Alan. Tolong tinggalin aku berdua sama Kak Alan sebentar aja Ir."
"Rev kalo dia sampe nyakitin kamu gimana? Aku gak mau dia terus-terusan salahin kamu gitu Sayang."
"Ir aku gak akan kenapa-napa. Aku janji. Please Ir, sebentar aja."
Irsyad pun memenuhi permintaan Revina.
"Jadi apa lagi yang mau kamu bahas sama aku Rev?"
"Kak, aku tau aku salah. Aku belum resmi putus sama Kakak tapi malah jadian sama yang lain. Maafin aku Kak. Tapi waktu aku terima Irsyad, aku juga udah pikirin semuanya dengan matang."
"Dan pemikiran kamu tetep ngarahin kamu buat khianatin aku?"
"Aku gak pernah berniat kayak gitu Kak. Aku pikir Kak Alan emang dah lupa sama aku. Selama setahun lebih gak ada kabar dari Kakak. Padahal sejak awal kepergian Kakak, Kak Alan udah janji kalo komunikasi kita akan tetep lancar. Nyatanya apa?"
"Terus cuma karena itu kamu jadi berpaling ke pria lain? Aku juga punya alasan kenapa aku gak bisa hubungin kamu Rev."
"Kakak gak ngerti posisi aku. Selama ini, waktu aku butuh seseorang di samping aku. Waktu ada banyak masalah di hidup aku, Kak Alan gak ada. Justru Irsyad yang selalu ada buat aku."
"Jadi dia segitu mudahnya buat kamu lupa sama aku! Kamu khianatin cinta kita Rev!!"
"Kenapa Kak Alan terus salahin aku? Ini gak adil. Kak Alan sendiri yang buat aku jadi kayak gini."
"Hmm, kayaknya cukup sampe sini perdebatan kita. Makasih banget buat sambutan yang 'tak terlupakan' ini Rev. Kita SELESAI!!"
Alan pun berlalu, pergi meninggalkan Revina yang mulai merasakan percikan-percikan penyesalan. Apa ia menyesal telah bersama pria lain? Apa ia harus menyesali hubungan yang telah terjalin antara dirinya dan Irsyad di hidupnya saat ini?
•••
"Rev... Kamu kenapa Sayang? Kamu sedih karena Alan?"
"Irsyad ini semua salah aku."
"Gak gitu Rev. Kalo kamu pikir kamu yang salah, itu sama aja kamu mau bilang kalo hubungan kita ini suatu kesalahan."
"Aku gak tau Ir."
Irsyad memeluk Revina, "Rev, udah Sayang. Sekarang semua udah berlalu. Dia masa lalu kamu. Lupain dia! Kita lanjutin hidup baru kita. Oke Sayang?"
"..."
Revina tak mengerti dengan perasaannya sekarang. Ia tahu Irsyad mencintainya. Ia pun sudah mulai nyaman dengan Irsyad. Namun, masih ada rasa menyesal karena ia dan Alan harus berakhir seperti ini.
•••
Hari yang baru. Revina berharap semua kembali membaik. Ia bertekad memulai niatnya untuk melupakan Alan dan hanya fokus dengan hubungan barunya bersama Irsyad.
Revina harus mengikuti mata kuliah pilihan pagi ini. Ia masuk kelas dan memilih bangku paling depan. Ia begitu bersemangat karena mata kuliah ini sangat berkaitan dengan topik skripsi yang akan diangkatnya.
Beberapa saat kemudian, Revina tercengang. Sepertinya semangatnya mulai redup sekarang. Itu terjadi setelah Revina melihat sosok pria yang tak asing masuk ke kelasnya. Ia dosen baru dan ia adalah Alan.
"Selamat pagi semuanya! Perkenalkan saya Alan Raskal Affandra. Di sini saya akan menggantikan Prof. Agus untuk mengampu mata kuliah pilihan khususnya Teknologi Pangan Fungsional. Kalian bisa panggil saya Pak Alan. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik. Ada yang mau ditanyakan sebelum saya memulai kuliah pagi ini?"
Beberapa mahasiswa mulai mengacungkan tangan. Namun, mereka hanya menanyakan hal-hal yang tidak penting.
"Pak umurnya berapa?"
"Bapak kok bisa ganteng banget gitu dari mana Pak?"
"Pak minta id line dong!"
"Akun instagram-nya apa Pak?"
"Pak Alan udah punya pacar belum?"
Revina terkejut begitu Alan menjawab pertanyaan yang terakhir.
"Sudah. Maksudnya saya sudah pernah punya pacar. Tapi baru putus. Pacar saya lebih milih cowok lain saat saya lanjut kuliah S-2 di Tiongkok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomansaRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...