Irsyad yang sedang meminum jus-nya pun tersedak mendengar kalimat terakhir Rosela.
"Nak, kamu baik-baik aja kan? Apa bunda salah ngomong?"
"Eh saya gapapa Tante. Tapi... Saya sama Revina cuma temenan kok Tante."
"Bunda dukung seratus persen kalo kamu mau jadi lebih dari sekedar temen sama Vina."
"Tante, saya tau Revina masih nungguin Alan. Dia masih sayang banget sama Alan."
"Suatu saat juga Vina bakal capek sendiri nungguin pria gak jelas itu. Yah, bunda harap kamu sama Vina bisa saling suka."
Irsyad merasa seperti menang undian berhadiah. Saat ini ia mendapat lampu hijau dari ibu Revina yang diharapnya kelak bisa menjadi mertuanya.
"Ehem, lagi pada ngobrolin apa? Kayak serius banget gitu. Hayo ngomongin aku ya??" Revina yang sudah berganti pakaian kini menuju ke arah ruang tamu.
"Eh kamu nih. PD banget! Bunda sama Nak Irsyad gak ngomongin kamu kok. Tanya aja sama Irsyad."
"Ah bisa aja Bunda sekongkol sama Irsyad."
"Vina... Kamu tuh sukanya negative thinking mulu."
"Biarin."
"Ntar Irsyad jadi ill feel loh sama kamu."
"Ahh gak kok Tante."
"Tuh kan Bun, orang Irsyad-nya juga biasa aja kok."
"Yaudah iya deh anak bunda. Gak usah diperpanjang yaa. Eh iya, gimana kalo Nak Irsyad ikut makan malem sekalian di sini?"
"Eh gak usah Tante. Saya mau langsung pamit aja. Gak enak kalo sampe terlalu malem."
"Iya sih Bunda ihh, nahan-nahan Irsyad di sini ntar Bunda dikira lagi nyulik anak orang loh Bun."
"Vina! Emm Nak Irsyad beneran mau pulang sekarang?"
"Iya Tante."
"Yaudah, lain kali aja makan malemnya ya. Sering-sering main ke sini! Kasihan Vina gak ada temen."
"Apaan sih Bun?"
"Pasti Tante... Kalo gitu Irsyad pamit dulu. Ehm Rev, aku pulang dulu ya. Sampe ketemu besok di kampus."
"Iyaa."
Irsyad bisa membuat Revina sejenak melupakan Alan. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkinkah Irsyad yang akan menggantikan posisi Alan di hidup Revina? Yang pasti suatu saat takdir yang akan berbicara.
•••
Sudah hampir satu semester tapi tetap tak kunjung ada kabar dari Alan. Revina bahkan sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran Alan. Mungkin karena ada Irsyad di sisinya sekarang. Apalagi kehadiran Irsyad sudah disambut baik oleh ibunda Revina. Itu membuat Irsyad lebih leluasa mendekati Revina.
"Hai Rev!"
"Irsyad?"
"Kamu ngapain sendirian di sini? Lagi gak ada kelas emang?"
"Kelas aku masih satu jam lagi."
"Oh gitu. Ya udah daripada kamu sendirian mending aku temenin aja yaa."
"Ya terserah kamu. Emang kamu gak ada kelas?"
"Ini barusan selesai kok."
"Terus habis ini gak ada kelas lagi gitu?"
"Gak ada."
"Hmm maklum udah semester tua, udah gak terlalu sibuk lagi buat kelas ini itu."
"Tapi tuh asal kamu tau aja ya, lebih mending cuma ikut kelas daripada pusing mikirin skripsi tau Rev."
"Hehe, iya juga ya. Oh ya, skripsi kamu udah sampe mana? Gimana perkembangannya?"
"Revina, pertanyaan kamu itu kayak kamu dosbing aku aja sedangkan dosbing aku sendiri bahkan gak seperhatian itu."
"Ihh Irsyad. Aku kan cuma pengin tau."
"Iya deh iya. Baru bab tiga, itu pun masih banyak yang harus revisi."
"Apa serumit itu kah bikin skripsi?"
"Hmm gimana ya? Sebenernya sih tergantung orangnya. Gimana cara orang yang ngerjain skripsi itu buat jadi rumit sendiri atau justru bikin semua itu menyenangkan. Memang tergantung pribadi masing-masing sih. Kalo aku mah di bawa sans aja, ntar pasti kelar juga kok."
"Iya saking terlalu sans-nya, udah semester tua masih aja gila organisasi, tetep jadi aktivis, rapat sana-sini. Gimana skripsinya mau kelar!"
"Rev, pengalaman itu tetep nomor satu, itu penting Rev."
"Aku juga tau Irsyad. Tapi kan ada kalanya prioritas kita berubah."
"Tenang aja deh. Kalo soal skripsi pasti beres lah. Aku masih bisa bagi waktu kok. Lagi pula gak enak kesannya kalo ninggalin kegiatan organisasi aku gitu aja."
"Ya deh, percaya aku mah. Pak Aktivis yang satu ini emang bisa diandalkan. Kadang aku heran sendiri sih, kok bisa ya 24jam sehari itu cukup buat orang kayak kamu?"
"Kamu nih terlalu berlebihan deh. Aku gak sesibuk itu kok. Buktinya sekarang aku masih bisa nemenin kamu di sini kan?"
"Hmm oke. Emang beda deh yaa, aktivis sama anak rumahan kayak aku. Hehe. Ehh ngomong-ngomong kamu bisa bantu aku gak?"
"Kamu perlu bantuan apa Rev? Bilang aja. Sebisa mungkin aku akan berusaha buat bantu kamu kok."
"Jadi aku perlu bantuan buat cari tema sama judul skripsi aku."
"Kamu mau mulai bikin semester ini?"
"Ya gapapa. Siap-siap aja gitu. Jadi ntar kalo udah waktunya pengajuan proposal, aku udah punya judul buat skripsi yang mau aku bikin."
"Oh gitu. Bagus sih kalo siap-siap dari sekarang. Ternyata kamu jauh lebih ambis dari aku ya Rev! Haha."
"Jadi gimana nih? Ada saran gak?"
"Hm, gimana yaa?"
"Irsyad? Tadi katanya mau bantuin?"
"Iya iya oke deh. Saran aku nih, kamu ambil tema sesuai bidang yang kamu pengin fokus di sana. Biar lebih sinkron dan lebih mudah."
"Gitu ya? Tapi.. Aku masih bingung juga tuh. Hehe."
"Maksudnya bingung kamu mau fokus di bidang apa?"
Revina hanya mengangguk.
"Ya ampun Rev. Kamu harusnya udah nentuin dari kemarin-kemarin loh penginnya fokus di mana."
"Iya aku tuh udah nentuin kan, terus beberapa hari kemudian pilihannya jadi berubah-ubah lagi."
"Hmm Rev, itu sih namanya memang belum nentuin. Harus yang mantep dong."
"Ya abisnya gimana, aku juga masih belum paham mau aku apa. Ehm, kalo kamu fokus ke bidang apa?"
"Aku lebih ke katalis sih."
"Katalis ya? Terus aku apa dong?"
"Ihh kok kamu malah nanya ke aku sih? Tanya ke hati kamu yang paling dalam, kamu maunya apa! Kan masih banyak tuh, bisa ambil teknologi bersih, pangan fungsional, minyak bumi apa katalis aja kayak aku, atau bidang lainnya. Gini deh, kamu lebih suka dan tertarik belajar di bagian mana yang buat kamu semangat, timbul rasa penasaran tinggi sama yang buat kamu nyaman di sana. Itu bisa jadi pertimbangan buat pilihan kamu. Biar skripsi kamu nanti lancar juga kan?"
"Iya deh Ir. Aku coba pikirin lagi dulu deh. Makasih buat saran-sarannya yaa."
"Ya.. Tapi jangan kelamaan mikirnya! Ntar kalo kamu udah mantep sama bidang kamu, kamu bisa bilang ke aku lagi, terus aku bantuin rekomendasi tema dan judul yang pas buat kamu."
"Oke siap Pak!"
Begitu jelas terlihat, di sini Revina dan Irsyad mulai akrab. Namun, mereka tak menyadari, jauh di luar sana ada hati yang sebenarnya amat menanti sebuah pertemuan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomanceRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...