Tantangan

133 2 0
                                    

Akhir-akhir ini Revina merasa tak tenang. Selain karena Irsyad belum kembali dari Malang, di sisi lain ada sang dosen pembimbing yang tak bosan-bosan mengusiknya lewat pesan chat. Alan sepertinya begitu semangat mengingatkan mahasiswi bimbingannya agar segera membuat janji temu bimbingan berikutnya.

Entah harusnya Revina bersyukur atau bagaimana. Pada umumnya para mahasiswa yang sering stres dan kebingungan karena dosen pembimbingnya mendadak menghilang, sulit dihubungi karena kesibukannya, atau cuek plus super duper slow respons. Namun, kejadiannya untuk Revina lain dari itu. Ia mendapat dosen pembimbing seperti Alan yang sangat-sangat perhatian terhadap progress skripsi mahasiswinya, dan begitu tak sabaran untuk bimbingan.

Karena cukup jera dengan pesan-pesan Alan, Revina memutuskan mengebut bab tiga skripsinya. Ia hanya ingin urusannya dengan Alan segera selesai dan menghentikan ocehan sang dosen pembimbing yang terus menyebutnya pemalas, tidak niat, suka menunda-nunda, dan tidak profesional.

Akhirnya kali ini Revina memenuhi keinginan Alan, membuat janji temu untuk bimbingan.

>> Revina

[ Selamat sore, Pak.

Mohon maaf mengganggu waktunya. Saya Revina, salah satu mahasiswi bimbingan Bapak. Saya ingin konsultasi skripsi dengan Bapak. Kira-kira kalau besok apa Pak Alan ada waktu?

Terima kasih sebelumnya, Pak. ]

Tak sampai lima menit pun, jawaban Alan sudah sampai di ponsel Revina.

>> Pak Alan

[ Akhirnya ...

Besok bisa, terserah kamu mau ketemu jam berapa. ]

>> Revina

[ Bagaimana kalau pukul sepuluh, Pak?

Soalnya sebelum itu saya masih ada kelas. ]

>> Pak Alan

[ Oke. Besok jam sepuluh langsung ke ruangan saya.

Semoga tidak banyak revisi, biar cepat kelar. ]

>> Revina

[ Baik Pak, terima kasih. ]

>> Pak Alan

[ Oke ]

•••

Setelah selesai dengan 2 sks mata kuliah pagi ini, Revina segera menuju ke ruangan dosen pembimbingnya. Ketika ia melihat ke arah jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. Itu berarti ia sudah terlambat lima menit dari waktu yang telah disepakatinya dengan Alan untuk bimbingan. Revina pun mempercepat langkahnya. Jika ia lebih terlambat lagi, baginya sama saja dengan memberi Alan kesempatan untuk makin puas mengoloknya.

Revina sampai di depan ruangan Alan, terlihat dari jendela, Alan sudah ada di dalam. Revina langsung mengetuk pintu dan masuk perlahan. Ia sudah menyiapkan mental untuk menerima ocehan Alan karena keterlambatannya.

"Silakan duduk!" ucap Alan.

Revina duduk di hadapan meja Alan sambil memberanikan diri dan menetralkan napasnya yang agak terengah-engah karena ia sempat berlari tadi.

"Oke, ini udah lebih delapan menit," lanjut Alan.

"Hahh maaf, Pak, saya tau saya terlambat. Bapak mungkin gak mau terima alasan apa pun dari saya, tapi saya cuma mau kasih tau Bapak kalau kelas saya tadi selesainya agak molor. Jadi--hahh saya terlambat delapan menit dan--"

"Baiklah, saya paham. Nih, minum dulu!"

Revina melongo begitu mendapati respons Alan. Dugaannya meleset. Ia pikir akan sakit telinga mendengar ceramahan dan segala kekesalan Alan. Namun, apa ini? Dengan nada santai Alan menanggapi bahkan menawarkan botol air minum padanya.

Terjebak Kenangan Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang