Pagi ini Revina bangun dengan mata yang masih terasa berat. Pasalnya semalam ia memang susah tidur akibat pesan chat dari Alan. Ia baru bisa memejamkan mata sekitar pukul satu dini hari. Chat dari Alan pun dibiarkannya saja. Tak ada niatan sedikitpun untuknya membalas pesan yang membuatnya geleng-geleng kepala itu.
Beruntung, hari ini adalah hari Minggu. Revina tak perlu pergi ke kampus dengan mata pandanya. Rencananya, hari ini Revina hanya ingin di rumah, menikmati waktu santainya. Mungkin juga sembari kembali menyicil skripsinya, itu pun kalau mood-nya mendukung. Masalahnya, setiap ia menyentuh skripsinya, terus saja terlintas bayang-bayang sang mantan yang kini jadi penguasa benar-salahnya skripsi yang ia kerjakan.
Teringat dengan pesan Alan semalam, Revina kembali mengecek ponselnya. Setelah didiamkan dalam semalam, ternyata pagi ini Alan mengirimkan pesan lagi.
>> Pak Alan
[ Kok cuma dibaca aja? Bingung mau balas apa, ya?
Padahal saya gak pernah cuekin chat kamu, loh. ]
Revina melempar malas ponselnya ke ranjang. Ia membatin, mengapa dosen pembimbingnya kini semakin menyebalkan. Revina menyadari perkataan Alan beberapa hari lalu yang bilang ingin mengembalikan hubungan mereka ternyata memang tak sekadar main-main. Kalau Kak Alan-nya kembali bersikap seperti dulu, apa Revina bisa tahan godaan dan tetap menjaga cinta Irsyad?
Jadilah, satu lagi chat Alan yang tak diresponsnya. Daripada makin merusak mood-nya di pagi hari, Revina beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.
Seusai mandi dan memakai pakaian santai ala kadarnya, Revina keluar kamar untuk sarapan bersama bundanya.
“Eh, anak bunda, tumben banget hari Minggu begini udah bangun pagi-pagi. Biasanya kebo banget mentang-mentang gak ke kampus,” seru bunda Revina.
“Bunda, nih. Aku bangun siang salah, bangun pagi juga masih disindirin,” jawab Revina sambil cemberut.
“Iya, deh. Bunda seneng kok, anak bunda bangun pagi.”
Mereka pun mulai sarapan dengan hidangan yang sudah bunda Revina siapkan. Nasi goreng spesial kesukaan Revina, lengkap dengan telur mata sapi dan sosis goreng. Sambil sarapan mereka pun melanjutkan obrolan.
“Oh ya, Vin, hari ini bunda bakal sibuk, nih. Ada pesenan catering dari Bu Hani. Katanya buat acara arisan. Baru dikabarin semalem lewat WA,” terang bunda Revina.
“Ya udah, Bun, ntar aku bantuin Bunda, deh.”
“Kalo mau bantuin bunda, kamu mending nanti belanja bulanan aja, tapi sendiri, ya. Biar bunda bisa ngerjain pesenan cateringnya.”
“Yah, Bunda. Padahal lagi mager banget keluar. Kan biasanya aku kalo belanja bareng sama Bunda.”
“Ya makanya karena bunda hari ini sibuk, kamu pergi sendiri aja, ya. Udah bunda catet semua apa yang harus kamu beli, kok. Kamu tinggal ikutin daftar dari bunda aja.”
“Hm... Ya udah, deh.”
“Gitu, dong. Anak bunda makin cantik, deh, kalo rajin dan nurut begini.”
Sekitar pukul sepuluh siang, Revina menuju ke minimarket yang tak begitu jauh dari rumahnya. Ia pergi dengan ojek online. Suasana minimarket tak terlalu ramai, sehingga Revina bisa memilih barang dengan leluasa.
Revina mulai meneliti daftar belanjaan dari bundanya. Cukup banyak juga ternyata keperluan yang harus dibelinya. Satu per satu barang ia ambil dan dimasukannya ke dalam keranjang. Seketika keranjang Revina penuh dengan belanjaan. Mulai dari mi instan, makanan kaleng, bumbu-bumbu dapur, hingga perlengkapan mandi dan mencuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomansaRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...