Hadiah Istimewa

92 2 0
                                    

Moment pulang bersama Alan beberapa hari lalu membuat kegelisahan Revina lebih sering muncul. Bahkan sampai hari ini Revina belum berniat menghubungi Alan lagi untuk bimbingan selanjutnya walau Alan terus menerornya lewat pesan chat dan Revina sudah merevisi bab tiganya. Revina hanya ingin Irsyad cepat kembali. Setidaknya jika Irsyad ada di sisinya, Revina tidak akan merasa gelisah sendirian, menghadapi semua sendirian.

Malam ini, Revina punya kesempatan bicara dengan Irsyad lewat telepon.

"Halo, Sayang, lagi apa nih? Lagi mikirin aku, ya? Pasti kangen sama aku, kan?"

"Ir... Kapan balik ke sini? Iya aku kangen banget sama kamu tau!"

"Aku juga kangen kok, kangen banget sama kamu. Ternyata LDR emang gak enak, ya."

"Ya udah, kenapa lama-lama di sana? Cepet balik dong. Apa kamu baru mau balik waktu hari H wisuda?"

"Hm, entahlah, Rev."

"Ihh Irsyad... Kok gitu?"

"Aku usahain secepatnya, ya. Ayah aku lagi ada kerjaan penting di sini. Aku harus nunggu ayah kelarin dulu, baru bisa balik ke sana. Janji deh, gak akan sampe hari wisuda."

"Beneran loh, ya!"

"Iya Revina-Sayang. Oh ya, btw, gimana skripsi kamu? Lancar, kan? Atau ...."

"Udah kelar bab tiga, bentar lagi masuk bab empat. Penlit aku juga hampir selesai kok, udah dapet data hasilnya."

"Wah bagus dong. Semoga bisa lulus cepet, biar bisa cepet aku lamar."

"Irsyad??"

"Hehe, kenapa Sayang? Orang aku serius, kok. Eh, ngomong-ngomong dosbing kamu itu gak cari gara-gara lagi, kan? Apa dia macem-macem sama kamu selama aku gak di sana?"

"Ah... Eng-gak, kok. Tapi kalo kamu lebih lama di sana dan gak balik-balik ke sini, kemungkinan besar Pak Alan bisa lakuin apa pun."

"Maksudnya?"

"Makanya cepet balik! Kamu tau kan, aku gak suka LDR lama-lama. Jangan sampe hubungan kita nanti--"

"Hey, oke Sayang. Jangan mikirin yang gak-gak dong. Aku pasti balik, kok."

"Hm, oke. Orang tua kamu gimana? Sehat, kan?"

"Mereka sehat, kok. Kalo calon mertua aku gimana? Ehe maksudnya bunda kamu."

"Bunda juga baik-baik aja. Bunda selalu bilang sama aku, kalo liat aku seneng dan baik-baik aja, bunda pasti tetep sehat."

"Salam buat bunda, ya. Bilangin, dapet salam dari calon mantu. Nanti aku bawain oleh-oleh dari Malang buat bunda kamu waktu aku balik."

"Buat bunda doang nih? Aku gak?"

"Astaga, buat kamu juga pasti ada lah, Sayang. Aku kasih khusus, yang spesial pokoknya. Btw aku udah siapin kado spesial buat si Cantik yang bentar lagi ulang tahun loh. Tapi maaf, kadonya aku paketin, aku gak bisa kasih langsung. Aku belum bisa balik di hari ulang tahun kamu, Rev."

"Yah... Padahal aku pengin banget rayain ulang tahun aku bareng bunda sama kamu. Padahal bunda pengin undang kamu makan-makan di rumah."

"Rugi juga sih ya, aku gak bisa makan masakan enak bunda kamu. Ya, gimana lagi? Ehm, tapi setelah kamu terima kado dari aku, kamu wajib vidcall aku, ya. Kita rayain birthday kamu berdua--ehm secara virtual."

"Emang kamu kasih aku hadiah apa?"

"Jangan kepo sekarang dong. Tunggu paketnya sampe dengan selamat di rumah kamu dulu ya, Sayang."

"Bikin penasaran deh."

"Ya udah, kalo gitu selamat penasaran. Eh ya udah ya, Sayang, kita sambung lain waktu, ya. Aku ada urusan sama ayah. Kamu jangan lupa makan, tetep jaga kesehatan, dan jaga hati kamu juga, ya. Jangan sampe diambil orang lain waktu aku di sini."

"Oke, siap. Kamu juga jaga kesehatan, salam buat orang tua kamu juga."

"Nanti aku sampein ke calon mertua kamu, ya. Oke deh, see you, Sayang. Love you."

"Love you too, Irsyad."

---

Hari ulang tahun Revina pun tiba. Irsyad jadi orang kedua setelah bundanya yang mengucapkan selamat pada Revina. Irsyad menghubungi Revina lewat telepon pagi-pagi sekali.

Kebetulan ini hari Sabtu dan Revina tidak ada jadwal ke kampus. Ia berencana menghabiskan waktu seharian di rumah bersama bundanya. Bunda Rosela bahkan sudah masak-masak besar, sampai membuat nasi tumpeng. Rencananya siang menjelang sore nanti, bunda akan mengundang beberapa tetangga dekat untuk makan-makan di rumah, merayakan ulang tahun Revina yang ke-23.

Sekitar pukul sebelas siang, rumah Revina kedatangan kurir yang mengantarkan paket. Revina menerima sebuah kotak berukuran sedang dan sebuket bunga. Revina sudah berpikir itu pasti hadiah ulang tahun dari Irsyad.

"Ciee, anak bunda dikirimin bunga sama hadiah, itu pasti dari Irsyad, kan? Ngomong-ngomong tuh kotak isinya apa? Kok kayaknya berat gitu?"

"Ya udah, aku buka di kamar aja ya, Bun."

"Kenapa gak buka di sini aja? Di depan bunda?"

"Gak ah. Hehe... Di kamar aja."

"Ihh anak bunda malu-malu. Tapi pokoknya ntar kasih tau bunda ya apa pun isinya!"

"Bunda mau tau aja deh."

Revina bergegas pergi ke kamarnya. Jujur ia pun penasaran dengan isi kotak itu. Pasalnya memang terasa cukup berat ketika Revina mengangkatnya.

"Apa aku hubungin Irsyad sekarang, ya? Ah nanti aja deh, mending aku buka dulu hadiahnya."

Begitu Revina membuka kotaknya, ia begitu terkejut melihat isinya.

"Hah? Ini gak salah? Kok Irsyad ngasih aku beginian, sih? Pantes aja kotaknya berat."

Yang didapati Revina dalam kotak tersebut justru beberapa buku teks yang cukup tebal-tebal. Ia heran, mengapa Irsyad memberinya hadiah macam itu. Ketika Revina mengeluarkan buku-buku itu dari dalam kotak, tak sengaja ada sebuah amplop yang terjatuh dari selipan buku-buku itu. Revina langsung membukanya, di dalam amplop itu terdapat surat dari seseorang.

•••

| Untuk Revina Shania Rosaline, |

| Selamat ulang tahun, Rev! Semoga semua keinginan kamu tercapai. Doa terbaik saya selalu ada buat kamu. Semoga kamu juga suka kejutan dari saya ya.

Kamu pasti ngerasa aneh kenapa saya kirimin hadiah itu buat kamu. Buku-buku teks itu sengaja saya pilihin buat kamu, buat bahan referensi skripsi kamu. Saya yakin buku-buku itu berguna banget buat kamu. Semoga dengan itu kamu makin semangat ngerjain skripsinya yaa. Fyi, sebenernya itu baru hadiah pembuka. Buat ulang tahun kamu tahun ini, saya pasti mau kasih sesuatu yang spesial buat kamu. Ada yang lebih spesial selain buku-buku itu, tapi saya akan kasih ke kamu waktu bimbingan kamu aja nanti. Penasaran gak?

Kalo penasaran, makanya cepet bimbingan lagi, hehehe. Masih saya tunggu.

Sekali lagi happy 23rd birthday, mahasiswi bimbingan-ku. Wish you all the best! |

| Yang bukan sekadar dosen pembimbingmu,

Alan Raskal Affandra |

•••

Raut Revina seketika berubah begitu mengetahui hadiah itu dari Alan. Jelas saja, Irsyad tak mungkin memberinya buku-buku tebal seperti itu. Di sisi lain, perasaan Revina tersentuh, ternyata Alan masih mengingat ulang tahunnya, bahkan Revina agak penasaran sebenarnya apa yang mau Alan berikan di waktu bimbingannya nanti.

Namun, sekarang ini Revina bingung, ia tak bisa menduga bagaimana reaksi bundanya nanti bila mengetahui yang mengirim kotak dan bunga barusan bukanlah Irsyad, melainkan Alan. Bisa-bisa Revina kena omelan bundanya lagi.

"Kenapa jadi begini, sih? Kenapa juga Pak Alan pake kirim-kirim paket ke rumah? Dia sengaja mau bikin bunda kesel lagi apa? Aku juga yang repot, kan."

Terjebak Kenangan Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang